Chapter : 12

9.1K 1K 133
                                    

Maaf ngga sempat ngedit, jadi kalau ada typo mohon dimaklumi yaaa!

Hari minggu merupakan hari libur.
begitu ramai apalagi dibilangan kawasan perekonomian seperti ini. Banyak sekali kaula muda maupun renta yang menghabiskan waktu mereka untuk sekedar berbincang menikmati seteguk es cendol dawet seger lima ratusan yang berjejer rapi menjajakan. Jalanan mulai padat ketika sudah memasuki bantaran pasar, sorak riuh para pembeli dan penjual memasarkan jualannya, proses negosiasi yang lazim terjadi ketika transaksi tatap muka seperti itu.

Ibra mulai mendesah karena matahari kian naik, sementara Anjani sedari tadi masih berceloteh gemar diantara himpitan tubuh nya dan pria dihadapannya. Gadis cilik itu girang bukan kepalang manakala Ibra mengajaknya untuk pergi ke swalayan membeli perlengkapan serta keperluan 'Program Kerja' Defisinya.

" Masih lama ngga sih ka? Panas banget nih. Mana lupa ngga pake sunblock lagi "

" Belokan sana udah sampai, emang kalau udah siang sering macet. Lagian kenapa ngga minta anter dari pagi? " Seperti biasa komtingnya itu mengutarakan rentetan kalimat dengan nada ketus sama sekali tak bersahabat membuat ibra yang kepanasan kian panas karena geram.

Ya, Ibra saat ini diantar oleh Arka, berboncengan dengan Anjani diantara mereka. Rencana awal, Ibra harusnya pergi dengan fatih karena malam itu mereka sudah janjian. namun karena teman sedikit bangsatnya itu mangkir, mau tak mau Ibra mencari orang lain yang sedang tidak ada kegiatan apapun. Sialnya, orang itu adalah Arka. Dipikir Ibra, pria itu tak mau mengantar menilik dari sifat dinginya kepada Ibra selama ini seolah mendarah daging. Tapi siapa Nyana, selepas mengutarakan kegelisahan itu, Arka beranjak dari tempat duduknya mengambil jaket serta kunci motor. Ibra sedikit terperangah, basa-basi nya berbalas.

" Ya tanyain sono sama si fatih, batalin janji gitu aja " ujarnya sedikit sebal.

Setelah melewati kemacetan yang cukup lama, ibra akhirnya sampai diswalayan yang mereka tuju. Arka berjalan dibelakang Ibra mengamati punggung Pria yang masih setia menggendong anjani dalam pelukannya itu. " Emen mas! " Anjani mulai menuntut namun Ibra makin suka, anak itu mungkin tak sering berada ditempat seperti ini. Niatnya dari Rumah, ibra memang ingin memanjakan adik kecilnya itu.
Ibra menghampiri toko yang ditunjuk anjani. Toko itu memang menjajakan permen lolipop berbagai rasa, pilihan Anjani jatuh pada lolipop rasa strawberry dengan bentuk kupu-kupu. " Mas dit mbak siti " jari anak itu gusar, anjani berusaha membuat gesture angka tapi kesusahan. Ibra kian gemas, ia tahu kalau si kecil ingin membelikan permen untuk Adit dan juga siti —kakak-kakaknya.

" Sini biar Anjani gue yang gendong. Lu fokus nyari bahan aja dulu " tak ada nada emosi, arka mengucapkannya dengan tenang dan cukup ramah.

" Gue kuat kok " Ibra ingin berbalik sebelum ada tangan lain yang menyelinap masuk dalam pelukanya kepada anjani. Diraihnya si bungsu hingga anak itu terangkat keudara dan beralih pindah dalam gendongan Arka. Diluar dugaan, anjani sama sekali tak menangis ia tetap sumringah bahagia. Matanya membulat binar menyapu pemandangan diswalayan. " Lu itu kalau dibilangin nurut kek. Takutnya nanti belum belanja apa-apa tentengan lu udah seabrek-abrek sama mainannya si kecil ini "

" Iya- iya bawel " ibra tak mau mendebat karena apa yang dikatakan Arka ada benarnya.

Ibra bergerak lincah, setidaknya sudah terhitung 3x ia mengunjungi swalayan ini. Seharusnya ia tidak merasa kesusahan mengingat letak toko keperluan yang dibutuhkan Ibra. Benar saja, setelah satu jam berkeliling tangan Arka penuh dengan barang belanjaan yang tak manusiawi. Belum lagi barang-barang berat yang minta diantarkan keposko seperti cat warna dan beberapa potongan karpet bludru tebal. " Elu gendong anjani aja deh ka, biar itu gue yang bawa"

KKNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang