Katakan saja, semua terasa lebih mudah ketika kau berkata jujur karena Aku tak harus melewati masa hancur
Ibra keluar dengan nafas yang tersengal-sengal, setelah perbuatan tak pantasnya barusan. Ia merasa sangat malu dan memilih untuk pergi meninggalkan Seno dengan raut wajah yang terlihat kecewa? Entah, Ibra tak bisa mendeskripsikan dengan benar perihal perasaan sang lurah kalau dirinya sendiri begitu kalut dengan kebodohan.
Keringat mengucur disela-sela pelipisnya, ia benar-benar takut bercampur gelisah. Rasa lelah larinya tak ia hiraukan, yang terpenting sekarang adalah menata hatinya untuk tidak lagi lancang. Bahkan map yang dititipkan mbak bidan ia tinggal begitu saja, padahal itu adalah tanggungjawabnya. Kepercayaan yang dibebankan padanya.
Pikiran kosongnya menghantarkan tubuh Ibra pada rumah posko, ia tak lagi kembali keagenda posyandu dan memilih untuk berdiam diri. Terlalu takut mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Bagaimana jika mas Seno mengadukan hal tersebut kepada pihak kampus? Bagaimana jika mas Seno menganggapnya sebagai bentuk penyerangan seksual? Itu ciuman sepihak, tak ada pergerakan sama sekali bahkan Seno yang memulai menghentikan perbuatan Ibra dengan mendorong bahu Ibra pelan. Hal tersebutlah yang membuat Ibra seakan tertampar balik pada kesadarannya. Ibra tertolak dengan satu tatapan dan gesture tubuh. Hatinya lebam namun tak tahu bagian mana yang harus ia obati, rasa sakit hatinya atau rasa malunya. Terlalu samar hingga keduanya sulit dibedakan.
Perihal perasaan Ibra kepada Lurahnya, Jujur pria manis itu masih denial dan juga bingung. Semua mengalir begitu saja, ia mengagumi semua hal tentang Seno namun tak begitu yakin apakah rasa kagumnya adalah bentuk manifestasi dari rasa cintanya atau hanya sekedar kagum dengan berlimpahnya sisi sempurna dalam diri sang Lurah.
Yang ia tahu Didekatnya, Ibra merasakan nyaman. Sama halnya dulu ketika ia begitu terlena dengan Rinto. Perasaan yang sama namun dengan suasana yang berbeda.
Ibra menangis rilih dalam dekapan selimut tebal, ia sangat malu hingga rasanya ingin pulang kepelukan sang ibu. Menceritakan kebodohannya telah jatuh pada lubang yang sama.
" Aku ngga tahu apa tapi aku mencintaimu " Nada sayang itu dilontarkan Ibra dengan begitu lirih namun tetap sampai ketelinga sang pria.
Adalah Rinto, Pria yang selama ini ia timpai harapan muluk tentang kebahagiaan dan kebersamaan. Pelabuhan hati yang sampai kapanpun akan menjadi rumah kedua bagi Ibra setelah Ibunya. Rinto atau Toto panggilan sayang dari Ibra khusus untuk kakak tingkatnya tersebut adalah Seorang Pria dengan sifat yang ngga baik-baik amat bahkan cenderung nakal. Toto selalu punya segudang masalah kehidupan Sekolah seperti Tawuran, Alkohol, Main wanita dan lainnya.
Anggapan Cinta itu Buta mungkin sangat tepat disematkan kepada Ibra ketika memandang sosok Toto. Tak ada hal bagus yang menyertai pria tersebut kecuali tubuhnya yang atletis, namun Lihatlah bagaimana pandangan memuja Ibra. Begitu intens tak mau lepas.
Kisah pertemuan keduanya dimulai saat Toto bertandang kerumah Ibra. Lelaki itu adalah teman dari saudara sepupunya yang sama-sama mempunyai peringai tak jauh berbeda. Rinto dan rombongannya memanfaatkan rumah Ibra yang sepi untuk merokok dan membolos. Ibra sebal sudah pasti, sepupunya terlampau kelewatan meski hubungan keduanya cukup dekat. Ia selalu meminta teman-teman sepupunya untuk pergi namun tak pernah mereka hiraukan. Sebenarnya tuan rumahnya itu siapa? Bahkan kesan pertama Ibra terhadap Rinto sangat berbanding terbalik dengan perasaanya saat itu. Ibra tak menyukai pria urakan dengan rambut compang-camping seperti terkena badai. Rinto sangat jauh dari ekpektasi Tampan menurut Ibra, Rinto pria biasa yang dingin.
Hingga suatu ketika, saat Ibra pulang sekolah ia dihadang oleh beberapa gerombolan pria seusianya namun memakai seragam yang berbeda. Ibra tebak mereka dari sekolah lain tentu saja. " Nak Garuda nih " hanya itu yang ia ingat dan ia dengar, karena setelahnya pipinya seperti tertumbuk sesuatu secara bertubi-tubi, ujung bibirnya juga mengeluarkan darah segar. Ibra limbung dan dahinya terkantup kerikil jalanan, seorang lari dari belakang tubuh Ibra yang tergeletak ditanah lalu menerjang sekawanan pria dari sekolah lain itu. Dia adalah Prianya, Rinto. Selebihnya Ibra terkantuk dan tak sadarkan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
KKN
SonstigesBoyxboy ✔ ( Selesai ) Sebelumnya Harap Dibaca‼️ Ambil yang baik - buang yang buruk. Perlu diketahui sebelum membaca cerita penulis bahwa tulisan saya mengandung unsur percintaan pria dengan sejenis. Dan dengan membaca Tulisan saya berarti anda sepak...