Sebelumnya, paragraf dengan tulisan cetak miring adalah moment flashback.
Ibra berjalan dibelakang Seno yang tengah menuntun motornya, mereka pulang dari balai kecamatan. Ibra ikut nebeng, sebenarnya Seno yang menawari. Ibra mengangguk senang. Lebih senang lagi waktunya bersama Seno kian lama. motornya turun mesin ngambek tak mau jalan. Terpaksa Seno harus menuntun diikuti Ibra yang tak pernah lelah mengulas senyum." Maaf ya dek "
" .... "
Seno menoleh kesamping, Ibra menyusul. Mereka berjalan berdampingan diantara motor Seno. " Kamu jadi jalan sehat " Seno tertawa. Tidak ada yang lucu tapi Ibra juga ikut tersenyum, lebih tepatnya terbius dengan senyum seno apalagi suara tawanya, dia jadi nagih.
Lalu Hening
Tak ada yang bersuara.
" kamu Dikota sendirian? " Tanya seno mencairkan suasana. Sedari tadi mereka diam sambil menyapukan pandangan mungkin daerah sini ada Tukang Tambal yang masih buka dijam sore gini.
" Kota mah rame mas "
" Maksudnya to ngekos atau dari rumah? "
Ibra terkekeh sendiri. " Ngekos mas, tapi kalau weekend pulang. Lagian Ngga terlalu jauh sama Rumah "
" Enak ya, dulu mas pulangnya setahun sekali pas lebaran. Liburan masih di perantauan " Seno sepertinya gemar tersenyum hari ini. Ibra jadi kagok sendiri. Diliat dari sisi manapun lurahnya memang tampan dan gagah sekali.
Seno berbelok, tepat disamping jalan ada papan kecil dengan ban bekas yang digantungkan. Disana, tertulis dengan jelas " Tambal band ". Seno bergegas menstandardkan motornya. " Tambal Mas gik " serunya pada sang montir. Pria paruh baya yang sudah belepotan mukanya terkena oli itupun menghentikan kegiatannya dan menghampiri Seno. " Ben neng kono lur, nko ta garape. Seko endi nyahmene lagi balek? — taruh situ dulu lur, nanti saya kerjakan. Dari mana jam segini baru pulang? "
" Kecamatan mas, Ojo suwi-suwi yo selak bali terus turu awakku pegel-pegel— kecamatan mas, jangan lama-lama ya udah pengen pulang mau tidur. Tubuhku pegal-pegal " tangan kanan Seno memijat bahu kirinya.
" Mulakno ndang rabi ben ono seng ngrumati. Bu bidan kae seng ayu opo kuwe rak seneng? Sawangane cocok karo pean lur— Makanya cepetan nikah biar ada yang merawat. Bu bidan yang cantik itu apa kamu ngga suka? Diliat cocok sama kamu lur ". Entah reflek atau apa, Selepas perkataan mas gik, Seno malah memalingkan wajahnya menatap sekilas Ibra yang masih dibelakang dengan raut wajah terlihat capek 'rak mudeng to cah iku— ngga paham kan tuh anak' batinnya.
Seno tersenyum " ngopo to mas, na jodoh rak bakal mblayu opomaneh umbal— apasih mas, kalau jodoh ngga akan lari apalagi sampe naik angkot " kemudian kedua pria itu tertawa. Ibra yang masih menatap punggung Seno merasa sedikit bosan karena perbincangan mereka berdua terlalu asyik sampai-sampai ia diacuhkan. Pemuda itu memilih duduk dibangku kayu kecil memanjang yang terdapat diteras bengkel sembari membuka akun instagramnya melihat beberapa foto anak-anak posko dan teman kampusnya.
" Makan dulu ya dek. Capek aku " Seno tiba-tiba sudah berada didepannya. Ibra mengangguk patuh mengikuti langkah sang lurah, didepan bengkel ternyata ada sebuah warung mie ayam yang saat itu masih lengang. Ibra melangkah dalam diam, mereka memilih tempat duduk dipojok belakang agak berjauhan dengan meja lainnya. " Mie Ayamnya 2 pak " ucap Seno pada pemilik warung.
" Bosen ya " tutur seno melihat raut wajah lelah mahasiswa KKN itu.
" Capek aja sih mas, daritadi siang rapat mulu. Belum makan juga sebenarnya "
KAMU SEDANG MEMBACA
KKN
RandomBoyxboy ✔ ( Selesai ) Sebelumnya Harap Dibaca‼️ Ambil yang baik - buang yang buruk. Perlu diketahui sebelum membaca cerita penulis bahwa tulisan saya mengandung unsur percintaan pria dengan sejenis. Dan dengan membaca Tulisan saya berarti anda sepak...