Part 3

3.8K 315 13
                                    

Dia memilihmu karena kamu istimewa
***

Koridor sekolah di beberapa menit sisa waktu istirahat terasa begitu ramai. Selain kembali ke ruang belajar, para siswa yang selesai mengisi perutnya memilih duduk-duduk di depan kelas atau siswa laki-laki kebanyakan turun ke lapangan. Ada yang bermain futsal, basket, juga voli, padahal guru sudah melarang sebab bukan jamnya pelajaran olah raga.

Kana berjalan sendirian karena Mora sedang menemani Rijal mencari referensi untuk tugas kelompoknya. Beberapa orang yang menyapanya ia balas dengan senyuman ramah.

"Kanaya?"

Mendengar namanya dipanggil, Kana menoleh dan terpaku mendapati sosok tersebut. "Eh, em ha-hai!"

Cowok itu menghampirinya diiringi senyuman ramah yang membuat beberapa teman ceweknya tak henti membicarakan kekaguman mereka. Sosok Alan dan karismanya memang tak bisa dipisahkan.

"Mau ke kelas, 'kan?"

Kana yang masih tak bereaksi membuat Alan mengipaskan tangan di depan wajahnya. "Kanaya, hei?"

Terkesiap, Kana meringis malu karena kedapatan memandangi cowok itu. Bukan karena terpesona, ia lebih merasa penasaran dengan kedatangan sang ketua OSIS.

"Y-ya gimana tadi?"

Alan tersenyum lagi. "Lo mau ke kelas, 'kan? Yuk bareng! Gue mau ketemu Jenar."

Tahu-tahu cowok itu sudah menarik tangannya hingga Kana terkejut. Sesuatu dalam dadanya juga berdetak cepat. Kana belum pernah pacaran sebelumnya, juga tidak pernah ada yang sembarang menggenggamnya.

"Kenapa? Kok berhenti?" tanya cowok itu heran. Kana meringis lagi dengan tatapan mengarah pada tangan mereka. Menyadari apa yang dilakukannya, cowok itu langsung melepas genggamannya. "So-sorry, gue gak sengaja."

"I-iya gak papa, hehe." Kana tertawa garing sambil menggaruk lengannya yang tak gatal. Tentu untuk mengalihkan rasa salah tingkahnya.

"Mm ya udah ayo bareng!"

Mengangguk, Kana berjalan di samping cowok itu dengan gelisah, terlebih saat beberapa siswa memandang ke arah mereka, tepatnya mungkin mempertanyakan kenapa upik abu bisa berjalan beriringan dengan sang pangeran. Ah, Kana paling tidak suka situasi seperti ini.

"Oh ya gimana perkembang bidang kekaryaan? Gue liat beberapa bulan ini karya anak-anak di mading ada peningkatan." Cowok itu dengan santai bertanya, padahal Kana sudah ingin cepat-cepat sampai kelas.

"Um, baik kok baik. Kita soalnya tiap hari Sabtu suka keliling kelas buat nagih karya anak-anak."

Haha kita? Gue aja kali. Dengkus Kana dalam hati. Hampir semua anggotanya sulit diajak kerja sama.

"Bagus deh, kalau ada apa-apa bilang aja ke gue."

Kana mengangguk saja. Helaan nafas keluar dari bibirnya saat mereka sampai depan kelasnya. Cewek itu menoleh. "Mau masuk atau-"

"Panggilin aja ke sini anaknya deh," potongnya cepat.

"Oke, bentar ya." Kana memasuki kelasnya yang begitu ricuh. Ia berjalan ke arah Jenar yang sedang menelungkupkan wajahnya, sedangkan di bangku belakang ada Arsel dan Regan yang tengah karokean.

Kana menggoyangkan bahu Jenar hingga terbangun dan mengatakan kalau Alan sedang menunggunya. Namun, setelah Jenar menemuinya, cowok itu kembali ke dalam kelas dan balik bertanya padanya. "Lo yakin Na, kalau Alan ke sini mau nemuin gue?"

Kana mengangguk diiringi pandangan tidak mengerti. Jenar yang berdiri di dekatnya malah terkekeh. "Mau gue kasih tau sesuatu gak?"

"Apaan?"

A or A ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang