Ada yang mencoba menerobos masuk
***"Bapak kamu arsitek yah?"
"Kok tau?"
"Karena kamu telah membangun istana di hatiku."
"Uh kak Arsel bisa aja deh. Heheh jadi grogi aku."
Kana sontak berlagak ingin muntah mendengar dua orang yang berdiri di koridor. Arsel yang melihatnya langsung berkata 'apa lo?' tanpa suara. Mengedikkan bahu, Kana berjalan melewati mereka menuju kelasnya. Ia mendengkus. Jika orang-orang berangkat pagi karena takut terlambat dan mendapat hukuman, berbeda dengan cowok itu yang tidak ingin ketinggalan aktivitasnya menggombali cewek.
Tak berapa lama ia mendengar derap langkah mendekat disusul rangkulan di bahunya. Kana sangat hafal wangi parfum sang pelaku, tanpa perlu menoleh.
"Na, Na."
Tau, kan siapa yang sering memanggilnya dengan dua suku kata tersebut? Kana hanya menjawab dengan deheman.
"Bapak kamu pekerja kantoran ya?"
"Apa?" tanya Kana tak menyangka kalau Arsel akan menggombalinya juga.
Arsel berdecak, menatap Kana yang masih berada dalam rangkulannya. "Bapak kamu pekerja kantoran ya?"
Kana sempat tertegun sebelum kemudian mengangguk kaku. "I-iya kok tau?"
Senyuman yang muncul dari bibir Arsel membuatnya berubah tegang. Kana dengan sabar menunggu cowok di sebelahnya bicara.
"Kok tau?" ulangnya lagi. Kana jadi tidak sabar.
"Beneran pekerja kantoran?"
Kana mengangguk dengan dahi mengernyit dalam. Hingga apa yang dilakukan Arsel selanjutnya membuat Kana mengumpati kebodohannya. Cowok itu bertepuk tangan seperti anak kecil sambil berkata, "Yeah ternyata tebakan gue bener! Hebat lo Cel, hebat!"
Kana menatap punggung Arsel yang hendak pergi setelah membuatnya gagal baper. Kesal, ia menendang kaki cowok itu hingga terjerembab. Arsel mengaduh, mengusap tempurung lututnya.
"Lo kok nendang gue sih, Na?"
"Karena gue mau," jawabnya tersenyum puas.
"Kejam lo." Arsel mengulurkan tangannya. "Bantuin cepet! Gue susah berdiri nih."
Kana yang bersedekap dada kini menepuk dahinya. "Aduh gue lupa belum ngerjain PR. Duluan ya? Bye!"
"Na! Kanaya! Dasar ya lo gak tanggung jawab!" teriak Arsel. Ia sangat tahu kalau cewek itu pura-pura. Seorang Kanaya tidak pernah melupakan semua tugas sekolahnya.
Raut kesal Arsel berubah berbinar mendapati dua sahabatnya yang berjalan mendekat. Arsel melambaikan tangan. "Bang Jeje! Ijal!"
"Ngapain lo selonjoron di sini?" tanya Rijal yang sudah berdiri di depannya. Jenar hanya menaikan sebelah alis.
"Gara-gara si Kanaya nih!" Arsel kembali mengulurkan tangan. "Tarik dong Ijal!"
Rijal berdecak. "Manja banget sih lo! Ogah."
"Pelit banget sih lo."
"Elo juga cowok kok manja amat!"
"Dih sewot aja lo!" Arsel tak kalah membalas. Hingga Jenar yang jengah melihat kelakuan childish mereka bersuara.
"Sini tangan lo!"
Arsel tersenyum lebar, menyambut uluran tangan Jenar dan berdiri. "Makasih Bang Jeje. Uh the best deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
A or A ✔️
Teen FictionKana diam-diam menyukai teman sekelasnya. Arsel, si tukang sepik yang gombalannya sudah menjalar di seantero sudut SMA Nusantara. Kana pikir, perasaannya akan sulit hilang. Hingga suatu hari, ungkapan terang-terangan dari sang ketua OSIS membuatnya...