Part 28

2.6K 282 75
                                    

Karena ketika seseorang jatuh cinta, tipe semenakjubkan apapun akan menjadi percuma
***

Kana keluar dari perpustakaan sambil bersenandung kecil. Ia baru saja mengembalikan buku yang dipinjamnya tiga hari lalu. Sebenarnya Kana datang ke sekolah bersama Arsel, tapi cowok itu langsung ngacir ke kelas setelah ia mengatakan hendak ke perpustakaan. Huft.

Merasakan ada yang memperhatikannya, Kana melirik sekitar lalu menggelengkan kepala. Hingga panggilan seseorang membuatnya menoleh.

"Iya, kenapa?" tanya Kana dengan kernyitan di dahi. Ia jelas tahu siapa cewek yang kini berdiri di depannya. Vanesa, siswa kelas sebelas IPS 1 dan merupakan anggota paskibra. Namun, yang membuatnya bertanya-tanya adalah alasan Vanesa memanggilnya. Ia pikir mereka tidak seakrab itu.

"Lo tadi pagi berangkat sama Arsel?"

Kana hampir mendengkus mengetahui tujuan cewek itu sebenarnya.

"Kenapa gitu?" Kana balik bertanya. Ingin tahu jawaban cewek di depannya yang terlihat tak sabaran.

"Cuma nanya aja," jawabnya dengan satu tangan memainkan rambut panjangnya. "Gue denger dia baru jadian dan tadi gue liat Arsel bonceng lo."

Terus kalau udah tau kenapa nanya? balas Kana dalam hati. Tentu saja ia tidak akan meledak-ledak seperti cewek kebanyakan. Keep calm adalah moto hidupnya.

"Oh kirain ada hal penting yang mau dibicarain," ujar Kana dengan senyum yang dipaksakan.

"Jadi, lo bukan pacarnya Arsel?"

Ingin sekali Kana pergi saat itu juga, tapi entah kenapa ia malah tetap berdiri di tempat. Kana baru hendak menjawab ketika Vanesa kembali bersuara. "Ah, tapi gak mungkin juga sih setelah gue pikir-pikir."

Mata Kana membola. Maksud lo apa hah?

Menyunggingkan senyum palsu, Kana bertanya. "Maksudnya?"

"Ya ...," Cewek itu meneliti seluruh tubuhnya. "Lo terlalu kalem dan hm you're not his type."

Oke, Kana juga tahu itu sejak dulu karena barisan mantan gebetan Arsel semuanya hampir sama. Cantik, putih, tinggi, langsing, juga tentunya dikenal hampir seluruh siswa. Contoh sepupunya sendiri, Arsa. Lalu Karin si atlit basket, Elsa, dan cewek di depannya. Tak ketinggalan juga beberapa adik kelasnya. Memikirkan itu, Kana merasa tak nyaman sendiri.

"Lo tau siapa ceweknya? Mereka sekelas?"

Gue ceweknya dan iya kita sekelas. Duduknya juga deketan. Namun, cewek itu tetaplah seorang Kanaya yang memilih mengedikkan bahu. "Mungkin lo bisa tanyain langsung sama orangnya."

Raut Vanesa berubah muram. " Yah, dia susah dihubungin sekarang."

Dan Kana akan marah kalau Arsel tetap meladeni cewek-cewek di sekolahnya.

"Lo beneran gak tau?"

Jengah, Kana sengaja melihat jam di pergelangan tangan. "Gue kayaknya harus pergi deh, bentar lagi bel."

Vanesa seperti tak terima.

"Duluan ya, Nes," pamitnya beranjak. Kana mengembuskan nafas, baru satu hari dan mantan gebetan Arsel mulai bermunculan. Bagaimana kalau mereka semua akhirnya tahu? Kana jadi resah sendiri.

Dulu ketika berpacaran dengan Alan, ia takut omongan orang tentang betapa tak cocoknya mereka. Namun sekarang, ia lebih takut Arsel hanya sedang bosan atau baper sementara setelah tahu Kana menyukainya.

Cowok itu jelas masih seperti bocah. Bagaimana kalau nanti Arsel berubah pikiran dan menyesali keputusannya? Kana berdecak. Tau ah pusing!

Kana memasuki kelas dengan tak semangat. Ia melirik Arsel yang langsung menghentikan kegiatan mencoreti whiteboard setelah melihat kedatangannya.

A or A ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang