Part 15

2.6K 234 51
                                    

Lupakan, bahwa aku pernah memintamu untuk tetap berada di sini
***

Cowok itu mengabaikan keramaian di sekitarnya. Yang dilakukannya sejak tadi hanya diam. Tatapan tertuju pada jalanan yang lenggang karena hari sudah larut.

Ucapan cowok yang mengaku sebagai pacar dari seorang Kanaya Kemala Bintang membuat pikirannya kacau. Ada perasaan tak terima yang mengendap dalam dadanya. Namun, bukankah seharusnya ia tidak merasa ketakutan? Toh, antara dirinya dengan cewek itu hanya sebatas teman. Meski sebenarnya beberapa hari terakhir ini, ia mulai memikirkan hal lain tentang apa yang dirasakannya.

Tiba-tiba kamu datang
Saat kau telah dengannya
Semakin hancur hatiku

Jangan datang lagi cinta
Bagaimana aku bisa lupa
Padahal kau tahu keadaaannya
Kau bukanlah untukku

Arsel berdecak mendengar lirik lagu yang sedang dinyanyikan beberapa orang di dekatnya. Entah mengapa ia merasa tersindir, padahal belum tentu mereka pacaran. Tapi, kalau kebenarannya seperti itu bagaimana? Arsel meringis. Tolong jangan sampai. Harapnya.

"Kenapa diem aja? Masih inget bokap?

Arsel hanya menoleh pada Gilang tanpa menjawab pertanyaannya.

"Atau masalah cinta?" tebak cowok itu.

Terdiam, Arsel menghela nafasnya.

"Lo kayaknya butuh penenang," ujar seseorang yang kini mendudukkan diri di sebelahnya. Dino tersenyum miring dan menyodorkan bungkus rokok padanya. Seketika ucapan Kana terngiang di telinganya.

Tentang larangan cewek itu agar dirinya tidak berhubungan dengan orang-orang yang saat ini bersamanya. Baru beberapa jam lalu dan Arsel sudah melanggarnya. Hebat!

Arsel menggeleng. "Gue gak ngerokok."

Penolakannya membuat mereka tertawa.

"Cupu lo, Sel!" Gilang menepuk bahunya. "Lo gak bakal langsung mati cuma gara-gara ini."

Karena nyatanya ia mungkin akan mati oleh anggukan atau satu kalimat 'Ya, kita pacaran' yang keluar dari mulut Kana nanti.

"Btw, temen-temen lo gak tau, kan lo ke sini?" tanya Dino yang langsung dijawab oleh Gilang. "Ya enggaklah. Yang ada mereka ngamuk."

Mereka kembali tertawa. Arsel membenarkan hal tersebut. Bersahabat baik dengan Jenar dan peraturannya yang bermodalkan kata demi kebaikan, kadang membuat Arsel penasaran untuk mencoba banyak hal yang ditawarkan orang-orang.

Mungkin Regan atau Rijal tidak pernah protes. Keduanya selalu memilih untuk tetap berada di zona aman. Tidak mengerjakan tugas, terlambat, bolos untuk tidur di uks atau jajan di kantin, serta tidak berpenampilan rapi, hanya itu kenakalan yang mereka lakukan.

Arsel menatap ponselnya. Kana mengiriminya pesan sejak sore dan belum ia balas sama sekali. Hingga kemudian, satu chat dari Alan yang mengirimkan sebuah foto membuatnya terhenyak. Di sana cowok itu merangkul mesra bahu Kana.

Alan: [send picture]
Alan: Kita lagi ngedate
Alan: Masih gak percaya?

Menggertakan giginya, Arsel memasukkan ponsel ke saku jaket. Rasa panas menjalari tubuhnya hingga rasanya ia ingin meledak, mengeluarkan amarah. Enggak, Cel. Tahan. Jangan kepancing. Lo belum denger langsung dari orangnya.

"Heh!" Dino menyikut lengannya, masih dengan usahanya menyodorkan sepuntung rokok dan kali ini dilengkapi dengan pemantiknya. "Gue tahu, lo lagi bener-bener butuh ini."

A or A ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang