Part 17

2.4K 231 30
                                    

Apa yang terjadi denganmu?
***

Seharusnya Arsel merasa tenang karena setelah aksi marahnya hampir beberapa pekan ini, kakak tertuanya menyerah mengajaknya dan dan sang mama ikut ke Surabaya. Namun, masalah hatinya tidak selesai begitu saja setelah ia memutuskan untuk menjauh.

Bukannya ia terlalu pengecut untuk melawan seorang Kalandra. Arsel hanya terlalu sadar diri bahwa dirinya bukan sosok yang pantas berada di samping Kana. Entah sejak kapan sikap insecure-nya muncul, padahal biasanya Arsel tidak mempedulikan itu selama ia bisa bebas bersenang-senang menikmati masa remajanya.

Setelah menyadari perasaannya pada Kana, cowok itu mulai banyak berpikir. Mau jadi apa dirinya nanti? Sekarang saja Arsel sudah tertinggal jauh.

"Cel, kenapa malah ngelamun?"

Arsel menoleh, kernyitan di dahinya muncul mendapati sang mama sudah berpakaian rapi. "Mama mau ke mana?"

Wanita yang akhir-akhir ini banyak mengeluarkan air mata tersebut tersenyum simpul lalu duduk di sebelahnya yang masih enggan menghabiskan sarapan.

"Ma?" Arsel masih tak menyerah selama belum mendapatkan jawaban.

Sang mama menuangkan nasi goreng ke piring sambil menjawab pertanyaannya. "Kamu masih inget sama tante Sandra temen mama, 'kan? Yang anaknya dulu suka main sama kamu kalau ke sini."

Arsel mengangguk.

"Kebetulan Sandra nawarin mama buat kerja sama dan kar-"

"Dan mama mau?" potong cowok itu dengan raut muka berubah tak suka. Sang mama menghela nafas. "Mama ngerasa sepi di rumah, makanya pingin ngisi waktu luang."

"Ini bukan karena-" Tenggorokannya terasa tercekat mengingat tidak ada lagi kepala keluarga yang memberikannya nafkah. "Acel bisa nyari kerja. Mama diem aja di rumah, istirahat."

Mata wanita itu berkaca-kaca, mengusap punggung tangan putra bungsunya. "Kamu mikir apa sih? Ini bukan tentang uang. Mama hanya ingin mencari kegiatan di luar rumah biar gak keinget terus. Lagian sayang kalau keahlian mama gak dimanfaatin, 'kan?"

Dadanya seketika terasa ngilu. Arsel jelas tahu bahwa sang mama tidak ingin membuatnya khawatir. Mereka tidak mungkin hanya bergantung pada uang pensiunan mendiang papanya, bahkan tabungan mereka kian hari semakin menipis.

Kenapa Arsel baru menyadari semuanya sekarang?

"Maaf udah nyusahin mama," lirihnya dengan nada bergetar.

"Enggak, Cel. Jangan pernah berpikir seperti itu. Kamu adalah penguat mama saat ini."

Arsel menghapus sesuatu dari ujung matanya. Ia memang secengeng itu jika berhubungan dengan orang-orang yang disayanginya.

"Acel harus gimana biar mama bahagia, Ma?" tanyanya membuat sang mama merangkul bahunya.

"Cukup dengan kamu tidak membuat kecewa mama."

Dan Arsel seketika dibuat tertegun.
***

Sejak mendudukkan diri di kursinya, yang Arsel lakukan hanya melamun. Sesekali memainkan ponselnya tampak berkirim pesan dengan seseorang, tentunya bukan para sahabatnya karena mereka ada di dekat Arsel. Ketiganya hanya saling pandang akan sikap cowok itu yang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Cel!" panggilan kesekian membuatnya terpaksa menoleh.

Kana mengangkat bukunya. "Mau liat tugas gue?"

Arsel menatapnya dingin kemudian melengos. Hal tersebut membuat Kana menghela nafas kecewa. Cewek itu tertegun mendapati tatapan simpati Regan yang kebetulan memperhatikan mereka. Kana segera memperbaiki raut mukanya dan berpura-pura bertanya pada Mora.

A or A ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang