Part 29

2.7K 275 31
                                    

Kamu adalah salah satu dari orang beruntung itu
***

Minggu pagi Kana sudah bersiap pergi. Bukan untuk kencan melainkan menuju rumah Arsel. Cowok itu sengaja mengabaikan chat-nya karena ia mengajak belajar bersama berhubung minggu besok jadwalnya UTS.

Setelah memasukkan buku ke tas, Kana beranjak dan pamit pada kedua orang tuanya, berangkat menggunakan motor. Cewek itu sempat ragu saat sampai di depan rumah Arsel. Ini untuk pertama kalinya ia ke sana sendirian.

"Cari siapa, Nak?"

Kana terkesiap mendapati wanita paruh baya yang berdiri di depannya. Ia malah melamun di atas motor. Salah tingkah, Kana turun dan menyalami wanita tersebut. Ia merutuki Arsel yang tidak bisa dihubungi, ponselnya seperti sengaja dimatikan. Tsk, kekanak-kanakkan!

"I-ini tante, saya mau ketemu Ac- hm Arsel."

"Oh temennya Acel?" Senyum di bibir wanita itu mengembang. "Saya mamanya."

Mata Kana membola. Pantas merasa tidak asing, ternyata ia pernah melihatnya saat kepergian mendiang ayah Arsel. "O-oh maaf tante."

"Tidak apa-apa." Masih tak menghilangkan senyumnya, wanita itu menandanginya lamat. Kana jadi grogi dengan apa yang dilakukan mama dari pacarnya. 

"Ya udah yuk masuk! Motornya bawa saja ke dalam," ajakan tersebut dianggukinya. Kana kembali menaiki motornya untuk memasuki halaman rumah Arsel.

"Acel kayaknya tidur lagi. Dia abis bantuin beres-beres rumah sih sebelum tante pergi ke pasar. Disuruh nganter katanya capek, malah pesenin tante gojek," kekeh mama Arsel, Sonya. "Anak itu memang susah banget kalau disuruh, harus dipaksa dulu."

Kana hanya tersenyum mendengarnya, takut salah menanggapi ucapan wanita itu dan berdampak buruk pada hubungan mereka.

"Silahkan duduk," suruh Sonya.

"Iya makasih, Tan."

"Tante panggilin Acel dulu ya."

Mengangguk, Kana membiarkan Sonya berlalu. Tatapannya beralih pada sekeliling ruangan. Rumah Arsel berukuran sedang dan bernuansa klasik. Kana berdiri dari duduknya, memandangi beberapa foto yang tergantung di dinding. Ada foto Arsel bersama kedua orang tuanya dan dua perempuan yang Kana kira kakak dari cowok itu. Sisanya foto acara pernikahan, wisuda dan ... Kana menyipitkan matanya melihat Arsel yang sedang memegangi piala serta tropi yang menggantung di lehernya, tersenyum lebar ke kamera. Cowok itu pernah mengikuti perlombaan dan menjadi juara saat sekolah menengah pertama.

"Siapa sih, Ma? Perasaan Acel gak-" Cowok dengan rambut acak-acakan itu tampak terkejut melihat keberadaanya. Kana sendiri sudah melemparkan tatapan tajam sambil bersedekap dada.

Meringis, Arsel berjalan menghampirinya. "Kok bisa di sini?"

Kana tak menjawab, malah kembali memperhatikan foto-foto sebelumnya. "Gue gak tau lo pernah menangin lomba."

Tahu cewek itu sedang kesal, Arsel meraih jemarinya. "Maaf."

"Buat?" tanya Kana mengabaikan raut bersalah Arsel.

"Hm buat semalem dan tadi pagi."

Kana menghadap cowok itu, melepaskan genggamannya. "Lo abain chat gue, Cel."

"Iya makanya maaf."

"Lo juga sengaja matiin ponsel biar gak gue hubungin terus," tambah Kana membuat mata Arsel membola. "Enggak, Na. Ponselnya mati dan gak sempet dicharger."

Kana mendengkus.

"Beneran deh gak bohong. Kalau gak percaya gue bawa deh ponselnya ke sini." Arsel hendak pergi, tapi Kana menahan lengannya.

A or A ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang