Apa cinta selalu rumit?
***Cewek itu memasuki kelas setelah kembali dari toilet. Beberapa siswa langsung mengarahkan tatapan beragam. Kana mengernyitkan dahi, terlebih saat mendapati Mora yang tampak cemas. Cewek itu melambaikan tangan sebagai isyarat karena guru Biologinya sedang memeriksa tugas di meja.
"Ada apa sih?" tanyanya pelan. Mora segera menariknya untuk duduk dan bebisik. "Lo balikan sama Alan?"
"Hah?" Kana tidak mengerti kenapa sahabatnya menanyakan hal yang tidak mungkin itu. "Lo ngomong apa sih?"
"Beneran gak balikan?" Cewek itu mengulang pertanyaan yang dibalas gelengan oleh Kana. Mora yang terlihat bingung sejak awal segera mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan sesuatu padanya. "Terus kenapa Alan post foto kalian di media sosialnya?"
Mata Kana membeliak, refleks ia menoleh ke arah cowok di seberangnya yang sedang mengganggu kegiatan tidur Rijal. Tiba-tiba merasa cemas dengan tanggapan cowok itu nantinya.
Segera Kana mengirimkan chat pada Alan yang ternyata tidak main-main dengan ucapannya pagi tadi.
Kana: Hapus fotonya Al
Alan: Aku cinta sama kamu Na
Jawaban tidak nyambung Alan membuatnya menghela nafas. Harus bagaimana agar cowok itu mengerti?
Kana: Aku serius Al.
Kana: Mereka pasti salah pahamAlan: Kpn aku main2 Na?
Alan: Aku bukan ArselKana: Knp jadi bhs dia sih?
Alan: Kamu takut dia salah paham bkn?
Alan sok tahu sekali meski memang benar seperti itu. Namun, di luar semuanya, Kana juga tidak siap dengan pandangan orang-orang.
"Na! Lo beneran pacaran sama Alan?"
Gerakan tangan Kana terhenti. Suasana kelas jadi hening. Friska pandai sekali memanfaatkan kesempatan saat Bu Berta ke luar kelas.
Kana menatap Friska yang sudah berdiri di dekatnya lalu beralih pada sosok di belakang cewek itu. Arsel ikut memandang ke arahnya.
"Hei Kanaya! Kok bengong sih?" Friska mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Jadi beneran kalian jadian?"
Arsel mengalihkan tatapan pada ponselnya. Diam-diam Kana mengembuskan nafas kecewa. Berusaha bersikap normal, ia menggelengkan kepala. "Enggak, cuma temen."
Cewek itu mengangguk dan kembali ke tempat duduknya. Kana tahu, Friska masih penasaran dengan apa yang terjadi.
Kana sendiri yang kini bergelut dengan ponselnya tak menyadari bahwa dirinya sejak tadi menjadi pusat perhatian Jenar dan dua sahabatnya.
Alan: P
Alan: Knp gk dibales?Kana: Please Al, hapus!
Alan: Enggak Na
Kana: HAPUS!
Alan: Kamu marah?
Kana: Masih nanya?
Alan: Maaf Na
Alan: Aku cuma pingin kita balikanSetelah itu Kana tidak membalas chat Alan lagi. Percuma jika hanya menyulut emosinya. Ia menyimpan benda pipih tersebut ke laci meja lalu menenggelamkan kepala di antara lipatan tangan. Kana lelah, tidak menyangka Alan akan bertingkah ke kanak-kanakan seperti itu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
A or A ✔️
Teen FictionKana diam-diam menyukai teman sekelasnya. Arsel, si tukang sepik yang gombalannya sudah menjalar di seantero sudut SMA Nusantara. Kana pikir, perasaannya akan sulit hilang. Hingga suatu hari, ungkapan terang-terangan dari sang ketua OSIS membuatnya...