Rujuk?

1.7K 110 9
                                    

Iqbaal mengusap kasar wajahnya. (Namakamu) tidak berhenti menangis semenjak lima belas menit yang lalu. Ia hanya duduk di pinggir kasur tanpa melakukan apa selain menontoni (Namakamu) yang menangis. Mengingat Bio pernah mengatakan padanya bahwa ia harus menjaga air mata (Namakamu). Iqbaal mendekatkan dirinya pada (Namakamu). Ia memberanikan untuk memeluknya.

'Hap!'

(Namakamu) tidak memberontak. Ia tau (Namakamu) perlu sandaran. Tak lama (Namakamu) membalas pelukannya. Menangis di dada bidangnya. Iqbaal mengelus pumggung (Namakamu). Berusaha agar ia menghentikan tangisnya.

***

(Namakamu) berjalan menuju cahaya di depannya. Sesampainya dititik terang itu ternyata itu adalah Bio. (Namakamu) menatapnya bingung karena Bio memasang wajah kesalnya.

Tangan Bio terulur ke dahinya. (Namakamu) menganga karena Bio menoyornya.

"Udah gue bilang jangan nangis, malah makin nangis" Gumamnya datar.

Bukannya iya mengangguk dan meminta maaf ia malah meneteskan air matanya lagi. Tangan Bio terulur menghapus air matanya.

"Kasian tau gak mata lo, pasti capek keluarin air mata terus, gue yang liat aja capek"

"Gue janji gak kan nangis lagi, ini terakhir lo liat gue nangis" (Namakamu) berusaha menampilkan senyumnya.

Bio menangkup sisi wajah (Namakamu). "kalau lo kangen gue lo tatap mata lo sendiri, lo juga bisa liat bintang di malam hari, gue bisa liatin lo dari sana". Ia mendekatkan bibirnya pada kening (Namakamu).

'Cup!'

Lalu turun ke kedua pipi (Namakamu).

'Cup!'

Terakhir bibir (Namakamu).

'Cup!'

Bio menciumnya sekilas. Keduanya saling melempar senyum. Bio melakukan hal yang (Namakamu) lakukan kemarin ketika di rumah sakit. Kemudian ia memeluknya dengan hangat. (Namakamu) membalas pelukannya. Ia menghirum dalam dalam aroma tubuhnya.

Saat membuka mata ia terkejut. Dan lamgsung melepaskan pelukannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Iqbaal bingung.

"Kok bisa gue peluk lo?" Tanya (Namakamu).

"Tadi kan ketidurannya meluk aku" Ujarnya.

(Namakamu) segera membereskan barang barangnya yang ia keluarkan tadi. Ia mengambil flashdisknya kembali lalu menutup laptopnya.
Surat Bio ia ia lipat kembali. Kotak yang berisi kalung tadi bersama yang lainnya juga ia masukkan kembali ke paperbag.

"Aku juga punya sesuatu buat kamu" (Namakamu) menoleh ketika iqbaal menyodorkan foto.

(Namakamu) mengambil. Ia tersenyum itu foto yang Iqbaal sempat ambil di rumah sakit ketika (Namakamu) sedang berbicara dengan Bio.

Berusaha kuat agar tidak menangis karena ia sudah berjanji tadi adalah terakhir kalinya ia menangis. Ia memasukkan juga ke dalam paperbag.  Kemudian ia beranjak dari kasurnya ia meletakkan kembali laptopnya di meja belajarnya beserta paperbagnya.

Iqbaal hanya memperhatikan apa yang (Namakamu) lakukan. Ia masuk ke kamar mandi untum mencuci wajahnya. Tak lama ia keluar dan Iqbaal tidak lagi di kamarnya. Ia berjalan menuju meja riasnya. Dan hobinya sekarang adalah menatap matanya. Karena seperti ini ia akan merasa seperti di tatap oleh Bio. Ia tersenyum seakan bola matanya ikut tersenyum. Ia membalikkan badannya lalu menuju balkon kamarnya. Tangannya memegang pagar sepinggangnya. Ia menatap langit malam yang sangat baguus sekarang karena penuh dengan bintang. Tatapan (Namakamu) berhenti pada satu bintang yang paalling terang diantara yang lain. Mungkin saat ini Bio sedang memperhatikannya.

If You Know (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang