Aku baru saja turun dari mobil aku melangkah masuk ke rumah orang tuaku. Mengetuk pintu dan memberi salam sebelum ku buka sendiri pintunya. Aku mengernyit mendapatkan bunda menggendong Rafa yang sedang menangis.
"Rafa kenapa bun?" Tanya ku khawatir.
"Rafa pengen Bunda katanya" Aku tersentak mendengar perkataan Bunda. Aku beralih menggendong Rafa dan berpamitan pulang.
Setelah mendudukkan Rafa di jok sebelah aku mengitari mobil masuk ke jok pengemudi. Ku lirik Rafa yang masih sesegukkan. Aku hanya diam tidak berbicara padanya. Sampai Rafa bersuara baru aku menoleh.
"Ayah.."
"Kenapa Rafa?"
"Unda.." Aku hanya tersenyum tipis, sangat tipis. Ini yang aku takutkan selama ini. Ketika anakku sudah bisa bertanya dimana ibunya. Dan selama ini aku hanya menjawab.
"Rafa jangan nanya soal bunda dulu yaa" Setelah itu Rafa diam. Selalu seperti itu. Aku sendiri juga capek. Aku kembali fokus menyetir hingga sampai di rumah.
Sudah hampir dua tahun aku tidak bertemu istriku sendiri. Dan dua tahun ini Zidny kembali dekat denganku. Aku hanya bersikap baik padanya, bukan berarti aku jatuh lagi padanya, tidak. Ia juga tidak menuntutku untuk kembali dengannya. Kami seperti teman dekat. Ya. Bisa dibilang begitu.
Zidny juga sudah tau bahwa aku sudah menikah. Ku lihat wajahnya sedikit kaget namun ia tersenyum kemudian. Ia juga sudah tau soal (Namakamu) ketika ia menanyakan mengapa ia tidak pernah melihatnya.
Ia juga lumayan sering ke rumah ku untuk bermain dengan Rafa. Dan Rafa juga senang menerima kehadiran Zidny. Rafa juga pernah mengira bahwa Zidny adalah ibunya. Sontak aku memberitahu Rafa kalau itu salah. Aku sebenarnya juga takut Rafa tidak mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu, jadi ku izinkan saja Zidny menemani Rafa. Selagi ia tidak macam-macam.
Mobilku baru saja berhenti di halaman rumahku. Aku menggendong Rafa untuk masuk. Ternyata Rafa tidur. Langkahku sedikit terhenti ketika aku melihat ternyata Zidny datang ke rumahku lagi, ia duduk di kursi panjang di teras Rumahku.
"Rafanya Tidur" Ucapku menatap Zidny yang tersenyum padaku.
"Oh, kalau gitu gue pulang deh" Zidny mengelus kepala Rafa yang bersandar di dada bidangku.
"Maaf yaa zee" Ucapku meminta maaf karna sudah merepotkannya datang ke sini. Biarpun itu keinginannya sendiri.
"Mau gue anter?" Tawarku karena merasa tidak enak.
"Ga usah baal gapapa aku pulang sendiri" Ia tersenyum padaku dan pergi dari hadapanku.
Setelah melihatnya keluar gerbang aku masuk ke dalam rumah. Menidurkan Rafa di kamarnya. Ku lihat ranjang sebelah yang kosong. Aku sangat rindu dengan Ananta. Apa kabar dia sekarang. Dua malaikatku pergi belum kembali. Rasanya separuh jiwaku hilang. Dari pada terlarut sesak, lebih baik aku mandi sekarang setidaknya sedikit menyegarkan badan dan pikiranku.
***
Bio baru saja mendatangi apartemen (Namakamu). Membuka pintu ia masuk menelusuri isi apartemen, tapi tidak ada orang. Entah kemana (Namakamu). Ia kembali keluar dan menutup pintu.
"Lo cari (Namakamu) Bi?" Tanya seseorang membuatnya terkejut.
"Eh Caitlin, iya, dia kemana ya?"
"Dia di apart Bastian, ini gue mau kesana, yuk sekalian" Ucapnya melewati Bio. Namun Bio mensejajarkan langkahnya.
Ketika sampai, Bio mengetuk pintu kemudian ia masuk tanpa izin dari snag empu.
"Eh kirain siapa, haii caitlin, bio" Sapa (Namakamu) yang sedang memakan donat.
"Eh makan bagi bagi dong" Caitlin menghampiri meja yang tersedia sekotak donat yang tersisa empat.
"Ih makannya jangan celemot dong sayang" Bastian ingin menghapus bekas cream donat di sudut bibir Caitlin namun di tepisnya.
"Apaan sih lo sayang sayang, gue bukan sayangnya lo" Cibirnya.
"Galak amat sih yang" Bastian mengerucutkan Bibirnya.
(Namakamu) dan Bio terkekeh melihatnya. Selalu berantem kalau mereka ketemu, gak pernah ada akurnya.
"Unda.. Mau" Ananta melihat donat tersebut yang sangat menggodanya.
"Dikit aja yaa" (Namakamu) mencuil sedikit donatnya ke mulut Ananta. Sepertinya enak karena dalam sekejap sudah di telan habis Ananta dan ia meminta lagi namun tidak (Namakamu) beri.
"Kasih lah (Nam) kasian tuh pengen banget anak lo" Bio terkekeh melihat wajah Ananta yang memasang puppy eyesnya, mirip tingkah (Namakamu) kalau meminta sesuatu yang tidak ia dapatkan.
"Gak bagus masih kecil banyak makan ginian" Sanggah (Namakamu).
"Ihh kan sekali kali elah (Nam)" Bio mengambil seperempat donat miliknya ia beri pada Ananta.
"Bio!!" Sentak (Namakamu) saat Ananta sudah menerima donatnya.
"Sstt, diem aja lo" (Namakamu) mengerucutkan bibirnya. Entah siapa sekarang orang tua Ananta. Sementara itu Ananta memakan dengan berantakan hingga celemmot ke pipinya. Caitlin tertawa melihatnya.
"Lucu banget sih Anta astaga! Hahaha" Caitlin mengambil tissue, ia berikan pada (Namakamu) untuk mengelap pipi anaknya. Ananta hanya tergelak terhadapnya. Gemas sekali.
"(Nam) lo bakal pulang ke Indonesia setelah lulus?" Tanya Bastian.
"Hmm... Kemungkinan iya, lo sendiri?"
"Iya juga kayaknya" (Namakamu) hanya berdehem menanggapinya.
"Lo bakal cari suami lo lagi?" Pertanyaan frontal dari Bio mendapat jitakkan dari Caitlin.
"Sakit bego!"
"Lo yang bego!! Ngomong gak pake di saring!!" Ketus Caitlin.
"Gapapa Cait" Sahutnya.
"Gue gatau juga, gue belum siap, tapi kasian Anta, gue masih bingung harus gimana" (Namakamu) sibuk mengelap tangan dan mulut Ananta yang kotor.
"Gue bakal temenin lo" Sergah Bio.
"Hahh? Maksud lo? Lo bakal ikut gue ke Indo?"
"Gue bakal pindah ke sana sama keluarga gue"
"Oh gitu"
"Yahh gue bakal pisah dong sama kalian semua?" Caitlin memasang wajah sedihnya.
"Gue nikahin lo deh, biar gue bawa ke indo" Ucap Bastian santai.
Caitlin mengernyitkan alisnya. "Pala lo peang!"
Semua tertawa kecuali Caitlin yang kesal dengan Bastian.
Bastian sebenarnya takut untuk mengakui soal masa lalunya. Ia harus memperbaiki hubungannya dengan suaminya, tapi ini belum saatnya menurutnya, ia takut (Namakamu) akan menjauhinya. Ia harus bilang pada (Namakamu) bahwa Aldi tidak menyentuhnya sama sekali. Ia akan menunggu waktu yang tepat.
***
Iqbaal tengah makan siang bersama Zidny di kantornya. Gadis itu terlihat tidak bersemangat hari ini, entah apa sebabnya.
"Lo kenapa? Kok gak di makan?" Tanya Iqbaal saat melihat zidny hanya mengaduk makanannya.
"Hah? Gak gue gapapa" ucapnya langsung menyendoki makanannya ke dalam mulut namun terkesan tersiksa membuat Iqbaal mengernyitkan alisnya.
"Makanannya gak enak?" Terka Iqbaal namun Zidny hanya menggeleng.
"Lo gapapakan?" Tanya Iqbaal sekali lagi. Zidny terlihat sedikit membanting sendok dan garpunya membuat Iqbaal tersentak.
"Gue sebenarnya gak bisa boongin perasaan gue sendiri, gue capek"
Bersambung..
Apasih zee? Ngomong apa sih? Gak ngerti ah!
Vote comment please
Thanks supportnya 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know (COMPLETE)
Romansa"Aku seneng kalau kamu tersiksa dengan perasaanmu".-Iqbaal "Kalau gue punya perasaan lebih ke lo gimana?" -Bio Kebahagiaan yang (Namakamu) rasakan hanya sementara ia dapatkan, tak lama kebahagiaan itu akan membuatnya menangis, ia terlalu lelah untuk...