Iqbaal sudah mengurus surat perceraiinya dengan Zidny. Ia sekarang membawa mobilnya meninggalkan perkarangan rumah. Ia akan memberi surat ini pada Zidny.
Setelah sampai, ia menyusuri koridor rumah sakit ini. Ia menuju kamar inap Zidny.
'Clek!'
Tidak ada siapapun di ruangan ini. Hanya Zidny yang sedang memainkan ponselnya dengan bersandar di ranjangnya.
"Ini surat sidang, kamu harus datang!" Iqbaal menyodorkan di depan wajah Zidny. Membuatnya mendongak.
Zidny meraihnya. Lalu ia letakkan di meja tinggi di sebelahnya. Ia tersenyum pada Iqbaal.
"Aku harus pulang, Raffa sama Ananta nunggu aku di rumah" Gumam Iqbaal dengan ekpresi sedatar mungkin. Lalu ia berjalan meninggalkan Zidny yang membisu seribu bahasa.
Iqbaal menutup kembali pintunya ia berjalan santai untuk pulang. Ia mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara ranjang yang didorong dengan rusuh oleh beberapa orang sehingga menimbulkan suara yang ricuh di lantai berkeramik ini.
Mungkin orang yang kecelakaan, pikir Iqbaal. Iqbaal tak sengaja menoleh pada orang orang yang melewatinya. Dan sadar tidak sadar ia melototkan matanya. Apa ia salah? Itu barusan (Namakamu) bukan? Ia menoleh kembali ke belakang. Namun terhalang beberapa orang. Ia menghilangkan pikiran buruknya. Ia mulai melangkah kembali. Saat hampir sampai di pintu masuk ternyata beberapa orang mendorong ranjang dengan seorang pria yang kepalanya penuh darah. Iqbaal meliat dengan jelas. Jantungnya berhenti berdetak seketika. Pria ini ternyata Bio. Berarti yang tadi adalah (Namakamu). Astaga apa yang terjadi? Ia mengurungkan niatnya untuk pulang, ia kembali menyusul dua korban kecelakaan barusan.
"Maaf mas siapanya ya?" Tanya seorang pria.
"sa..saya calon suami (Namakamu)"
"Silahkan mas tunggu di luar yaa"
Iqbaal mendengus kesal. Ia bersandar pada dinding UGD ini kemudian meringsut. Ia mengerang frustasi. Selalu ada saja musibah yang menimpanya. Ia sangat khawatir sekarang. Ia masih ingat wajah (Namakamu) tadi penuh darah yang membuatnya kurang mengenalinya tadi. Sebenarnya apa yang menyebabkan mereka kecelakaan?
"Permisi pak selamat malam" Ucap seseorang membuat Iqbaal mendongak dan segera berdiri.
"Malam, ada apa ya pak?" Tanya Iqbaal.
"Apa anda keluarga dari korban kecelakaan ini?"
"Yaa"
"Kami dari pihak kepolisian sudah menyelidiki kasus kecelakaan ini, ini merupakan kecelakaan murni karena supir yang membawa truk yang menabrak mobil korban dalam keadaan ngantuk dan terburu buru. Supir truk hanya mengalami kecelakaan ringan, kami akan memastikan supir truk tadi akan mengganti semua kerugian yang terjadi" Jelas seorang polisi.
"Baik Pak, terimakasih atas penjelasannya" Iqbaal menjabat tangan polisi tersebut. Kemudian pria ini pamit pergi.
'Astagfirulloh! Gimana bisa terjadi!?' Batin Iqbaal.
***
*(Namakamu) POV On*
Aku merasakan pegal dan nyeri di seluruh tubuhnya. Aku mulai membuka mata dengan perlahan. Kepalaku sangat sakit dan masih pusing. Aku menutup kembali mataku ketika tidak dapat melihat apa apa dan aku masih pusing sekali. Aku mengerjapkan mata ku beberapa kali. Aneh. Kenapa semuanya gelap. Aku terus mengerjapkan mataku dan alhasil tetap sama. Semuanya gelap. Apa aku sudah mati? Tidak aku bisa merasakan sedang terbaring di ranjang dengan kepalaku yang sepertinya di perban.
"Bio..?" Lirihku. Aku mulai takut sekarang. Kenapa ruangan ini gelap sekali. Aku ada dimana sebenarnya?
"(Namakamu)" Aku tercengang. Aku kenal suara ini. Suara yang sangat familiar di telingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
If You Know (COMPLETE)
Storie d'amore"Aku seneng kalau kamu tersiksa dengan perasaanmu".-Iqbaal "Kalau gue punya perasaan lebih ke lo gimana?" -Bio Kebahagiaan yang (Namakamu) rasakan hanya sementara ia dapatkan, tak lama kebahagiaan itu akan membuatnya menangis, ia terlalu lelah untuk...