Tentang Ayah

1.1K 82 2
                                    

Tuh double kan wkwkw

H A P P Y R E A D I N G

"zidny.. " Iqbaal bahkan tak percaya dengan siapa yang ada di depannya sekarang. Ia masih tetap sama seperti dulu penampilannya. Hanya saja, semakin cantik. Ia hanya memasang wajah datarnya. Tidak, tidak datar, senyum tipis.

"Selamat pagi pak?" Sapa Zidny.

"Pa..pagi.. Silahkan duduk" Iqbaal mempersilahkan Zidny duduk kemudian ia menganggukkan kepalanya menuruti perintah Iqbaal.

"Kenapa bisa disini?" Tanya Iqbaal penasaran.

"Teman bapak yang merekomendasikan ke saya" Ucapnya masih formal, sedikit menganggu pendengaran Iqbaal.

"Siapa?" Iqbaal mengerutkan keningnya. Teman? Siapa?

"Maaf pak saya tidak tau namanya" Bagaimana bisa berkomunikasi tetapi tidak mengetahui nama komunikannya sendiri.

"Baiklah, tolong bantu gue pindahin berkas ini ke softfile, nanti siang kalau gue gak ada taruk aja di meja" Iqbaal menyerahkan beberapa berkas kepada sekretaris barunya.

"Dan meja lo ada di dalem" Lanjut iqbaal menunjuk ke arah pintu ruangan yang ada di sebelah kanannya. Ya, ruangan dalam ruangan.

"Baik pak, terima kasih, saya permisi" Setelah Iqbaal mengangguk ia segera masuk ke ruangan barunya.

Setelah tidak melihat Zidny, Iqbaal menghela nafasnya berat. Iqbaal masih tercengang. Gadis tadi adalah mantan kekasihnya saat SMA. Gadis itu yang mendekatinya duluan dan dia juga yang memutuskan hubungan dengan Iqbaal. Iqbaal terasa sesak mengingat masa lalunya. Namun Zidny kembali di saat Iqbaal sudah status suami istri dengan (Namakamu). Walaupun entah pergi kemana istrinya. Ia hanya berharap Zidny kembali di hidupnya tidak bermaksud untuk kembali berhubungan dengannya. Bahkan gadis itu tidak tahu bahwa Iqbaal sudah menikah. Iqbaal memang tidak megundang ke pernikahannta karena memang Zidny sendiri tidak ada kabar.

***

Detik berganti menit, lalu berganti jam, menjadi hari, berganti bulan, lalu tahun dan hingga sekarang sudah tidak terasa usia Ananta sudah dua tahun. Sudah setahun lebih (Namakamu) tidak bertemu Iqbaal, ia sangat rindu, tapi ia juga kecewa.

"Unda...." Suara imut nan menggemaskan membuat (Namakamu) yang sedang membuat bubur untuk sarapan menoleh ke arah Ananta yang sekarang berlari kecil dengan kurang seimbang memeluk kaki Bundanya. Ya, memang Ananta hanya selutut (Namakamu). Sudah tinggi bukan?

"Anta sayang, bentar yaa bunda lagi buat nih" (Namakamu) menunjukkan mangkuk yang berisi bubur sedang ia aduk aduk.

"Nah.. Udah... Yuk" (Namakamu) menggendongkan Ananta yang mengepak-ngepakan kakinya di udara sembari tertawa. Setelah menggendong Ananta dengan sempurna ia mengambil bubur yang ia letakkan di meja tadi.

(Namakamu) membawa rafa ke sofa empuk miliknya. Sedangkan dirinya duduk di lantai beralaskan bantal sofa.

"undaa anta apal" Pintanya agar segera disuapi kkarena sudah sangat lapar.

"Aaa... " (Namakamu) membuka mulutnya sendiri dan melayangkan sendok berisi bubur seperti pesawat dan masuk ke dalam mulut Ananta dengan sempurna. Ananta tergelak dan bertepuk tangan. (Namakamu) terkekeh melihatnya.

Ananta sudah besar sekarang. Wajahnya kian mirip dengan Iqbaal. Membuat (Namakamu) selalu merindukan pria itu dan tseakan tidak pernah lupa dengannya. Melihat Ananta ia akan melihat Iqbaal. Ia juga sangat merindukan Rafa. Apa ia juga sekarang sama dengan Ananta? Pastinya, mereka kembar, persis sekali. (Namakamu) berusaha tersenyum setiap harinya. Hari harinya selalu di temani oleh Bio dan Bastian yang kini sudah sangat dekat dengannya. Bahkan ia juga menganggap mereka sebagai saudara kandung sendiri. Kakak buatnya.

If You Know (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang