Hadiah Dari Bio

1.6K 126 9
                                    

Setelah dua hari (Namakamu) operasi, ia baru diperbolehkan pulang dengan alasan takut iritasi pada matanya. Ia juga tidak nafsu makan dua hari belakangan. Bahkan ia hampir tidak makan jika tidak dipaksa. Badannya lebih kurus dari sebelumya. Matanya yang sembab akibat menangis sepanjang hari dan kantung matanya yang sangat jelas karena ia tidak bisa tidur lantaran selalu memikirkan Bio. Sampai sekarang ia masih berharap ini semua mimpi buruk. Namun ia tak kunjung bangun dari tidurnya. Dan memang ini adalah nyata.

"(Nam) yuk kita pulang" Ucap Airin setelah membereskan semua pakaian (Namakamu). (Namakamu) hanya duduk lesu di tepi ranjang menatap Bundanya dengan sangat tidak semangat.

Ia turun perlahan. Rasanya kakinya saja tidak mampu menopang tubuhnya. Airin merangkulnya. Sementara Anwar membawa tas dan koper kecil di belakangnya. (Namakamu) melewati ruang inap Bio kemarin. Ia masih mengingat arah menuju ruangan yang Bio tempati. Pintunya terbuka. Saat melewatinya ia sengaja menoleh ke kiri untuk mengetahui dalamnya. Dan tempat tidurnya juga sudah rapi tidak ada yang menempati. Sekali lagi ia menghirup udara sebanyak banyaknya. Ia masih tidak menyangka Bio pergi meninggalkannya. Ia tidak ada lagi disampingnya.matanya membendung air yang siap keluar. Bukan ini yang ia harapkan saat ia sudah bisa melihat lagi. Yang ia mau, Bio yang tersenyum di hadapannya dan mengatakan bahwa dia selalu akan bersamanya. Namun itu semua hanya ia dapatkan dalam mimpinya saat ia pingsan kemarin.

"Kamu gapapa?" Tanya Airin ketika (Namakamu) berjalan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gapapa" (Namakamu) berusaha tegar di depan orang tuanya. Ia tidak mau bundanya ikut bersedih.

"Elvia kemana bun?" Tanya (Namakamu)

"Elvia kemarin dateng pas kamu tidur, besok paginya dia study tour gitu katanya ke Bandung dua minggu"

"Oh emang kuliah di indo ada study tour yaa?"

"Gatau juga"

"Hahaha" (Namakamu) berusaha tertawa walaupun sebenarnya tidak ada yang lucu.

Ia masuk ke dalam mobil. Ia menghela nafas. Terakhir ia bersama Bio dan masih dalam keadaan baik baik saja adalah saat ingin mengambil kartu undangan pernikahannya. Ini semua benar benar menyakiitkan baginya.

Setelah sampai di rumah (Namakamu) masuk ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya yang sudah seminggu tidak ia sentuh.

***

"Bun, ale ke rumah (Namakamu) yaa"

"Ale!! Kenapa kamu gak bilang sama bunda kalau (Namakamu) kecelakaan dan sampai butaa?!" Tanya Rike.

"Bukan maksud Ale gitu Bun, Ale punya alasan sendiri, maaf ya Bun"

'Ale cuma takut (Namakamu) juga benci sama Bunda dan Ayah' batin Iqbaal. Padahal itu belum pasti terjadi.

"Nanti malam Bunda sama Ayah mau ke rumah (Namakamu) juga" Ujar Rike.

"Iya Bun, Ale berangkat ya assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Iqbaal masuk ke dalam mobil dan meletakkan paperbag yang ia bawa di sebelah joknya yang kosong.

(Namakamu) bangkit dari tidurnya. Semenjak kemarin ia belum mengetahui kondisi wajahnya. Ia berjalan ragu menuju meja riasnya.

Ia tercengang dengan wajahnya sendiri. Pipinya yang tidak sebulat dulu. Beberapa sayatan di wajahnya yang sudah mengering. Matanya sembab dan kantung mata yang jelas. Dan matanya yang dulu hitam kecoklatan sekarang menjadi hitam pekat.

(Namakamu) mendekati wajahnya ke cermin. Ia memperhatikan bola mata barunya itu. Seakan ia terhipnotis ketika menatap dirinya sendiri.ia merasa pernah di tatap oleh bola mata ini. Sangat tidak asing baginya. Siapa pemilik bola mata ini? Ah mungkin kebetulan saja karena banyak orang yang memiliki bola mata seperti ini.

If You Know (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang