Kenyataan

1.5K 106 11
                                    

Setelah puas berbicara pada Bio yang tidak memberikan respon apapun pada (Namakamu), ia kembali ke kamarnya di bantu oleh Iqbaal. (Namakamu) masih sesegukkan di atas ranjangnya. Ia tidak kuat menerima kondisi Bio. Ia sangat menyayangi pria itu. Ia tidak mau terjadi apa apa dengannya.

"Udah (Nam) kamu jangan sedih terus, Bio sembuh kok nanti, udah yaa kamu istrirahat aja" Iqbaal membantu (Namakamu) untuk berbaring, dengan kasar (Namakamu) menolaknya. (Namakamu) meringis saat kepalanya berdenyut, sepertinya efek ia menangis.

(Namakamu) meraba sekitarnya mencoba berbaring sendiri. Setelah berbaring dengan nyaman ia mengelap kedua pipinya. Iqbaal menyelimutinya hingga sebatas dada. (Namakamu) tidak mau berbicara lagi dengan Iqbaal.

"Kamu jangan terlalu banyak pikiran, luka di keningmu belum sembuh sepenuhnya" Ucap Iqbaal lembut. (Namakamu) tidak menghiraukannya sama sekali.

"Aku keluar dulu, kamu istirahat aja" Lanjutnya. Setelah menghela nafas karena (Namakamu) seperti tidak menanggapi keberadaannya, dan bahkan tidak mengucapkan sepatah kata terima kasih untuknya karena sudah membantunya tadi, ia memutuskkan untuk keluar. (Namakamu) butuh waktu sendiri.

***

"Tante mau ke mana?" Tanya Ananta ketika Zidny menyeret kopernya melewati ruang tengah. Raffa dan Ananta tengah bermain bersama bibi di rumah. Beberapa hari ini Iqbaal jarang di rumah bahkan (Namakamu) juga tidak datang selama seminggu belakangan. Keduanya merindukan Bundanya.

"Tante udah gak tinggal disini sayang" Zidny mengusap kepala Raffa dan Ananta. Keduanya baru saja menghampiri Zidny.

"Kenapa tante?" Tanya Raffa. Raut wajahnya menjadi sedih.

"Nanti kita main sama siapa tante?" Tanya Ananta.

"Kan ada Bunda nak, bibi juga ada kan?" Zidny juga tidak bisa berpisah dengan kedua anak ini. Ia sangat menyayangi mereka dan sudah seperti anaknya sendiri.

"Tante Ji!!" Pekik keduanya langsung sontak memeluk Zidny. Zidny juga membalas pelukannya. Ia tidak boleh tampak sedih di hadapan mereka yang memang kenyataannya sekarang mata Zidny mulai berkaca kaca.

"Maafin Tante Ji yaa Raffa, Anta, Tante Ji sayang banget sama kalian, mungkin lain kali kita bisa main bareng lagi yaa" Tuturnya sambil mengelap pipinya. Air matanya berhasil menetes.

"Janji Tante Ji" Keduanya menautkan kelingkingnya di depan wajah Zidny. Zidny menautkan kelingkingnya bersamaan.

"Kalau gitu Tante pergi dulu yaa, kalian jangan nakal kalian jagain ayah sama bunda yaa" Zidny mengecup pipi keduanya dengan gemas. Ia pasti akan merindukan mereka yang entah kapan akan ia temui lagi.

"Siap Tante Ji!" Keduanya hormat dan berdiri tegak membuat Zidny terkekeh.

"Bi aku pamit dulu yaa, tolong jagain anak anak" Ucap Zidny menyalimi Bibi yang baru saja menghampirinya.

"Iya Zidny, hati hati nak"

Zidny tersenyum kemudian melambaikan tangannya pada Raffa dan Ananta yang memasang wajah sedihnya.

Zidny sudah keluar rumah dan menutup pintu kembali. Ia mengelap sisa air mata di sudut matanya. Ia menghampiri Aldi yang sudah menunggunya di luar gerbang.

"Zee, gue dapat berita kecelakaan dan ternyata korbannya (Namakamu)" Tutur Aldi ketika Zidny sudah memasuki mobil setelah meletakkan kopernya di bagasi dibantu oleh Alsi.

"Astagfirulloh! Terus sekarang gimana (Namakamu)?"

"Gue gatau pasti"

"Kita jenguk yukk!"

If You Know (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang