Bagian kelimabelas :: Maaf

470 75 11
                                    

Dengan kondisi shirtless anak laki-laki yang berusia tujuh belas tahun berdiri di atas balkon apartemennya. Di sana pria tersebut melakukan kegiatan rutinitasnya yaitu berolahraga. Seperti push up, pull up, scout jump dan olahraga sejenisnya. Setiap jenis olahraga dia lakukan selama sepuluh menit.

"Fiuhh ..."

Dia masuk ke dalam apartemennya untuk mengambil sesuatu. Yaitu mengambil segelas susu hangat dan masuk kembali ke apartemennya untuk mengambil dua buah barbel.

Lima menit Azka beristirahat. Separuh waktu ia gunakan untuk mengambil dua buah barbel yang diambilnya dari dalam dan memainkannya.

Akibat terlalu lama mengangkat dua buah barbel secara bersamaan tenggorokannya kering. Pria itu mengambil segelas susu buatannya yang berada di atas meja, meneguknya secara perlahan sambil menikmati setiap tetes yang mengalir di tenggorokannya.

Kulit tubuhnya yang berwarna sawo matang eksotis itu berkilau saat tubuhnya terpapar oleh sinar matahari pagi.

Aroma tubuhnya pun sungguh tidak mengenakan untuk dihirup. Bisa dibilang asam-asam kecut. Maka jangan heran jika pria itu bisa memiliki tubuh yang atletis di usianya yang masih remaja.

Namun ada kekurangannya, meskipun ia sering melakukan olahraga yang dapat meningkatkan tinggi badan dan mengkonsumsi vitamin ataupun susu peninggi badan, karena sudah menjadi keturunan, Azka tidak bisa memiliki tubuh yang tinggi. Tinggi tubuhnya hanya segitu-gitu saja.

Olahraga selesai. Azka pergi ke dalam apartemen, mengambil handuk, lalu membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi. Hanya dalam beberapa menit pria itu akhirnya selesai mandi. Begitu keluar dari kamar mandi Azka masih dalam keadaan yang sama dari sebelumnya. Yakni bertelanjang dada.

Diusap-usapkan kepalanya yang basah menggunakan handuk berwarna putih sambil mengecek ponselnya yang tergeletak di meja makan.

Raut wajah Azka seketika cemas saat membuka pesan Sonya pada aplikasi WhatsApp. Sampai detik ini juga pacarnya itu belum memberikan kabar apapun kepadanya. Pesan tidak dibalas, telepon pun apalagi.

Azka melipir ke sebuah lemari pakaian, mengambil salah satu sweater polos berwarna putih, lalu dikenakan ke dalam tubuhnya yang atletis.

Tiba-tiba sesuatu berbunyi. Itu berasal dari ponselnya.

Bunyi dering telepon iPhone yang khas membuat pria itu berjalan cepat-cepat menghampiri meja makan untuk segera mengambil ponselnya di sana.

Azka kira telepon itu berasal dari Sonya. Pacarnya. Namun setelah ditelii ternyata panggilan telepon tersebut berasal dari sang ketua futsal.

"Lu dimana?" tanya Leon di seberang sana.

Azka menjawab. "Lagi mau jalan."

"Yaudah cepetan!"

"Oke."

Dimasukkan ponselnya ke dalam saku celana pendek setelah sambungan telepon berakhir. Azka pergi ke dalam kamarnya untuk mengambil koper hitam yang sudah disiapkannya dari semalam kemudian, pria tersebut pergi dalam penampilan yang sederhana tapi wangi tubuhnya membuat wanita manapun yang menciumnya akan klepek-klepek.

Azka mengunci kamarnya lalu turun ke lantai dasar melalui lift. Sampai di lobi utama Azka menitipkan kunci kamarnya.

"Saya titip kuncinya untuk beberapa hari. Kalau papah saya nyariin bilang aja saya udah mati."

AZKA SEGERA TERBIT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang