Kamar yang bernuansa biru langit dengan dekorasi poster Justin Bieber dan Ariana Grande yang menempel di dinding itu sangatlah aesthetic.
Jika dinilai dari angka lima sampai sepuluh-kamar Sonya akan mendapatkan nilai sembilan. Sonya memang pandai soal mendekorasi kamar. Tapi tidak pandai dalam urusan jatuh cinta.
Sejak bertemu dengan Azka. Akhir-akhir ini kedua temannya yang duduk di samping kanan kirinya merasa ada perubahan pada sikap Sonya.
Malam ini adalah malam Senin. Seharusnya malam ini mereka bertiga berada di cafe, menikmati secangkir kopi favorit, sambil menyaksikan iringan musik secara live. Karena hujan deras, jadi mereka bertiga memutuskan untuk mendiami di rumahnya Sonya.
"Oh ya tadi gua kan nyusul si Azka lagi setelah lu berdua datang. Pas gua ngikutin Azka lagi gua liat dia lagi ngobrol sama cewek," Sonya bercerita pada kedua temannya.
Fera mengernyitkan alisnya. "Ya terus?"
"Mungkin gak sih kalau dia ceweknya?"
Dinda menyeletuk. "Bisa jadi," sambil menopang dagunya dengan kedua tangan Dinda mendengarkan temannya bercerita.
Sonya merengkuh, "Kenapa harus dia?"
"Mana gua tau emang gua bapaknya." seloroh Fera sedikit menyelekit.
Dinda berkata pada Sonya, "Terus kalau bukan sama dia sama lu gitu?"
Sonya cengengesan, "Iya lah,"
"Gua berani taruhan ke kalian kalau misalnya cewek itu beneran pacarnya Azka gua bakalan traktir lu berdua besok di sekolah."
Dinda menempelkan telapak tangannya di dahinya Sonya sambil berkata, "Lu kenapa bisa sebucin ini dah? Bisa aja cewek itu cuma temannya doang kan?"
"Tapi mesra banget, Din. Gua cemburu liatnya," lirih Sonya penuh dramatis.
Dinda memutar malas matanya, "Tai Onta. Bisa-bisanya seorang Sonya cemburu!" ejeknya.
"Gini ya, gue juga bingung kenapa gua bisa suka sama dia?" Kemudian kedua mata Sonya mendadak membulat. "Apa jangan-jangan ... gua dipelet sama dia?" Sonya panik sendiri.
Fera dan Dinda dibuat tertawa sampai terpingkal-pingkal mendengar penuturan Sonya.
"Jaman sekarang mana ada yang orang yang make gituan! Mursik!" Fera mengejek.
"Musyrik peleh! Bukan mursik!" ujar Dinda membetulkan.
Fera mempertajam penglihatannya pada Dinda, melipat kedua tangannya di depan buah dadanya yang berisi lalu, berceloteh. "Sama aja kali!"
"Belajar Bahasa Indonesia dimana sih lo?!" sambung Sonya dengan nada biasa baginya, namun bagi kedua temannya sedikit ngegas.
Fera nyengir. Sambil menunjukkan deretan giginya yang putih dia menyahut perkataan Sonya. "Kursus di Klinik Tongfang."
Kemudian, wajah ketusnya disulap jadi murung. Bibir mungil Sonya mengerucut. "Kali aja gitu gua di pelet."
"Udah ah kenapa jadi pada bahas cowok mulu sih kalian berdua. Niat kita malam ini kan mau refreshing otak," kata Fera sambil mengambil bantal yang diletakkan di bawah kepalanya.
Merasakan tingkah Fera yang tak biasanya itu Sonya bertanya. "Tumben lo, Fer. Biasanya demen kalau lagi bahas cowok."
"Lagi gak akur sama doi nya," celetuk Dinda disertai tawa kekeh.
"Ah lu mah, Din, malah buka kartu!" omel Fera kepada Dinda.
Sonya terbelalak setelah menyadarinya, "HAAH? Seriusan? Berantem lagi lu, Fer, sama si doi."

KAMU SEDANG MEMBACA
AZKA SEGERA TERBIT!
Teen FictionUTAMAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA! MASIH LENGKAP UNTUK DI BACA❗ Seorang laki-laki biasa yang merupakan bagian dari anggota futsal di SMA Tunas Bangsa bisa menaklukkan hati seorang perempuan yang terkenal tegas dan galak di sekolahnya. Seka...