Bagian Empat Puluh Enam :: Pesan dari Ibu

152 41 1
                                    

1 hari kemudian setelah pelaksanaan simulasi kedua kelas 12 di SMA Tunas Bangsa selesai.

MAMA UDAH DAPAT TIKET KE AMERIKA. KAMU JADI MAU IKUT MAMA SAMA PAPAH, ATAU MENYUSUL?

Sonya yang baru saja selesai membaca segelintir pesan dari ibunya di WhatsApp pun otomatis mendongak, menatap seorang laki-laki yang datang dan langsung mengajaknya bicara. Laki-laki itu adalah Azka.

"Kamu lagi ngapain, Sayang?" Azka bertanya.

Sonya sigap menutup ruang chat ibunya dan beralih masuk ke menu utama tampilan ponselnya. "Mamah aku nge-WhatsApp, katanya mau dimasakin apa."

Jawaban Sonya dapat meyakinkan untuk seseorang yang sedang berbohong. "Ouhhh..." Azka membulatkan mulutnya. Percaya dengan ucapan Sonya.

"Azka, nanti malam kamu ada waktu nggak?" tanya Sonya.

Azka berdeham. "Hmmm ... ada si sebenarnya aku kan harus belajar di rumahnya Kania tapi," Azka mendekatkan wajahnya di depan wajahnya Sonya, "kalau kamu mau ngajakin jalan aku akan sedia menunda waktu belajar aku sama Kania dan meluangkan waktu malam ini untuk berduaan sama kamu."

"Makasih ya," ujar Sonya.

Azka tersenyum sambil mengusap lembut kepalanya Sonya. "Iya sama-sama."

"Kamu punya minum nggak, Sayang? Aku haus banget nih abis main futsal sama temen-temen," ujar Azka sambil mengibas kepalanya yang berkeringat dengan telapak tangannya.

Sonya mengambil botol minumannya dari tasnya dan memberikan benda tersebut kepada Azka. Azka menerimanya.

Botol minuman yang semula ada isinya menjadi kosong, tak tersisa setetes pun air di dalamnya. Azka yang telah menghabiskannya. Sonya tidak mempersalahkannya karena dia masih memiliki satu botol minuman lagi di tas nya. Ya, gadis itu membawa dua botol minuman dari rumah.

"He-he-he jadi habis deh minumannya." Azka ber-hehe ria. "Maaf ya, Sayang, kalau aku habisin minuman kamu." Kemudian Azka memegang tenggorokannya. "Soalnya aku lagi dehidrasi."

"Kamu ngomong kaya begini udah ribuan kali loh sama aku." Sonya menekuk dalam mukanya, cemberut. "Pasti habis selesai main futsal kan sama temen-temen kamu?"

Azka menggaruk kepalanya, tak bisa berkata apa-apa lagi. Karena apa yang dikatakan oleh Sonya memang lah benar. Tampak dari wajah dan kemeja putihnya yang berkeringat, selain berkeringat kemeja putih Azka memberikan harum yang sangat menyengat untuk dihirup.

Sonya menahan napas. "Gih, kamu masuk ke kelas udah bel masuk tahu!"

"Emangnya udah bel?" tanya Azka menggoda. Melihat dari gerak-geriknya dia tahu betul kalau pacarnya sangat tidak nyaman dengan aroma menyengat yang berasal dari kemejanya.

Sonya menatap teman sebangkunya untuk meminta persetujuannya dengan isarat wajah. "Udah bel kan ya, Din?"

"Iya, Ka, udah bel," ucap Dinda.

"Masa sih?" Azka bertanya.

Sonya berdiri dari tempat duduknya dan menyeret Azka keluar dari kelasnya sambil menutup kedua lubang hidungnya. "Mendingan kamu segera ke kelas kamu deh. Soalnya sekarang ada pelajarannya Pak Joko. Kalau kamu masih ada di kelas aku yang ada nanti kamu malah dihukum emangnya kamu mau dihukum sama Pak Joko?"

"Yailah, Sayang, cuma dihukum doang." ucap Azka menyepelekan. "Kalau aku dihukum kan kamu juga ikutan dihukum. So, kita bisa berduaan. He-he-he." Azka ber-hehehe ria.

Sonya bergidik. "Kamu aja yang dihukum aku sih gak mau."

"Ih kok gitu!" ujar Azka.

"Udah sana ke kelas ke buru ada Pak Joko!" Kini mereka berdua sudah berada di depan kelas. Azka tersenyum lebar menyahut ucapan Sonya, menoel dagunya dengan tatapan genit. "Iya-iya aku ke kelas."

AZKA SEGERA TERBIT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang