Bagian Kedua puluh-satu :: Dokter Cinta

763 77 8
                                    


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
MOHON MAAF GUE GAK TERIMA PEMBACA SIDER!

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Cukup tekan tombol bintang 🌟 apa salahnya? Itu sama saja kalian memberikan apresiasi dalam bentuk semangat kepada author untuk giat lagi untuk menulis.

Kalau cuma baca tapi nggak vote ataupun komentar di setiap chapter malah ngebuat gue merasa gak ada yang baca:"(

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

JADI, PLEASE BANGET KALIAN TINGGALKAN JEJAK DI SETIAP CHAPTER!

BERI GUE SARAN, KRITIKAN DI KOLOM KOMENTAR, OKE! 🙂

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Happy Reading ❤️

⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️

Ia lepaskan mukenah pada tubuhnya setelah salat magrib, melipatnya menjadi beberapa bagian beserta sajadah kemudian ia letakkan di tempat semula.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Suasana kamar gadis berumur tujuh belas tahun sangat sepi dan sunyi. Apabila tidak ada keberadaan sahabatnya. Dinda dan Fera. Biasanya, setiap malam mereka selalu datang ke rumah Sonya untuk menginap. Apalagi ini adalah hari Sabtu. Malam Minggu. Karena saat di sekolah tadi Sonya sudah bilang pada Dinda dan Fera bahwa saat malam mau pergi bersama Azka mereka tidak datang ke rumahnya untuk menginap.

Hanya ada suara AC yang bergerak naik-turun memberikan angin sejuk.

Seharusnya ia pergi bersama sang pacar merayakan hari jadiannya yang ke satu bulan. Tapi karena Bayu, rencana yang dibuat mereka saat di sekolah gagal dalam kedipan mata.

"Ngeteh kayaknya enak," Sonya keluar kamar membuat teh di dapurnya. Setelah membuat segelas teh panas, ia menduduki sofa, bersantai di ruang keluarga sambil menonton acara di televisi.

"Papah mau kemana?"

Ia bertanya pada sosok pria bertubuh jangkung yang masih memiliki keperawakan muda padahal umurnya sudah di angka empat puluh tahun, sedang melintasi ke ruang keluarga. Dia adalah Bayu. Ayahnya Sonya. Beliau mengenakan seragam kerja yang sangat rapih dan tubuhnya sangat menyengat aroma parfum yang menyerbak.

"Mau ke kantor," jawab Bayu.

"Terus kita gak jadi ke rumah Tante Lina dong?" Sonya bertanya lagi.

"Kayaknya seperti itu, Nak. Soalnya client tiba-tiba telepon papah. Papah pergi dulu ya, Nak." Lalu Bayu berpamitan kepada Sonya. Sonya terdiam lalu membalas uluran tangan ayahnya, mencium punggungnya.

"Papah berangkat ke kantor ya, Sayang." Bayu mengecup bibirnya di kening buah hatinya, mengusap kepalanya. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Acara serial televisi yang ia sedang tonton seketika hambar. Moodnya menurun drastis. Sonya bukan kecewa karena tidak jadi ke rumah tantenya melainkan kecewa karena tak bisa jalan dengan sang pacar.

Sonya pergi ke kamarnya, mengambil gadget yang tergeletak di atas tempat tidur, keluar kamar, kembali ke ruang keluarga, lalu menelepon pacarnya melalui WhatsApp.

Double kill!

Kemarahan Sonya semakin bertambah saat pacarnya tak bisa dihubungi.

Kemanakah pria itu?

AZKA SEGERA TERBIT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang