Matahari telah tenggelam. Siang pun telah berganti menjadi malam.
Jika didengar dari suaranya. Di dalam sebuah kamar yang bernuansa biru langit dipenuhi oleh tiga perempuan. Mereka adalah Dinda, Fera, dan si pemilik kamar yaitu Sonya. Di sana mereka sedang bermain sebuah kartu. Yang biasanya dimainkan oleh anak kecil.
"Uno!" ujar Sonya dengan antusias sambil mengangkat satu kartu miliknya ke udara.
Dinda iri saat mengetahui kalau sebentar lagi Sonya akan memenangkan permainan tersebut. Dinda berkata tidak terima. "Yahh ... Kalah dong gue," runtuknya.
"Apa sih?!" Fera menyahut sinis perkataan Dinda. "Gue juga masih banyak kali kartunya."
Dinda menatap Fera sambil tertawa cengengesan. "Masa?"
Kemudian Fera menunjukan sebagian kartu yang sengaja diumpati di bawah bokongnya, membuat Dinda jadi skakmat.
Sekarang giliran Sonya yang berjalan. Ah tidak! dia tidak memiliki kartu nomor delapan warna biru. Sedangkan dia cuma punya satu kartu yaitu kartu nomor tiga dan itu berwarna merah.
Kartu Sonya pun jadi bertambah.
Kemudian Dinda menimpanya dengan kartu kepunyaannya yaitu kartu dengan nomor delapan warna kuning. Begitu juga dengan Fera dengan nomor kartu yang sama pula.
Sekarang giliran Sonya yang bermain. Sonya meletakkan kartu bernilai empat plus yang dia dapatkan bersama dengan kartu biasa yang dia miliki. Saat meletakkan kedua kartu tersebut Sonya berkata, "Uno game!"
Untuk babak ini dimenangkan oleh Sonya. Sonya sangat kegirangan akhirnya dia bisa menghilangkan kutukan kekalahannya. Sebab dari tadi dia tidak pernah menjadi pemenang alias selalu kalah.
"Hoki tuh." cibir Fera tak senang. "Huhhh!"
Sonya membalas, "IRI BILANG BOS!"
"Den, den."
Sambil berkata seseorang mengetuk pintu kamarnya Sonya dalam beberapa kali. Dinda yang engeh pada suara tersebut langsung memberitahu Sonya.
"Son, kayaknya dari luar pembantu lo nyariin."
"Masa sih?" tanya Sonya. "Kok gua gak denger apa-apa ya."
Fera ikut berkata, "Iya, Nya, gue juga denger kok suaranya bibi diluar manggilin nama lo."
"Kalau gak percaya buka aja pintunya," ujar Dinda.
Sonya beranjak dari tempat duduknya. "Oke deh gua buka pintunya."
Dan benar. Ketika pintu kamarnya dibuka muncullah keberadaan pembantunya.
Sonya bertanya, "Ada apa ya, Bi, manggil saya?"
"Anu non. Non dipanggil sama ayah non di ruang tamu," ujar si bibi.
"Oh iya, Bi, nanti saya langsung ke bawah," balas Sonya.
"Segera ya, non!" kata pembantunya.
"Iya, Bi."
Kemudian Sonya berpijak ke dalam kamarnya untuk menghampiri temannya yang masih bermain kartu di sana.
"Gua keluar dulu ya. Dipanggil sama bokap."
Dinda membalas, "Iya, Nya."
Langkah Sonya lalu berpijak ke arah pintu kamarnya untuk menemui segera ayahnya di ruang tamu. Untuk bisa sampai ke tempat tersebut Sonya diharuskan menuruni beberapa anak tangga, karena letak kamarnya Sonya berada di lantai dua.
Ketika sampai di ruang tamu dia dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang juga duduk di ruang tamu sedang mengobrol dengan ayahnya.
Dari pembicaraannya seperti mereka sudah akrab.
![](https://img.wattpad.com/cover/184281837-288-k25348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKA SEGERA TERBIT!
Fiksi RemajaUTAMAKAN FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA! MASIH LENGKAP UNTUK DI BACA❗ Seorang laki-laki biasa yang merupakan bagian dari anggota futsal di SMA Tunas Bangsa bisa menaklukkan hati seorang perempuan yang terkenal tegas dan galak di sekolahnya. Seka...