Part 4

96K 5.1K 109
                                    

Saat perjalanan pulang. Ia mendengar beberapa kali suara minta tolong.

Suara itu terdengar dari gang yang sangat sepi. Semakin langkahnya mendekat semakin keras suara itu. Hingga ia melihat sesosok perempuan yang kedua tangannya tengah di pegang dua laki laki. Sedangkan ada 5 laki yang berdiri dihadapannya sedang menertawakan perempuan itu.

Saat salah satu laki laki hendak membuka kancing teratas perempuan yang tak lain adalah Carla.

Bukk!!

Sebuah tangan mendarat di pipinya.

Archa dengan segera menghajar 8 orang laki laki tadi. Untung ia sedang memakai pakaian olahraganya.

Carla hanya mematung. Ia terlalu terkejut untuk membantu. Kini semua laki laki tadi lari terbirit birit. Setelah 7 diantara mereka terkilir dibagian tangannya.

"Dasar Psycho!!" teriak mereka.

Archa tak peduli, ia menatap tajam mereka. Archa berbalik menatap Carla.

"Tolong, jangan beritahu siapapun kalo aku bisa berantem" ucap Archa sambil membungkuk dihadapan Carla.

"A—" Belom sempat Carla membalas ucapannya Archa segera berlari pergi dari sana.
.
.
.

Secara mendadak seluruh murid dikumpulkan di aula sekolah. Katanya sih ada pengumuman penting.

"Selamat Pagi anak anak. Sebenarnya olimpiade debat akan diadakan 2 minggu lagi. Dan sampai saat ini belom ada yang berani mendaftarkan diri ke saya. Saya tahu, lokasi lomba adalah di sekolah musuh kalian. Tapi apa sampai segini saja nyali kalian? Kalian mau kalah tanpa berjuang? Saya harap hari ini juga ada siswa atau siswi pintar untuk mendaftar. Dan lagi, saya tidak butuh murid yang cuma bisa berantem. Saya butuh otak kalian!" ucapnya tegas. Dia adalah Bu Suka. Dia guru Bahasa Inggris. Memang soal lomba itu pengumuman sudah ditempel semenjak sebulan yang lalu. Tapi yah belom ada murid yang memiliki nyali besar untuk mendaftarkan diri.

Buk Suk langsung saja keluar dari aula setelah membuat kehebohan. Dasar Guru -_-

"Yah jelas lah nggak bakal ada yang berani ikut" ucap Bella.

"Bukannya udah ada yang daftar ya? Siapa itu? Anna? Lupa gue namanya. Dari anak IPS 2 kayaknya. Si kutu buku katanya. Tapi nggak ada partnernya. Kan harusnya 2 orang" sahut Adel.

"Masak sih? Yudah gue ke Bu Suk dulu" sahut Archa cepat. Ia segera lari menuju ruang guru.
.
.
.
"Anjir, kenapa lo nggak terlahir pinter sih Lih!" seru Beta.

"Yee! Gue cowok wajar ga pinter. Tuh Carla tuh!! Cewek kok ga pinter" sahut Galih.

"Heh! Emang pinter harus cewek apa!? Emang besok yang mau kerja siapa!? Cewek!? Terus cowok jadi bapak rumah tangga gitu!" sahut Carla tak terima dikatain bodoh. Walaupun aslinya bener awkwk.

"Udah deh udah, ini gimana coba. Ga mungkin kan kita biarin anak sekolah kita ikut lomba itu? Bisa bisa di keroyok disana! Mana ada aturan selain peserta lomba dilarang masuk lagi! Ck! " sahut Beta.

Sedangkan Arga sedang berpikir keras. Gimana kalau bakal ada anak sekolah ya yang terluka nanti? Pasti ia akan membalas. Namun, ia juga tak tega membiarkan siswa sekolahnya masuk ke kandang singa. Apalagi nanti kalo yang ikut ternyata cewek.
.
.
.
"Ehm, permisi?" Ucap Archa kikuk. Ia menengok ke dalam kelas yang terdengar ramai dari luar.

Anak yang duduk di depan dekat pintu menoleh. Ia mengernyit bingung ketika mendapati seorang siswi berkacamata bulat dan rambut yang dikucir kuda. Seperti nerd aja tampilannya.

"Mau cari siapa?" tanyanya sedikit ketus.

"Emm, Annanya ada ?" tanya Archa.

"Oalah, Heh Nerd! Lo dipanggil nih! Wahh jangan jangan mau ada perkumpulan nerd ya!" serunya keras membuat seisi kelas tertawa terbahak bahak.

Padahal sebenernya Archa bukan nerd. Kan di jaman sekarang siswa pake kacamata udah banyak. Bukan cuma nerd aja.

Anna tak menggubrisnya. Ia segera maju menuju Archa. "Iya? Ada apa ya?"

"Ehm... 2 minggu lagi lo bakal ikut debat sama gue" sahut Archa

"Hah? Kamu mau ikut? Tapi... sebenernya aku juga agak ragu" ucap Anna sembari berjalan menuju keluar ruang kelas.

"Kenapa? Karena sekolah musuh? Lo tenang aja. Mereka gabakal ngapa ngapain kita. Kalo kita nggak nyari masalah kita aman kok. Santai aja" sahut Archa.

"Yaudah, mulai latihan kapan?" sahut Anna.

"Ehm, nanti aja pulang sekolah langsung gapapa sih. Gue juga belom ngerti temanya" sahut Archa.

"Oke, kita pulang bareng ya? Nanti nyari kafe sekitaran sini aja" sahut Anna.

"Oke" sahut Archa.
.
.
.
Kini Archa dan Anna sudah berada didalam kafe yang bernuansa abu abu. Dinding dinding bergambar abstrak dengan warna percampuran abu abu, hitam, dan putih.

"Jadi gini bla...bla...bla..." Anna menerangkan tentang tema debat. Dan apa saja yang harus mereka katakan.

"Oke, nanti gue bakal nyari referensi lagi. Besok kita bahas lagi aja" sahut Archa.

"Yaudah pulang langsung yuk! Udah jam 6 ini" sahut Anna.

"Yaudah deh" sahut Archa.

Saat Archa berdiri, dan berbalik kearah pintu keluar. Ia mendapati Arga dan Carla sedang duduk berdua di sebuah meja. Mereka sudah mengganti pakaian mereka menjadi lebih santai.

"Eh, itu Kak Arga sama Kak Carla kan? Astagaa mereka serasi banget. Liat warna bajunya aja samaan. Ih couple goals banget deh!" bisik Anna.

Archa hanya tersenyum tipis menanggapinya.  Matanya terus menatap mereka hingga Arga menyadarinya. Arga menatapnya. Archa membalasnya dengan tatapan tajam. Tatapan dingin, tanpa emosi di dalamnya. Walaupun sebenarnya ia tengah emosi sekali saat ini. Hatinya berkoar koar bung.
.
.
.
"Mereka lama banget sih! Pada ngaret pasti" seru Carla.

Namun apa yang ia dapat? Arga tengah melamun menatap meja lain. Carla segera menoleh. Mengikuti arah pandang Arga. Ia tak mendapati siapapun disana.

"Lo kenapa deh Ga? Aneh banget? Merinding gue" sahut Carla, sambil menepuk bahu Arga.

"Ha? Gapapa. Mereka masih lama ya?" tanya Arga. Ia terus gelisah. Ini sudah 15 menit dari waktu Archa keluar dari kafe. Ia sebenarnya ingin mengejar gadis itu. Namun, ada Carla di depannya. Ia tak mungkin meninggalkannya sendirian.

"Eng— Nah! Itu mereka!" seru Carla.

Arga langsung menatap mereka sebal.
"Lama banget sih! Gue duluan!" Sentaknya tanpa menunggu balasan teman temannya. Dan mengabaikan panggilan teman temannya. Arga segera berlari keluar menuju parkiran.

Ia segera menaiki motornya. Sambil sesekali menoleh ke kanan kiri, siapa tahu Archa belom pulang.

Dan yaaa dia mendapati istrinya itu tengah duduk di halte seorang diri. Juga disisinya ada beberapa anak sma yang tengah nongkrong disisi halte.

Cihh. Nggak modal banget, nongkrong kok disamping halte.

Arga segera menghampiri Archa. Ia turun dari motornya.

"Pulang bareng aku" ucap Arga.

Archa mengernyit bingung "Bukannya lagi kencan?" tanyanya dengan nada mengejek.

Arga balas menatapnya tajam. "Nggak! Sekarang pulang bareng aku!" Seru Arga.

Ia menarik Archa menuju motornya. Tanpa basa basi, ia juga mengangkat tubuh Archa yang nggak ada isinya itu karena ringan sekali. Untuk naik ke motor. Archa pun sangat terkejut dengan hal tersebut. Belum sadar akan keterkejutannya yang ini, Arga kembali membuka jaketnya dan mengikatnya di pinggang Archa agar dapat menutupi paha Archa. Ya emang Archa memakai rok yang panjangnya selutut, tidak kependekan dan tidak kepanjangan. Normal. Tapi saat duduk, tetep aja bakal sedikit naik roknya.

Bacanya pelan pelann, ughh pas bagian akhir melayang aku tuh. Arga sweet deh 😍

Make It Right (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang