Pagi ini, lagi lagi Archa berusaha memasak dengan tema yang sama. Nasi goreng dan telur ceplok. Ya tentu saja masih dengan beberapa kali percobaan. Namun, setidaknya percobaan terakhir masih bisa dimakan. Karena tidak lagi mentah, tidak gosong. Alias sempurna. Walaupun rasanya diragukan.
Arga pun tanpa komentar segera memakan masakan Archa yang rasanya hambar. Hingga sering kali ia meminum susu coklatnya. Ya susu yang tidak disukainya, namun setidaknya hanya itu sesuatu yang dibuat Archa dan memiliki rasa.
Archa keluar kamar dengan seragam melekat ditubuhnya. Ia mendapati Arga tengah memakan masakannya.
Archa segera duduk dan mencoba masakannya kali ini. Hambar. Ia langsung terbatuk batuk dan meminum susunya.
Ia merebut piring Arga hendak membuangnya ke tong sampah.
"Nggak! Ini nggak enak Arga!" seru Archa. Ketika Arga menahan piringnya.
"Gue laper, butuh makan. Dari kemarin belom makan" ucap Arga, ia menepis tangan Archa. Dan segera memakan makanannya. Ia sebenernya nggak terlalu lapar walaupun belom makan dari tadi malam, namun ia hanya mencoba menghargai Archa. Sekali saja.
"Maaf" ucap Archa lirih. Iya sangat lirih. Yang seharusnya Arga tak dapat mendengarnya. Namun, karena kondisi yang sangat hening hingga membuat Arga dapat mendengarnya. Walaupun mendengarnya pun Arga tetep diam, tak menanggapi.
Sedangkan Archa tengah berdebat dengan batinnya. Ia sedih, seharusnya ia bisa memasak. Seharusnya tadi malam ia menyiapkan makan malam. Itukan tugasnya. Ia sedih sekali karena tak dapat melakukan tugasnya dengan baik.
"Gue duluan" setelah mengucap kata itu, Arga pergi keluar sendirian.
.
.
.
Kini sekelompok manusia famous sedang duduk di ujung kantin."Eh eh! Kalian udah denger ga? Berita terbaru!? Gila! Gue tercengang anjir!" seru Beta.
"Apaan sih? Heboh banget?" sahut Carla.
"Udah ada murid yang daftar ikut lomba debat" sahut Galih yang baru saja datang sambil membawa makanan.
"Dan parahnya lagi, Dua duanya cewek! Nerd lagi!" seru Beta heboh.
Sedangkan Arga tak peduli semua ocehan tak bermakna teman temannya.
"Serius!? Siapa!?" seru Carla.
"Satunya nerd yang dari IPS 2 itu, yang sering kena bully. Satunya lagi yang lo suruh beliin makanan waktu di uks!" seru Beta menunjuk Galih.
"Hah? Gue suruh? Siapa? Oh! Kaca! Eh siapa namanya?" tanya Galih.
"Caca? Cicak? Caci? Maki? —"
"Archa?" sahut Arga cepat.
"Nah iya!" seru Galih dan Beta bersamaan.
"Itu bukan orangnya?" tanya Carla sambil menunjuk 3 siswa yang baru saja memasuki kantin.
Tanpa basa basi, Arga langsung berdiri menghampiri Archa.
"Kenapa lo mau ikut debat!?" Seru Arga tiba tiba. Tentu membuat seluruh penghuni kantin terkejut. Apalagi Archa yang sangat sangat terkejut. Ini masih di sekolah. Catat. Di Sekolah. Di Kantin. Banyak Siswa. Dan Apa?. Arga mengajaknya bicara!?
Archa membalasnya dengan memelototkan matanya.
"Kenapa ikut! Ga! Gausah!!" Seru Arga, ia menarik tangan Archa pergi dari kantin.
"Kak! Lepasin! Sakit!" seru Archa. Namun, Arga sepertinya menulikan pendengarannya.
"Kak! Sakit!" Seru Archa lagi. Dan ya, diabaikan.
"ARGA!" teriak Archa akhirnya. Sial! Sial! Sial!!! Dia merasa akan terjadi hal buruk padanya. Bagaimana ini? Harusnya ia tak berteriak. Harusnya Arga tak menariknya. Harusnya ia selalu menjadi si tak terlihat.
Arga berhenti, menatap tajam Archa. Tangannya melepas lengan Archa. Dan kini berganti dengan kedua tangannya mencengkram bahu Archa. Mendekatkan tubuhnya ke Archa hingga hanya berjarak sejengkal.
"Lo itu cuma cewek cupu! Dan dengan sombongnya lo mau ikutan lomba itu! Mau jadi apa Lo hah!!!" bentak Arga.
"Ga, udah Ga! Dia cewek!" seru Galih sambil menarik Arga menjauh. Namun, tatapannya tetap menatap tajam Archa. Terlihat kemarahan yang besar dari tatapan itu.
Yang lain pun heran menatap kemarahan Arga. Seorang yang tak pernah terlihat begitu emosi. Bahkan saat musuhnya berada di depannya dan mencoba menarik emosinya. Arga si laki laki dingin tanpa emosi. Sekarang terlihat begitu mengerikan. Carla yang ada di situ pun terkejut setengah mati. Ia tak berani mengucapkan sepatah katapun. Bahkan ia yakin, jika ditatap laki laki itu seperti itu. Ia akan menciut dan hanya bisa menunduk.
Dan sekarang lebih herannya lagi, Archa si perempuan yang tak pernah diketahui seluruh sekolah jika sekolah disitu. Si anak kelas 10. Murid biasa yang tak mencolok perhatian. Dengan beraninya balik menatap tajam Arga. Dan jangan lupakan kalimat balasannya.
"Ya emang apa urusan lo? Apa peduli lo? Lo siapa?" saut Archa datar. Ia menatap Arga dengan tatapan tajam pula. Setelah mengatakan itu, Archa segera pergi dari sana dengan langkah cepat tapi tak berlari.
.
.
.Hmmm
Gini deh,, 100 vote, aku update
Semangat nge vote!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Right (Telah Terbit)
Teen FictionBagaimana jika berada di posisinya? Ada namun, tidak dianggap. Berstatus, tapi diabaikan. Ya, itu nasibnya. Dia, Archa yg mencintai Arga. Arga Yang mencintai dunianya dan tentu saja bukan Archa dunianya, melainkan wanita lain. Dia, Arga. Makhlu...