Ternyata perkataan Arga kemarin bukanlah halusinasi belaka. Dapat dibuktikan, hari ini tak ada yang menemaninya satu pun. Arka pun ikut menghilang.
Sebenarnya ada apa? Mungkin memang takdirnya selalu ditinggalkan. Bukan salah mereka. Ini semua salahnya yang tidak bisa sempurna. Ini salahnya yang memiliki kelainan jiwa. Ini salahnya yang selalu egois. Pantas bukan? Ia memang pantas ditinggalkan.
Matanya memandang kearah tangannya. Infus sudah ia lepas secara paksa. Membuat aliran darah keluar dari bekas infus tadi.
Rasanya... menenangkan. Hanya dengan begini ia dapat tersenyum menikmati penderitaannya.
Perlahan, matanya kembali terpejam, dengan senyum terukir di bibirnya.
"Astagfirullah! Dokter! Dokter!!" seorang suster datang dengan panik.
Ia segera menekan tombol darurat di sisi tempat tidur. Tangannya menekan tangan Archa untuk menghentikan darah yang keluar.
Ketika mengecek detak nadi di pergelangan tangan pun terasa lemah.
Dengan cekatan beberapa suster dan dokter datang. Segera menangani Archa.
.
.
.Carla tak pernah tahu, Arka akan senekat ini. Kini mereka berada di hadapan orang tua Carla.
Dapat dilihat terdapat luka lebam di sekujur tubuh Arka.
Carla dapat menebaknya dengan pasti. Itu di dapat oleh kedua orang tua Arka.
"APA KAMU BILANG! KAMU MENGHAMILI ANAK SAYA!?" teriak Ayah Carla.
Iya,, Arka lah yang telah melakukan itu. Bahkan, dalam keadaan sadar dengan emosi yang meluap. Ia selalu merasa karena Carla lah Archa menderita saat ini.
Ia pun berpikir, mungkin dengan ini Arka dapat menjauhkan Carla dari kehidupan Archa serta suaminya.
"Pergi kalian dari sini! Pergi! Dasar anak durharka! Berbulan bulan kabur dari rumah dan pulang dengan kondisi hamil di luar nikah!? Ditaruh mana muka kamu!?" pekik Ayah Carla.
Dan akhirnya pun mereka keluar dari rumah Carla.
Carla sudah tidak mungkin lagi akan pulang. Ia tidak tahu bagaimana kehidupannya setelah ini.
Selama pergi berbulan bulan, kedua orang tuanya masih selalu mengirimkan uang padanya. Hingga ia dapat bertahan hidup hingga sekarang. Namun saat ini? Kepada siapa ia akan bergantung?
"Kita pulang kerumahku" ucap Arka. Dengan nada datarnya.
Carla, ia hanya dapat tersenyum pedih akan nasibnya.
.
.
.Arga?
Laki laki itu sedang menjalani hukuman oleh orang tuanya. Ia dikuci di dalam kamar hampir satu harian penuh.
Beberapa saat yang lalu, kedua orang tuanya dan orang tua Archa pergi ke rumah sakit.
"Arga! Kerumah sakit sekarang!" teriak mamanya ketika baru saja Arga mengangkat telfon rumah yang ada di kamarnya.
Tanpa mengganti pakaiannya, Arga segera mendobrak beberapa kali pintu kamarnya.
Ibunya memang bodoh, mengapa tidak menyuruh pembantu mereka membukakan pintu dulu?
Pada dobrakan ketiga Arga pintu itu akhirnya roboh.
Arga segera berlari kearah garasi. Dan mengemudi dengan kecepatan luar biasa kearah rumah sakit.
Beruntung baginya, ia dapat dengan selamat mencapai rumah sakit.
Ia segera berlari ke ruang UGD.
"Ada apa Ma!? Archa kenapa!?" pekik Arga panik. Bahkan jaraknya dengan orang tuanya masih ada 10 meter. Namun, Arga sudah berteriak.
"Archa melukai tangannya lagi. Hiks hikss" ucap Ibunda Archa.
Arga seketika melemas, tubuhnya bersandar pada dinding. Dan perlahan melorot.
Ia tumpukan kepalanya di atas lutut yang ia tekuk.
Tubuhnya bergetar.
Ia menangis,
Ia tak sanggup lagi,
Ia tak akan pernah mengampuni diri sendiri jika Archa pergi.
.
.
.
.
.Ini ini astaga siapa yang tiap hari minta update deh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Right (Telah Terbit)
Teen FictionBagaimana jika berada di posisinya? Ada namun, tidak dianggap. Berstatus, tapi diabaikan. Ya, itu nasibnya. Dia, Archa yg mencintai Arga. Arga Yang mencintai dunianya dan tentu saja bukan Archa dunianya, melainkan wanita lain. Dia, Arga. Makhlu...