Part 9

84.6K 4.7K 79
                                        

Archa sudah tahu akan berakhir seperti ini. Ia akan jadi bahan bully an.

Anak anak Elang pun ikutan membullynya. Seperti saat ini, ia sedang berada di halaman belakang sekolah. Ya, hanya tempat ini yang sepi. Ia berharap tidak akan ada lagi orang yang kesini. Cukup tadi pagi di kedatangannya. Ia mendapat hadiah air es yang mengguyur tubuhnya.

Saat sedang menutup matanya. Tiba tiba ada tonjokan keras mengenai pipinya. Archa yang tak ada persiapan apapun langsung tergeletak.

Saat membuka matanya ia melihat anak anak Elang ada dihadapannya. Dan yang menonjoknya tadi adalah Carla.

"Ck" Archa berdecak pelan.

"Bangun !" bentak Carla.

Archa segera bangun. Dan seketika itu, pukulan brutal dari Carla mengenai tubuh Archa. Ia tak melawan, hanya Sedikit menghindar.

Sedangkan yang lain hanya menonton tanpa minat membantu ataupun menghentikan Carla.

Setelah puas, Carla menghentikannya. Archa berdiri. Ia tersenyum miring. Terkesan mengejek.

"Udah?" tanya Archa.

"Sial! Belagu banget lo jadi cewek!" bentak Beta.

Archa mengernyitkan dahi pura oura berfikir "Kenapa?". tanyanya sok polos.

"Nyebelin banget ni cewek" sahut Galih.

"Hahaha, kenapa? Kenyataan kan kalo kalian lemah" ejek Archa.

Bukk!!!

Archa kini mendapat tonjokan lagi dari Galih.

Ahh sepertinya ujung bibirnya robek.

"Udah?" tanya Archa sambil menaikkan satu alisnya. Dan jangan lupakan senyuman yang masih ada di bibirnya.

"Sial!"

Kini pertarungan 2 lawan 1 tak terelakkan. Archa pun membalasnya.

Dan tentu saja Archa yang menang. Dia segera mengakhiri ini dengan tonjokan di bagian vital yang akan membuat mereka pingsan.

Saat lawannya tumbang, Archa mengumpat keras.

"Sorry Sorry! Duh gue kelepasan anjir" Dia panik sendiri.

"Lain kali bawa seluruh anggota lo dulu kalo mau lawan gue. Gue takutnya kelepasan gini. Duhh,, mereka ga papa kan ya" Archa bermonolog. Dia terus menepuk nepuk pipi Beta.

Carla pun tak kalah panik.
"Mending lo panggil bantuan cepetan!" seru Archa.

Carla segera pergi mencari bantuan.
.
.
.
Setelah pulang sekolah, Archa pergi menuju rumah sakit. Bukan untuk menjenguk Arga. Tapi, untuk ke tempat Arka. Jangan harap, ia akan ketempat Arga Sore sore begini. Karena, pastilah dikamar Arga masih banyak anak anak geng Elang.

"Lo kapan sembuhnya?" tanya Archa.

Arka mengendikan bahu cuek. Ia , Nicho, Dani dan Rendi sedang main game online.

"Gue heran, lo ngapain sih di rumah sakit segala? Manja banget. Orang nggak kenapa napa" sahut Archa.

"Mayan, bisa bolos " sahut Arka nyengir.

"Oh ya, si agar agar itu gimana kondisinya?" lanjutnya.

"Arga!" sahut Archa membenarkan.

"Tauk, gue belum nengok juga" sahut Archa.

"Oh ya, gue baru nyadar. Lo habis berantem?" tanya Nicho. Ia menatap Archa penuh selidik.

Kini semua mengalihkan pandangan dari layar hp. Dan menghadap kearah Archa.

"Hmm" sahut Archa malas.

"Siapa! Gimana keadaan mereka?" sahut Rendi melotot. Kurang ajar bukan?

"Anak anak, biasalah. Lagian udah pasti kan mereka lebih parah" sahut Archa.

"Ck, lo tu selalu gini. Besok besok kalo nggak ada kita jangan berantem deh. Emang lo mau penyakit lo kambuh lagi? Itu bukan penyakit sembarangan Cha. Itu berhubungan dengan kondisi psikis lo. Jadi, jangan berantem lagi oke?" tanya Arka sambil menggenggam tangan Archa

"Hmmm," sahut Archa.

"Lo nggak ngelakuin hal hal aneh kan akhir akhir ini? Lo nggak lagi sedih kan? Lo harus inget lo punya keluarga disini" sahut Arka.

"Iya iyaa" sahut Archa.

"Jangan disepelein Cha! Kita semua tahu apa yang akan terjadi kalo emosi kamu berlebihan" sahut seseorang yang baru masuk.

"Wei weei abang!" seru Arka.

"Hmm, kamu ngapain di rumah sakit? Buang buang uang aja. Kalo mau bolos di pinggiran jalan aja! Hemat!" suara perempuan lain terdengar.

"Iya iya, kak ah! Udah punya anak masih aja pedes omongannya" sahut Arka.

"Bener sih apa kata kak Letta. Mending uang lo buat traktir gue aja" sahut Archa.

"Eh! Ini kenapa wajah kamu!" sahut Letta panik ketika melihat wajah Archa.

"Nggak usah sok panik deh kak. Mirror dulu juga suka berantem" sahut Archa.

Letta nyengir.

"Udah udah, ini abang bawain makanan" ucap Varo.

"Yey! Abang tahu aja kita laper. Daritadi ga dikasih makan sama yang punya ruangan" sindir Dani.

Make It Right (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang