"Arga... dimana dia?" gumam Archa. Dia sudah terbangun 5 menit lalu. Namun, hanya Arka yang menemaninya sedari tadi.
Arka pun sedari tadi berusaha terus mengoceh agar Archa melupakan Arga.
"Emm... sekolah" ucap Arka ragu.
"Katamu sekarang hari minggu. Kok sekolah?" ucap Archa mengernyit.
Ia... sudah curiga.
Arka semakin panik. Matanya menjelajah kesegala arah. Asal tidak menghadap Archa.
"Sudah berpaling ya?" gumam Archa tersenyum getir.
"Cha, kamu tahu disini ada aku" ucap Arka memeluk Archa.
"Ekhemm" dehaman terdengar dari arah pintu.
"Aku tahu kamu membenciku. Tapi bukan dengan cara seperti ini" ucap Arga tajam. Matanya menatap tangan Arka yang masih bertengger di atas tangan Archa.
"Gue cuma mau negakin keadilan" ucap Arka tersenyum miring. Matanya pun menatap tangan Arga dan Carla yang saling bertautan.
Dengan serentak Arga dan Archa menjauhkan tangan mereka.
"Gue makan dulu" ucap Arka, ia keluar menarik Carla bersamanya.
Di ruangan itu, atmosfer terasa mencekam. Tidak ada suara apapun selain detakan jarum jam.
Mereka hanya terus saling menatap dalam diam. Seolah emang semua yang ada di pikiran mereka tersalurkan melalui tatapan itu.
Benar adanya, disaat bibir ini tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Mata, masih bisa kita gunakan untuk menyalurkan itu semua. Karena, mata tidak pernah berbohong.
Pelan tapi pasti kaki itu terus melangkah mendekat. Dengan penuh kehati hatian takut akan meremukkan tubuh Archa yang lemah. Arga merengkuh Archa.
Lama lamaan tubuh kokoh itu bergetar. Semakin bergetar hebat. Diiringi isak tangisnya. Baru kali ini, laki laki yang ditakuti siswa siswa lainnya. Laki laki dingin yang menakutkan. Menangis didalam rengkuhan sang kekasih.
"...Maaf...Hiks... Maaf... I...ini diluar kendaliku.... hiks maaf... Aku bersalah.... hiks... maaf...maaf... maaf..." ucap Arga terus meracau dan mengucapkan kata maaf.
"Aku takut, setelah ini kita tidak bisa bersama lagi" ucap Arga lirih. Bahkan kini tubuhnya ia sandarkan sepenuhnya ke tubuh Archa yang sedang duduk bersandar pada dinding belakangnya."Aku... mengerti....kamu tenang aja... sku nggak akan jadi perempuan egois dengan menahanmu...aku–"
"Jangan! Tolong... tttooloongg jangan pernah ingin berpisah denganku... Hikss Archa sayang... hiks... I'am yours" ucap Arga.
.
.
.
"Lo kenapa sih? Aneh banget. Nyium bau makanan aja sampe muntah muntah gitu. Kayak orang hamil aja" ceplos Arka. Kini mereka sedang ada di depan tong sampah yang ada dipinggir taman itu.Dan seketika mereka membeku. Saling menatap satu sama lain.
"Kamu— kamu beneran hamil?" ucap Arka dengan nada melemah hampir tak terdengar di akhir kalimat.
"A—apakah ini... karena..."
SUMPAH!
Author ngantuk sekali,
Lelah dengan semua DL
Berdoa aja besok bisa up lagi

KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Right (Telah Terbit)
Teen FictionBagaimana jika berada di posisinya? Ada namun, tidak dianggap. Berstatus, tapi diabaikan. Ya, itu nasibnya. Dia, Archa yg mencintai Arga. Arga Yang mencintai dunianya dan tentu saja bukan Archa dunianya, melainkan wanita lain. Dia, Arga. Makhlu...