Pagi ini, ketika Archa terbangun. Ia tak mendapati siapapun disisinya.
"Ah, apakah semalam hanya mimpi?"
Tangannya terangkat, dan terlihatlah sebuah perban yang rapi mengikat tangannya."Uhgg, bukan mimpi. Sial, dia udah tahu" gumamnya.
Segera ia ke kamar mandi. Mandi dengan sangat sangat sulit karena hanya menggunakan tangan kanannya.
Selesai mandi saat ia keluar kamar. Terdengar suara berisik dari arah dapur.
"Kamu sudah bangun? Duduklah. Sebentar lagi selesai" ucap Arga dengan alat penggorengan ditangannya. Kain Apron terikat rapi di pinggangnya.
Archa duduk di kursi yang ada di depan bar pembatas dapur. Ia menumpukan mukanya dengan tangan kanannya.
Arga berjalan kearah Archa. Tangan kanannya menyentuh kening Archa. "Sudah menurun" gumamnya. Lalu ia kembali lagi berkutat pada masakannya.
Setelah selesai, Arga segera menata makanan di meja makan.
Bukannya beranjak Archa tetap pada posisinya dan berkata, " Apakah ini kamu lakukan karena kasihan padaku? Jika iya berhentilah" ucap Archa ketus.
Arga menatap tajam kearah Archa. Tak suka dengan kalimat yang baru saja dikeluarkan Archa.
Tanpa aba aba, Arga segera mengangkat Archa dan mendudukannya di kursi yang ada di depan meja makan.
"Hei!" ucap Archa terkejut.
"Makanlah" ucap Arga sambil mengelus rambut Archa. Arga pun segera duduk disamping Archa.
"Kamu bisa masak?" tanya Archa.
"Hemm" sahut Arga.
"Ck, tahu gini daru dulu kenapa nggak kamu aja yang masak" sahut Archa.
Arga terkekeh. Ia kira Archa akan memintanya agar mengajari Archa memasak. Tapi ternyata Archa malah menyuruhnya memasak.
"Apa gunanya kamu" sahut Arga.
Archa mengendikkan bahu. Setelah itu ia berucap "Cuma pajangan, mungkin?"
"Isi kulkas kosong. Habis ini kita belanja" ucap Arga.
"Males, kamu aja" sahut Archa.
"Kita . Archa" Ucap Arga tegas.
"Ck!" Archa berdecak sebal. Ia hanya menghindari kontak fisik dengan Arga seminimal mungkin. Ia hanyaa... hanya... tak mau jatuh lebih dalam lagi.
.
.
.Disinilah mereka berada. Ah... kalian pasti tak akan percaya ini. Arga mendorong trolly, dan Archa berjalan disampingnya. Dengan baju couple mereka. Sweater berwarna pink imut. Dan dipadukan dengan celana jeans biru pudar.
"Eumm, sepertinya..." Archa bergumam sambil menghadap Arga. Kini mereka sedang berada di depan tempat sayur dan buah buahan.
"Jangan bilang kamu pun nggak ngerti jenis jenis sayuran?" sahut Arga melotot.
"Ya... mereka sama aja coba liat! Masak kita mau makan kayak gini! Ini kan makanan kambing!" sahut Archa sewot. Ia memang tak menyukai sayur.
"Kata mama kamu, kamu nggak suka sayur. Jadi, kita harus beli sayur yang banyak" sahut Arga sambil memilih beberapa sayur.
Jujur author juga nggak ngerti jenis sayur, bedanya cengkeh, jahe, kunyit, ataupun nama nama peralatan dapur. Si author ini memang ga bisa masak.
Lalu, setelah itu Arga kembali memilih beberapa daging, bumbu bumbu, dan buah buahan. Sedangkan Archa kebagian mendorong trolly saja.
"Belanja bulan depan kamu harus udah ngerti jenis jenis ini. Harus belajar masak. Ngerti?" ucap Arga. Archa mengangguk sambil nyengir lebar. Lalu, Arga menepuk kepala Archa dua kali. Dan mengambil alih mendorong trolly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Right (Telah Terbit)
Teen FictionBagaimana jika berada di posisinya? Ada namun, tidak dianggap. Berstatus, tapi diabaikan. Ya, itu nasibnya. Dia, Archa yg mencintai Arga. Arga Yang mencintai dunianya dan tentu saja bukan Archa dunianya, melainkan wanita lain. Dia, Arga. Makhlu...