Pagi ini, ketika Archa berangkat sekolah dikejutkan oleh sesuatu. Arga telah kembali. Ia telah berangkat sekolah.
Matanya memejam, mencoba menahan emosi karena memikirkan dimana semalam Arga pulang. Apakah di rumah temannya? Atau... Perempuannya?
Terlihat jelas mereka tengah berkumpul di koridor sekolah. Membuat semua siswa yang ingin lewat harus melalui jalan memutar.
Archa kembali melanjutkan langkahnya. Ia terus berjalan dengan tatapan tajam. Tatapan yang dulu sempat hilang.
Tidak ada teman. Tidak ada pelindung. Tidak ada tempat untuk bersandar baginya. Semuanya terasa menyedihkan. Hingga membuatnya ingin memukul orang.
Sekali lagi, tangannya mengepal erat.
Tiba tiba dorongan kuat dari bahunya membuat ia terbentur dinding.
Kedua bahunya di pegang erat oleh seseorang. Orang itu menatapnya tajam. Tatapan benci yang begitu memuakkan. Bahunya seperti akan diremukkan oleh orang itu. Orang itu, suaminya.
"Apa yang kamu lakukan? Tidak cukup melukai ku huh!?" ucap Arga dengan suara rendah. Namun, masih saja terdengar oleh sekitar.
Aura permusuhan sangat kental keluar dari mereka.
Archa tersenyum miring. Tampak cantik, karena kini ia dengan rambut digelung asal. Dan beberapa anak rambut menghiasi pipinya. Juga kancing baju teratas yang ia biarkan terbuka.
"Jadi, sudah sembuh. Huh?" tanya Archa dengan senyum mengejek.
Bukk!!
Arga meninju dinding samping kepalanya.
Archa mengangkat tangan kanannnya. Mengelus pipi Arga pelan.
"Lebih baik kamu menjaga teman temanmu dengan ketat. Karena setelah ini aku tak akan berbelas kasihan lagi. Oh ya, terutama kau harus menjaga orang yang paling kau sayangi itu. Mungkin, aku akan memperlakukannya sedikit berbeda" ucap Archa pelan. Sangat pelan. Mungkin hanya di dengar Arga karena jarak mereka yang begitu dekat hingga hidung mereka bersentuhan.
Setelah itu, Archa menyentak tangan Arga kuat. Mengambil kesempatan ketika laki laki di depannya tengah berpikir. Ia langsung saja pergi dari situ.
.
.
.
Kantin adalah tujuannya. Bukan untuk makan, ataupun minum. Ia hanya sedang ingin berada di keramaian. Ingin melihat kebahagiaan orang lain. Yang mungkin, belum ia dapatkan. Atau... tidak pernah?Disaat Archa sedang duduk melamun mengaduk minumannya. Sebuah guyuran tiba tiba mengenai atas kepalanya.
Wahh, sepertinya Tuhan sedang berbaik hati padanya. Dengan memberikannya domba untuk dimainkan.
Archa segera berdiri. Mengambil jus nya dan membuangnya kearah muka perempuan itu. Perempuan yang ada di depannya.
"Sial! Gue nggak sengaja!" seru perempuan itu yang tak lain adalah Carla.
"Terus? Gue peduli?" ucap Archa dengan senyum miring.
"Lo!" pekik Carla kuat. Ia sedang emosi.
"Apa? Kurang ya? Oke" ucap Archa sambil mengguyur Carla dengan es teh yang ada di sampingnya. Entah, milik siapa itu.
Archa terkekeh pelan terkesan mengejek.
Saat Carla membuka mulutnya hendak mengumpatinya mungkin.
Archa segera menyela "Apa? Kurang lagi?"
Archa mengambil mangkuk berisi air untuk cuci tangan dan mengguyurnya kearah Carla.
Kali ini, Archa tertawa lebar.
"CARLA!" Teriak segerombolan laki laki yang sedang berlari kearah mereka.
"Sialan!"
Plakk!!
Huh? Arga menamparnya.
Lagi lagi, Archa terkekeh.
"Kenapa? Ga rela cewek lo gue bully?" tanya Archa dengan nada mengejek."Apa mau kamu!" bentak Arga. Bahkan Arga tak bisa menghilangkan kalimat aku-kamu dengan Archa.
Diam diam Archa tersenyum sebentar akan hal itu.
"Emm, entah? Lagi pingin aja" sahut Archa santai dengan mengendikkan bahu.
"ARCHA! CARLA! KALIAN IKUT IBU KE KANTOR SETELAH MEMBERSIHKAN BADAN KALIAN! SEKARANGG!" teriak Bu Yulia. Guru Konseling Mereka.
Tanpa sepatah katapun, Archa segera pergi ke arah toilet.
Dan tentu saja , ia bertemu dengan Carla di toilet itu. Ada yang beda, Carla rupanya membawa Arga.
"Arga, kamu tunggu di luar aja. Aku bisa ganti sendiri" ucap Carla.
"Nggak! Nanti kamu diapa apain lagi sama perempuan itu! Sekarang kamu masuk bilik! Aku jaga disini!" pekik Arga.
Archa tak peduli. Ia segera memasuki bilik kamar mandi.
Sebenarnya hanya bajunya yang basah. Ia melepas seragam putihnya dan duduk di kloset tertutup itu.
Punggungnya ia sandarkan. Setetes air mata keluar dari matanya. Selalu seperti ini. Dari dulu, hingga sekarang.
Tangannya lagi lagi mengambil sebuah pisau kecil yang ditutupi bentuk penghapus itu.
Ia membuka hand band yang selalu melingkar dilergelangan tangannya.
Ketika dibuka terlihatlah bekas beberapa, atau banyak? Sayatan sayatan disana.
Archa pun mulai menggoresnya sedikit. Tidak terlalu dalam. Namun, cukup untuk menghilangkan rasa sakitnya.
"Kamu lama banget sih?" suara Arga terdengar di telinganya.
"Ya namanya ganti baju, ya lama. Rambut aku lengket banget" sahut Carla.
"Sini aku bantu keramasin" sahut Arga.
Suara air mengalir terdengar. Beberapa senda gurau terdengar ditelinganya.
Jantungnya bergemuruh. Terasa menyesakkan. Berusaha mengais udara disekitarnya. Tubuhnya mulai lemas.
Setelah menunduk ia baru tersadar.
Ahh, ia terlalu dalam menancapkan pisaunya
.
.
.Jahat kalau kalian ga nangis
KAMU SEDANG MEMBACA
Make It Right (Telah Terbit)
Teen FictionBagaimana jika berada di posisinya? Ada namun, tidak dianggap. Berstatus, tapi diabaikan. Ya, itu nasibnya. Dia, Archa yg mencintai Arga. Arga Yang mencintai dunianya dan tentu saja bukan Archa dunianya, melainkan wanita lain. Dia, Arga. Makhlu...