Part 19

80.5K 4.4K 179
                                    

"Sejak kapan kamu lemah seperti ini? Ini... terlalu nggak adil buat kamu. Jangan kamu pikir saya nggak tahu kamu dapat uang darimana untuk biaya pengobatan cewek yang merebut suamimu itu. Kamu balapan tiap malam. Cuma buat hal itu. Kamu, nggak seharusnya seperti ini Archa. Masa depanmu masih panjang. Bukan cuma dia laki laki di dunia ini. Bukannya saya mendukung kamu untuk bercerai. Tapi, pernikahan kamu nggak sehat kalau kamu selalu menderita seperti ini" ucap Dokter Rina. Matanya terus mengamati Archa yang lagi lagi sedang duduk di pinggir jendela menatap kamar di sebrang sana.

"Setidaknya ijinkan saya untuk memperingati suami mu itu. Kalau ia masih bertanggung jawab atas dirimu" ucapnya lagi.

Hening... terus seperti ini. Archa tidak akan pernah membalas.

"Kamu harus berhenti! Ini menyakiti dirimu sendiri! Apa perlu saya jadwalkan kencan buta buat kamu?" ucap dokter Rina lagi.

"Dokter sendiri paling tahu tentang saya. Selama ini, saya selalu berfikir tidak memiliki hati. Hati saya tidak pernah merasakan apa saja. Dan saat ini... Saya hanya sedang menikmati sebuah rasa sakit. Akhirnya saya tahu bagaimana rasanya benar benar bersedih karena sesuatu yang kita sayang. Saya benar benar bisa merasakan sakit.  Inii.... menyakitkan hingga saya nggak tahu harus bagaimana. Saya.... merasa mati... juga... hidup" ucao Archa dengan pandangan kosong kearah depan.Kepalanya masih saja menoleh kesamping kearah jendela.

"Saya janji.Ini terakhir kalinya saya disini" ucap Archa sambil beranjak berlalu pergi.
.
.
.
"Lo nggak lupa kan sama janji lo? Kita taruhan. Kalo gue menang malam ini. Kalian udah nggak boleh lagi musuhan sama anak anak elang. Oke?" ucap Archa. Kini ia tengah berada di kafe dengan Arka dihadapannya.

"Kenapa lo ngebet banget sih buat kita baikan?" sahut Arka sebal. Pasalnya, ia memang tak suka dengan pemimpin Elang. Si Arga yang menurutnya sangat songong. Sombong. Menyebalkan. Dan tambah lagi dengan Archa yang terus membela laki laki itu. Tentu saja membuat Arka sebal.

"Ya biar gue tenang aja" sahut Archa.

"Cuma itu?"

"Iya, gue pingin liat kalian akur. Pasti nyenengin deh. Tapi, belom pasti juga sih gue bisa liat kalian akur" ucap Archa.

"Maksud lo? Lo nggak lagi ngerencanain aneh aneh kan Cha?" ucap Arka panik.

"Kenapa sih? Mikir lo kejauhan tahu nggak" Archa terkekeh.

"Maksud gue kan. Juga belom pasti gue menang malam ini"

Arka menghela nafas lega.

"Lo tahu, kita semua ngajuin sati syarat. Yang jadi lawan lo kali ini bukan gue" ucap Arka.

"Gue nggak peduli siapa lawan gue"
.
.
.
Archaa... ia hanya tak menyangka temannya selicik ini.

Dihadapannya. Seluruh geng Lion dan Elang berkumpul. Dan yang menjadi lawannya kali ini adalah.... Arga.

Ia tahu, sebuah rahasia besar yang pasti akan terjadi malam ini. Namun, ia tak akan berusaha menghentikannya. Ia... akan memanfaatkan situasi ini sebaik mungkin.

"Gue ngajuin syarat" ucap Archa tegas. Matanya menyorot datar kearah Arga. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana perasaan kedua manusia ini. Tatapan datar. Hanya itu yang ada di mata mereka.

"Tukeran motor" ucap Archa singkat. Beberapa orang terpekik. Namun, diantara orang orang itu. Ia tahu, ada seseorang yang sedang menatap panik kearah Archa.

"Oke" ucap Arga.

Mereka berjalan kearah motor lawan masing masing. Archa menaiki motor Arga. Tangannya mencoba menarik rem di stang kanan. Dan ya, ini terlalu ringan.

Archa tersenyum tulus dibalik helmnya. Matanya, melirik kearah Arga. Yang ia yakini sedang balik meliknya dibalik kaca helm.

Sebelum hitungan kesatu. Archa memekik "Tepatin janji kalian kalo gue menang!" Dan brumm!!!

Archa serta Arga terus saling menyelip. Archa sedikit kesulitan dengan motor Arga yang tak seringan motornya. Juga motor ini sudah diotak atik orang. Namun, inilah saatnya. Di belokan terakhir. Archa memang paling suka menyelip lawan ketika ada belokan tajam.

Archa memenang kan pertandingan. Namun, bukannya memelan. Ia malah terus mempercepat motornya hingga melewati kerumunan dan pergi menjauh. Arga yang terkejut segera mengikuti Archa. Diikuti dengan orang orang lain dibelakangnya. Yang pasti diantara mereka ada Arka yang ikutan nengikuti Archa.

"Archa! Stop it!!" Teriak Arga.

Archa tersenyum. Inilah kesempatannya. Ia sudah mengatakan bukan? Akan memanfaatkan situasi ini sebaik mungkin. Yaitu dengan mengakhiri penderitaannya.

"ARCHA!!" pekik Arga diikuti pekikan kuat dari arah belakang ketika melihat Archa terjun bebas kearah sungai.

UDAH BUKAN DOUBLE LAGI LOH INI.

Make It Right (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang