Story ini berkisah tentang seorang pemuda miskin yang baik hati bernama Jeon Jungkook, kebaikan hatinya membawa dirinya bertemu dengan takdir yang cukup rumit.
Dimana Jungkook terpaksa menikahi seorang putri dari konglomerat Korea, bernama Kim Yeri...
Aku membuka kedua mataku secara perlahan, mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk dan mengingat kejadian semalam.
Dimana namja-namja itu hendak menyentuhku.
Sekarang aku berada di sebuah kamar, diatas ranjang dengan tangan seorang namja yang kini tengah memelukku.
Tapi aku tak perduli dengan keadaan sekitar, aku juga tak mau melihat siapa namja disampingku, lebih perduli pada tubuhku yang mungkin telah disetubuhi olehnya. "Syukurlah..." gumamku kala mendapati pakaianku tak terlepas dari tubuhku.
Saat aku menoleh untuk melihat siapa namja yang tengah memelukku, ia terbangun dan mendongkak ke arahku, kemudian kami sama-sama bergegas untuk beranjak duduk.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ternyata namja itu adalah Jeon Jungkook.
Dia terlihat bingung dan segera beranjak dari atas ranjang, ia juga terlihat salah tingkah. "A-aku tak melakukan apapun, sungguh! Semalam aku tak melakukannya, a-aku hanya ketiduran, tapi aku tak menyangka kalau tanganku malah memelukmu."
"Maafkan aku." lanjutnya sembari menundukkan kepalanya dengan sangat menyesal.
Justru bukannya kesal, tapi aku malah ingin tertawa melihat tingkahnya yang gugup dan ketakutan. Mungkin takut kalau aku akan marah besar padanya.
Jungkook mendongkak dengan tatapan khawatirnya. "Tolong, jangan pergi dari rumah lagi." pintanya membuatku berhenti tersenyum.
Dia mungkin takut aku marah lagi padanya dan melarikan diri dari rumah. "Aku berjanji tak akan membuatmu marah lagi." lanjutnya yang kini kembali membuatku menarik ujung bibirku, membentuk senyuman.
Tiba-tiba saja "Aku lapar." gumamku sembari mengelus perutku yang sudah memprotes meminta asupan makanan.
"Aku akan buatkan sarapan." sigapnya lalu berjalan cepat menuju ke pintu keluar dari kamar ini.
Dugh
"Awwww..." ringisnya setelah tak sengaja tersandung kaki ranjang, ia terlalu antusias sampai tak bisa berjalan dengan baik.
Aku terkekeh melihatnya yang lagi-lagi salah tingkah bahkan kedua pipinya terlihat memerah karena malu. Semerah tomat.
Tapi mengapa aku bisa berada disini? Semalam kan aku hendak diapa-apakan oleh namja-namja brengsek itu.
