Part 17

1.5K 286 189
                                    

Selamat Membaca*

#Jungkook pov.

Seminggu kemudian....

Hubunganku dengan Yerim semakin membaik, kami mulai menjalaninya kehidupan sepasang suami istri dengan normal meski sepenuhnya Yerim belum memberiku izin untuk lebih intens pada hubungan kami.

Hari ini aku yang membuatkan sarapan, kami berdua sepakat untuk bergantian membuatkan makanan baik untuk sarapan maupun untuk makan malam.

Yerim berdiri disisiku setelah mengambil minuman. "Apa hari ini kau akan pergi bekerja?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan membenarkan.

"Huh, hari ini aku libur kuliah. Pasti membosankan sekali sendirian di rumah." gumam Yerim lalu melenggang masuk ke dalam kamar sembari membawa air minumnya.

Andai saja hari ini aku bisa libur bekerja, dengan senang hati aku akan menemaninya seharian ini.

"Jungkook! Bagaimana ini? Aku benar-benar akan kesepian, Suhyun tak bisa datang ke rumah hari ini." eluh Yerim yang kini berjalan menghampiriku lalu meletakkan gelas kosongnya di atas pantry.

Aku juga bingung harus meminta siapa untuk menemani Yerim di rumah, apa aku minta bantuan Mijoo saja?

Yerim memukul lenganku hingga aku menyadari kalau masakanku harus segera diangkat sekarang. "Malah melamun! jangan bilang kalau kau akan minta Lee Mijoo menemaniku di rumah!" tepat sekali, ia menebaknya dengan benar.

"Daripada kau sendirian, lebih baik kau ajarkan Mijoo untuk bersikap lebih feminim. Seperti mengajarinya cara berdandan dan berpakaian, mungkin itu akan menyenangkan bagi yeoja." timpalku sembari sibuk menata makanan di atas meja makan.

Yerim mengikuti langkahku lalu duduk di depan meja makan. "Tidak mau! Untuk apa juga aku mengajarinya, jangan-jangan kau mau dia terlihat cantik dan kau akan semakin jatuh cinta padanya. Benar kan?" celotehnya malah menuduhku.

Astaga! Kau salah Yerim, aku tak berpikir sama sekali untuk jatuh cinta pada Mijoo maupun pada yeoja lain.

Baiklah, tidak perlu diladeni. Karena Yerim pasti tidak akan berhenti membahasnya kalau kutimpali ucapannya.

Aku memutuskan untuk mulai memakan sarapanku, begitu juga Yerim. Sembari makan, aku terus mencari solusi agar Yerim tak merasa kesepian di rumah.

Hingga akhirnya kami berdua telah selesai makan, tapi aku belum menemukan solusi terbaik.

Maafkan aku Yerim karena aku membuatmu kesepian di rumah, bahkan aku tak bisa memberikan uang saku yang cukup agar kau bisa pergi berjalan-jalan keluar.

"Biar aku saja yang bereskan semuanya, kau pergilah bekerja sekarang." ujar Yerim lalu mulai membereskan piring bekas makan kami berdua untuk ia cuci diwastafel.

Sementara itu, aku masih belum berniat pergi dan kini terus saja memandang punggung Yerim. Hingga ia menoleh padaku dan mengernyit, mungkin heran karena aku belum berangkat juga.

"Maafkan aku karena membuat dirimu jadi kesepian seperti ini." ucapku, tapi Yerim seperti tak perduli dengan permintaan maaf dariku.

Yerim selesai mencuci piring dan berjalan menghampiriku. "Tidak apa-apa, aku bisa menghubungi Hanbin oppa. Jadi aku tak akan terlalu kesepian, kau fokus saja bekerja." pesannya lalu berjalan pergi menuju ke kamarnya.

Dia akan menghubungi Hanbin?

Ya Tuhan, mengapa namja itu lagi? Dia selalu saja berhasil membuat Yerim semakin menyukainya bahkan sekalipun dia tengah berada di Jepan.

The Innocent HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang