Part 8

1.6K 318 59
                                    


Selamat Membaca*

#Author pov.

Keesokan paginya...

Jungkook terbangun dari tidurnya di kamar yang biasa ia gunakan untuk tidur, padahal ia berharap bisa terbangun di kamar yang sama dengan istrinya.

Seperti biasa, ia akan pergi untuk kembali bekerja sebagai seorang pengantar koran dan susu. Saat ia pulang, ia sudah mendapati Yeri terbangun dari tidurnya.

"Yerim, kau sedang apa?" tanya Jungkook ketika mendapati sang istri berkutat didapur bahkan masih mengenakan piyamanya, rambutnya juga tergelung ke atas agar tak mengganggunya.

Yeri menoleh dan menunjukkan pisau ditangannya. "Kau tak lihat aku sedang apa?" tanyanya balik lalu kembali mengiris-iris sayur yang berada dihadapannya.

"Biar aku saja, nanti kalau kau terluka bagaimana." Jungkook hendak mengambil pisau dari tangan Yeri tapi malah berakhir menggenggam tangan yeoja itu.

Jungkook kembali bersikap gugup dan mengangkat kedua tangannya. "Maafkan aku, tadi aku refleks menggenggam tanganmu. A-aku hanya ingin mengambil pisau." jelasnya yang benar-benar takut sang istri marah kepadanya.

"Lebih baik kau mencuci sayuran saja sana! Jangan ganggu aku." titah Yeri yang segera Jungkook turuti, ia langsung mengambil sayuran dan mencucinya di wastafel.

Jungkook sesekali melirik Yeri, ia hanya ingin memastikan kalau pisau yang berada di genggaman Yeri tak akan melukai tangan istrinya itu.

Menyadari bahwa Jungkook terus meliriknya membuat Yeri mulai tersenyum jahil, ia tiba-tiba saja menghentakkan pisaunya dan meringis.

"Akhhhh....appooo.." ringisan dari istrinya itu berhasil membuat Jungkook panik sekaligus khawatir. Apa yang ia takutkan benar-benar terjadi? pisau itu melukai tangan istrinya.

Jungkook segera meraih tangan istrinya lalu dibawa ke wastafel untuk dibasuh. "Apa kubilang, biar aku saja yang mengiris-iris sayurannya." eluhnya bernada khawatir.

"Dasar berlebihan!" ejek Yeri lalu menarik tangannya, kemudian memperlihatkan jari tangannya yang utuh tanpa luka sama sekali.

Jungkook melongo, jadi dia hanya jadi korban kejahilan sang istri. "Kau baik-baik saja, Syukurlah kalau begitu. Kau hampir saja membuatku jantungan." eluhnya sembari mengelus dada.

"Jantungan? Sampai seperti itu? Bagaimana kalau aku mati, apa kau akan ikut mati bersamaku? Lucu sekali, kau benar-benar terlalu berlebihan." ucap Yeri lalu kembali pada aktivitasnya.

Sementara itu Jungkook hanya memperhatikan sang istri dengan tatapan yang dalam. "Ya, kalau kau mati. Aku juga akan mati, Yerim."

Jungkook mengerjap kala Yeri dengan jahilnya mencipratkan air dari wastafel ke wajahnya. "Ah iya, sayurannya sudah aku cuci." ujarnya lalu menaruhnya di atas wadah.

"Kau bersiap-siap saja, hari ini bukankah kau harus melamar pekerjaan? Kau bilang tak mau jadi fotografer lagi." titah Yeri yang dibenarkan oleh Jungkook, ia akan melamar pekerjaan hari ini.

Jungkook masih belum mau pergi, khawatir terjadi sesuatu pada istrinya. "Nanti kalau terjadi sesuatu, kau berteriak saja agar aku bisa mendengarmu dan segera datang." pesannya pada Yeri sebelum pergi ke kamarnya untuk mulai bersiap-siap.

Kalau bukan menjadi seorang fotografer, apa yang bisa dia lakukan? Apakah ia kembali jadi driver taksi online lagi atau jadi pengamen yang bekerja tak tahu tempat.

Hingga akhirnya Jungkook mulai memutuskan untuk melamar pekerjaan di sebuah tempat untuk menjadi seorang sopir pribadi. Selain asisten rumah tangga, sopir pribadi juga memiliki penampungan untuk bisa lebih mudah mendapatkan pekerjaan sebagai sopir.

The Innocent HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang