Semakin dekat mobil Guanlin dengan sekolah, jantung mereka berdegup semakin kencang.
Hingga akhirnya mobil Guanlin benar-benar berhenti di depan gerbang sekolah mereka. Saat Renjun akan turun dan membuka gerbang, tiba-tiba saja muncul cahaya yang menyilaukan.
"Jun! Masuk mobil!" teriak Guanlin.
Cahaya itu bertahan sampai kurang lebih 2 menit hingga akhirnya hilang secara tiba-tiba. Dan saat itulah mereka sadar ada yang berbeda.
"Cahaya apaan anjir. Picek kan mata gue," kata Haechan.
"Bukannya lo emang udah picek ya chan?" celetuk Hyunjin.
Haechan langsung menjitak kepala Hyunjin, "Sayang ya lo nggak bawa kaca,"
"Heejin gue dipanggil sayang sama Haechan,"
"Heh! Kalian tu bisa ngomongin yang lebih penting nggak sih?!"
"Nggak," jawab Haechan dan Hyunjin bersamaan.
"Eh guys, liat keluar jendela," kata Guanlin.
Sontak mereka semua melihat keluar jendela. Sekarang mereka sudah berada di dalam area sekolah.
Tapi ada yang aneh. Kenapa semua pohon mengering? Kenapa langit berwarna cokelat kusam? Dan kenapa tanah terlihat sangat tandus?
"Hah? Ini dimana?"
"Sekolah lah. Noh gedungnya,"
"Iya tau sotong. Tapi liat noh langitnya, tanahnya,"
Renjun tampak melihat ke sekitar, "Turun kuy," kemudian dia mendahului yang lain untuk turun dari mobil.
Setelah semua turun, mereka langsung melihat ke sekitar. Sekolah mereka masih utuh hanya saja tampak sedikit berdebu.
"Apa kita udah di dunia virtual?" tanya Heejin.
"Kita ke aula dulu aja," kata Renjun.
Mereka berjalan menyusuri koridor yang sudah penuh dengan debu. Sarang laba-laba di langit-langit dan di sudut-sudut membuat kesan sekolah mereka semakin menyeramkan.
Di depan aula, Renjun menempelkan ibu jarinya pada security pad yang sesekali mengeluarkan percikan api. Beruntung alat itu masih berfungsi.
Ketika pintu aula terbuka, lampu ruangan itu menyala secara otomatis dan menampakkan beberapa barang yang sebelumnya sudah mereka tata.
"Huh, untung aja masih ada di sini. Gue kira bakal hilang di dunia virtual," kata Nakyung.
Mark dan Haechan yang membawa tas berisi makanan dan alas tidur langsung meletakkan kedua tas itu di dekat perlengkapan mereka yang lain.
Guanlin sudah meminta Nakyung untuk tidak membawa auto car nya, sehingga bawaan mereka tidak bertambah.
Kemudian mereka duduk melingkar di lantai aula.
Krik krik krik...
Hening.
"Emm... Trus sekarang gimana?" tanya Heejin memecah keheningan.
Renjun melihat ke arah jam tangannya, pukul 04:57. 3 menit lagi, Renjun yakin akan ada sesuatu yang terjadi. Karena di file itu tertulis, jam 5 mereka sudah harus berkumpul.
"Kita tunggu sampe jam 5,"
3 menit berlalu, tapi belum ada sesuatu yang terjadi.
"Ini kita ditipu apa gimana sih?! Kok nggak—"
Zriiingg...
Mereka bertujuh melihat ke ujung ruangan. Di sana sudah muncul layar hologram yang koneksinya sedikit buruk sehingga kualitas layar tidak stabil.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ATTACK's Series: ATTACK ✔
Fanfiction[红] First Book of ATTACK's Series "This game is about survive or die. Never trust anyone." Berawal dari sebuah surat aneh yang membawa mereka ke dalam dunia virtual. Dan ingatlah bahwa semua ini tidak sesederhana yang mereka kira. Waktunya 1 minggu...