Mereka berenam langsung berjalan menuju pagar belakang, seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
"Ok jadi kemaren anak IS udah ngasih peringatan ke kita. Jadi mau nggak mau kita harus hati-hati," kata Renjun yang dibalas anggukan oleh sisanya.
Mark memegang ujung pagar dan memosisikan dirinya untuk berjongkok di atas pagar.
Sebelum Guanlin melompat ke bagian yang lain, Renjun berkata, "Dan tolong inget komitmen kita buat nggak ngebunuh siapa-siapa kecuali terdesak,"
"Gue juga nggak mau ngotorin tangan gue yang masih suci kok jun," kata Haechan.
"Sak ae lo chan," balas Hyunjin.
Guanlin yang melompat pertama, langsung melihat keadaan sekitar sambil mengarahkan senapannya.
Setelah semua turun, mereka tetap bertahan di situ selama beberapa saat. Setelah yakin keadaan sekitar aman barulah mereka bergerak.
"Hari ini kalo bisa jangan cari masalah sama anak OBS," kata Renjun sambil mengarahkan temannya ke arah kiri.
Mereka berlari tanpa arah sekadar untuk menjauh dari area OBS dan CC. Setelah merasa cukup jauh mereka berhenti sejenak untuk beristirahat.
"Tapi jun, kenapa kita malah ngehindar dari anak OBS? Bukannya kita malah bisa ambil kesempatan buat nyelamatin Heejin?" tanya Haechan.
Renjun mendecak, "Kita kan blom bikin rencana apa-apa. Kecuali, lo mau diajak tawuran sama mereka,"
Mark bergidik ngeri, "Ogah sih gue. Kita bawa senjata, mereka nggak sama sekali. Tapi kita yang babak belur,"
Guanlin mengangguk sambil terkekeh kecil. Sedangkan Hyunjin hanya terdiam. Renjun yang melihatnya langsung berkata.
"Maaf ya jin. Gue nggak bermaksud buat bomat sama masalahnya Heejin, tapi kita harus bikin rencana yang—"
"Nggak papa kok jun. Gue juga udah nggak ada hubungan apa-apa sama dia," kata Hyunjin datar.
Mereka langsung saling tatap dengan raut wajah kebingungan setelah mendengar jawaban Hyunjin.
"Maksud lo?" tanya Mark.
"Dia mutusin gue setelah kalian semua keluar,"
Mereka tidak terkejut mendengar perkataan Hyunjin, karena mereka sudah mengira Heejin pasti akan mengakhiri hubungannya dengan lelaki bermarga Hwang itu.
Tapi yang membuat mereka terkejut adalah, semudah itukah Hyunjin merelakan Heejin?
"Tapi jin, mau nggak mau kita harus nyelamatin Heejin. Dia temen kita,"
Hyunjin berdecak, "Nggak usah susah-susah. Lagian dia yang minta kita ninggalin dia kan?"
"HYUNJIN!" pekik Nakyung dengan raut wajah kebingungan sekaligus marah.
Renjun menenangkan Nakyung dan beralih pada Hyunjin, "Jin, lo kenapa sih?"
"Gue? Nggak kenapa-kenapa tuh,"
"Hyunjin, Heejin emang minta kita buat ninggalin dia. Tapi kita temennya dan kita nggak bisa ninggalin dia,"
Hyunjin menggeram kesal sambil berdiri dari duduknya. Setelah itu Hyunjin berjalan menjauh dari teman-temannya.
Haechan berusaha mengejar Hyunjin dan menahan lengan lelaki itu, "Hyunjin! Lo mau kemana?!"
Hyunjin menghempaskan tangan Haechan, "GO AWAY!"
Setelah itu Hyunjin berlari meninggalkan temannya yang menatap lelaki itu dengan bingung.
Haechan memalingkan wajahnya dan matanya langsung bertatapan dengan Mark. Lalu, Mark menoleh ke Renjun yang memandang lurus ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ATTACK's Series: ATTACK ✔
Fanfiction[红] First Book of ATTACK's Series "This game is about survive or die. Never trust anyone." Berawal dari sebuah surat aneh yang membawa mereka ke dalam dunia virtual. Dan ingatlah bahwa semua ini tidak sesederhana yang mereka kira. Waktunya 1 minggu...