Ketika mereka sampai di dunia nyata, sebuah pesan terkirim ke ponsel setiap orang yang masih bertahan hingga akhir.
Masing-masing berisi skenario kehidupan mereka yang sudah diatur oleh creator selama 1 minggu dan sebuah alamat. Tapi, tidak ada keterangan mengenai alamat itu.
Akhirnya sore hari setelah kembalinya ke dunia nyata, Guanlin, Haechan, dan Heejin memutuskan untuk mendatangi alamat itu.
Dengan mobil Guanlin, mereka berangkat bersama-sama.
"Betewe, alamatnya ini berarti di Kabupaten Jeongseon? Bukannya daerah sana itu pedesaan ya?" tanya Guanlin.
Heejin mengangguk, "Iya. Ada pegunungan juga kalo nggak salah,"
"Jadi kenapa mereka ngasih kita alamat ke Jeongseon? Emang ada apa di pedesaan sana?"
"Nggak ada yang tau chan. Kita liat aja nanti," jawab Heejin.
Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk mencapai alamat itu. Itu pun karena cara berkendara Guanlin yang cenderung bar-bar, membuat mereka sampai lebih cepat setengah jam.
"Sekitar sini kan ya?" gumam Guanlin sambil melihat keluar jendela.
Heejin dan Haechan juga ikut melihat keluar jendela. Mereka mencari-cari penanda jalan yang ada di situ.
"Ah, itu bukan sih?" kata Haechan sambil menunjuk ke arah kanan.
Guanlin memundurkan mobilnya sedikit dan membaca penanda jalan yang ada di sudut jalan itu.
"Nah iya,"
"Bentar, emang mobil lo bisa masuk situ?" tanya Heejin.
Guanlin melihat jalan yang cukup sempit itu, "Nggak sih. Hehe..."
"Yaudah kita jalan kaki aja dari sini," kata Heejin.
Guanlin sedikit menepikan mobilnya dan mematikan mesinnya. Mereka bertiga turun dari mobil.
Mereka menghirup udara segar yang ada di sekitar mereka, "Hhh... Di sini udaranya masih bersih ya," komentar Haechan.
"Iya. Yaudah yok langsung aja," kata Guanlin.
Mereka bertiga berjalan melewati jalan itu. Awalnya masih ada beberapa rumah di kiri dan kanan jalan. Tapi, semakin jauh mereka berjalan, jumlah rumah semakin berkurang, berganti dengan sawah-sawah.
"Ini yakin di sini?"
"Jangan-jangan kita malah disuruh jadi petani," kata Haechan.
Heejin mendecak, "Nggak lucu, chan,"
"Dih, gue nggak ngelucu kok,"
Heejin dan Guanlin merotasikan bola mata mereka bersamaan. Mereka terus berjalan di antara dua sawah luas yang menghimpit jalan sempit itu.
Sejak awal mereka berjalan di jalan itu, tidak jalan berbelok lain. Hanya lurus begitu saja.
15 menit kemudian, tampak di depan mereka sebuah gapura dengan pagar hitam yang sangat tinggi.
"Apaan nih?" tanya Guanlin.
TING!
Mereka bertiga secara bersamaan melihat ponsel mereka ketika ada notifikasi yang masuk.
Unknown Number:
Inilah tempat yang kami maksud. Masuk saja ke dalam dengan mengarahkan telapak tangan kalian ke arah pagar itu.Mereka bertiga saling pandang satu sama lain dan langsung berjalan ke arah pagar itu. Mereka mengarahkan telapak tangan mereka ke depan pagar.
Tiba-tiba saja pagar itu terbuka ke arah kiri dan kanan. Tanpa basa-basi mereka segera melewati pagar itu. Setelahnya mereka berada di balik pagar, pagar itu kembali menutup secara otomatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] ATTACK's Series: ATTACK ✔
Fiksi Penggemar[红] First Book of ATTACK's Series "This game is about survive or die. Never trust anyone." Berawal dari sebuah surat aneh yang membawa mereka ke dalam dunia virtual. Dan ingatlah bahwa semua ini tidak sesederhana yang mereka kira. Waktunya 1 minggu...