40

832 124 58
                                    

"Renjun!"

Karena teriakan Heejin yang cukup kencang, Haechan pun terbangun dari tidurnya. Dia tampak linglung sesaat. Tapi beberapa saat kemudian, Haechan terbangun dan berjalan mendekati Guanlin serta Heejin.

"Kenape neh?" tanya Haechan sambil meregangkan otot lengannya.

Baik Heejin maupun Guanlin tidak ada yang berniat untuk menjawab. Mereka terlalu fokus memperhatikan layar hologram di depan mereka. Tapi anehnya, layar yang seharusnya menampilkan gerak-gerik Renjun tampak gelap. Hal itu membuat Heejin khawatir.

"Kok gelap? Renjun nyungsep dimana sih?" komentar Haechan.

"Hush chan!" kata Guanlin sambil memukul perut Haechan.

Sementara dua lelaki itu saling pukul satu sama lain, Heejin hanya bisa menatap layar hologram yang terus menampilkan kegelapan. Dia mulai menggigiti kukunya panik.

Selama beberapa saat, layar hologram itu tidak mengalami perubahan. Heejin semakin panik ketika mendengar suara-suara aneh yang berasal dari dalam.

Tapi, kemudian fokusnya beralih pada layar hologram ketiga ketika ia merasakan adanya perubahan pada layar itu.

Heejin bisa bernapas lega ketika melihat gambar Renjun masih seperti semula. Tapi, kemudian napasnya kembali tercekat.

"J-Jeno," katanya pelan sambil menutup mulutnya tak percaya.

Dia dan Jeno memang baru saja saling mengenal satu sama lain. Tapi, mereka bisa dibilang cukup dekat. Jadi Heejin merasa rela-tidak rela atas kematian Jeno.

"Padahal Nakyung udah nyelamatin nyawa lo pas itu. Tapi, pada akhirnya lo tetep harus pergi," lirih Heejin.

Tentu saja dia merasa sedih atas kepergian Jeno. Karena dia teringat Nakyung yang waktu itu melindungi Jeno dari serangannya. Apakah ini berarti tindakan Nakyung sia-sia?

"Apa yang udah terjadi biarin terjadi jin. Itu takdir," kata Guanlin seakan bisa membaca pikiran Heejin.

Heejin mengangguk kecil menanggapi perkataan Guanlin.

"WEH NAPA TUH?!" teriak Haechan heboh sambil menunjuk ke layar hologram pertama.

Heejin dan Guanlin langsung mengalihkan pandangan mereka. Layar itu sekarang hanya menampilkan satu situasi di dalam The Concrete Circle.

"I-itu Soobin sama Renjun?" gumam Heejin.

Guanlin menatap layar itu lekat-lekat, "Keliatannya mereka bakal serang-serangan,"

Seketika Heejin kembali panik. Dia sendiri tahu, Soobin bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan. Tapi, dia juga berusaha yakin dengan kemampuan Renjun.

Heejin meraih tangan Guanlin dan melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan lelaki itu.

"30 menit lagi," pikir Heejin.

Dilepasnya tangan Guanlin dan ia kembali memperhatikan layar hologram yang masih menampilkan Renjun serta Soobin. Belum ada pergerakan, mereka hanya saling tatap satu sama lain. Seakan bisa berbicara lewat tatapan mata.

"Keliatannya lo emang siluman kucing," kata Soobin.

Renjun mengernyitkan dahinya, "Maksud lo?"

"Berkali-kali gue berusaha bunuh lo. Tapi, bahkan lo masih bisa berdiri tegak sampe detik ini,"

Renjun menatap Soobin dengan sinis, "Huh lo aja yang nggak pro,"

Rahang Soobin mengeras, "Apa lo bilang?"

"Sori, gue males ngulangin," kata Renjun dengan tenang.

[1] ATTACK's Series: ATTACK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang