38

607 122 19
                                    

"And the final game starts... Now,"

NGIIIIIIIIIIIIIINGGGG...

Setelah bel berbunyi, tabung hologram itu mulai terbuka. Setiap perwakilan mulai keluar secara perlahan.

Kesepuluh orang ditempatkan di titik yang berbeda. Mereka tidak boleh membawa barang-barang apapun, karena semua kebutuhan sudah ada di dalam The Concrete Circle. Bahkan senjata pun tak boleh karena di beberapa tempat sudah diletakkan beberapa senjata.

"Grup 5 sama 8 jaraknya deket banget," komentar Haechan ketika melihat koordinat perwakilan di layar hologram.

"XION MUNDUR WOY!"

Mereka langsung menoleh kearah grup 8 yang sudah heboh berteriak pada perwakilan mereka untuk putar balik. Tapi, tentu itu tidak ada gunanya. Perwakilan setiap grup tidak akan bisa berkomunikasi dengan anggota grup mereka yang lain. Tapi anggota grup bisa mendengar suara perwakilan mereka dari luar.

Sementara itu, perwakilan dari grup 5 dan 8 hanya berjarak sekitar 2 meter. Mereka belum bisa melihat keberadaan satu sama lain karena lebatnya pohon di dalam The Concrete Circle.

Beberapa saat kemudian, kedua perwakilan itu sudah bertemu dan saling tatap satu sama lain. Jeno sudah mengeluarkan cakarnya dan matanya kuning menyala. Sedangkan Xion mematahkan salah satu ranting pohon yang cukup besar dan mengarahkannya ke depan.

Seketika fokus semua grup terarah kepada dua orang itu. Tidak ada yang bicara. Dari grup 5 dan 8 bahkan terlalu gugup untuk bernapas.

"Ini masih terlalu awal," kata Jeno yang kemudian menetralkan kekuatannya dan berlari pergi menjauhi Xion.

Seketika grup 5 dan 8 bisa bernapas lega. Benar yang dikatakan Jeno, ini masih terlalu awal untuk saling bunuh.

Untuk beberapa jam setelahnya, belum ada kejadian menegangkan yang terjadi. Masing-masing perwakilan masih berusaha untuk mencari senjata dan menghindar satu sama lain.

"Bahkan si Choi Soobin blom ngapa-ngapain," kata Guanlin.

"Keliatannya mereka emang nggak bisa apa-apa kalo nggak ada senjata," ejek Haechan.

Guanlin dan Haechan lalu tertawa bersama. Sedangkan Heejin masih terus mengamati Renjun di layar hologram dengan cemas.

Dia bisa melihat leadernya itu tampak baik-baik saja. Tapi, ia tahu Renjun menyembunyikan semua ketakutan dan kegelisahannya sendirian. Rasanya Heejin ingin menangis ketika melihat wajah Renjun yang terus berusaha menampilkan ekspresi datar.

"Tuhan, tolong jaga dia,"

Terhitung sudah 10 jam berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terhitung sudah 10 jam berlalu. Belum ada yang gugur, walau sudah ada beberapa kejadian saling serang satu sama lain.

"Hoahmmm... Gue ngantuk," kata Haechan sambil menguap.

[1] ATTACK's Series: ATTACK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang