36

556 120 6
                                    

Song Recommendation:
"NCT Dream-Dear Dream"

(lagu kesukaan author nih, coba deh dengerin sambil tutup mata)










(baca ceritanya dulu baru tutup mata ya zheyeng :v)


Paginya, sekitar 1 jam sebelum match dimulai, bel berbunyi cukup kencang.

NGIIIIIIIIIIINGGGGG

"Lhah match udah dimulai?" kata Guanlin panik.

Tiba-tiba terdengar suara yang menggema ke seluruh kota.

"Every group please come to Central Park at 8 A.M."

NGIIIIIIIIIIIIINGGGGG

Mereka berlima saling tatap satu sama lain. Sebelumnya, mereka belum pernah diminta untuk berkumpul di Central Park pagi-pagi seperti ini.

"Yaudah kita siap-siap aja," kata Renjun.

"Mark! Tolong panasin mobil gue dulu dong," kata Guanlin sambil melempar kunci mobilnya pada Mark yang masih memakan roti.

Mark menangkap kunci mobil itu dan kembali melahap rotinya, "Bentar, ngabisin ini dulu,"

Beberapa saat kemudian, Mark sudah beranjak dari duduknya dan pergi keluar aula. Sedangkan yang lain masih bersiap-siap.

"Betewe, senjata yang di ruang rahasia akhirnya nggak kepake ya?" tanya Heejin.

Renjun mengangguk, "Iya juga. Ekspetasi kita agak beda sama realita,"

"Untung aja nggak kepake. Artinya markas kita nggak kenapa-napa kan?"

Renjun mengangguk. Kemudian ia menyandarkan kepalanya di tembok yang ada di belakangnya. Matanya menatap langit-langit aula.

"Besok hari terakhir ya?" katanya.

Heejin menatap Renjun lalu tersenyum tipis, "Iya. Akhirnya, gue nggak sabar balik ke dunia nyata,"

Renjun mengangguk, tapi kemudian senyuman hilang dari wajahnya. Ia teringat akan kematian Hyunjin dan Nakyung. Ia masih berpikir kalau penyebab utama kematian kedua temannya itu adalah dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya.

Dia teringat dengan suara-suara yang sempat memenuhi kepalanya di malam setelah kematian Hyunjin.

"Lo bukan leader yang baik,"

Matanya langsung terbuka lebar ketika mendengar suara itu kembali.

"Lo nggak bisa ngembaliin semua temen lo sampai hari terakhir,"

"Lo nggak pantes jadi leader,"

"Hyunjin mati karena lo,"

"P-pergi..." kata Renjun lirih.

"Lo masalah utamanya,"

Kepalanya terasa sangat pusing sekarang. Rasa takut kembali menghampirinya. Terakhir kali suara itu muncul, ia merasa sangat lemas hingga ia pingsan.

Keringat dingin mulai mengalir di pelipis Renjun. Ia menekan kepalanya sekuat tenaga.

"Mending lo mati aja,"

"AAAARGH! PERGI!"

Heejin seketika panik mendengar teriakan Renjun. Dia memegang pundak Renjun dan mengguncangkannya.

[1] ATTACK's Series: ATTACK ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang