Lean Group✅

46.6K 3.1K 26
                                    

Sesampainya dikantornya, Lea keluar dari mobilnya diikuti ketiga sahabatnya, Lea melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 Lea yakin kantornya masih ramai, karena jadwal pulang pegawainnya pukul 20.30.

"Ini kantor lo?" Takjub Cintya ketika melihat gedung bertingkat dengan nama Lean Group yang terpampang besar di gedung tersebut.

Lea tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Ini baru cabangnya, lo bakal lebih kaget kalo ngeliat kantor pusat yang ada di Amerika."

Cintya menatap Lea dengan puppy eyes nya, "Kapan-kapan kita kesana ya."

Lea mengiyakan saja ucapan Cintya dan melangkah memasuki kantornya diikuti ketiga sahabatnya, dengan Cintya yang melihat sekelilingnya dengan tatapan takjub, dan Ervina dengan santainya karena ia selama setahun ini sudah memimpin di perusahaan tersebut, sedangkan Bella berjalan dengan malas-malasan dengan wajah lesunya.

Semua pegawai kantor tersentak kaget, karena mereka tidak menyangka kehadiran pimpinan mereka.
Semua pegawai yang Lea lewati menunduk dengan senyuman yang ia lontarkan kepada Lea dan teman-temanya. Lea pun membalas senyuman mereka dengan senyuman tipis.

Hingga seorang OB tak sengaja menabrak Lea dan menumpahkan jus kebaju Lea.

"Aishh!! Apakah kau tidak punya mata?!!" Decak Lea dan menatap tajam OB tersebut.

OB tersebut menundukkan kepalanya takut, "maafkan aku nona, aku tidak sengaja," sesal OB tersebut.

Lea menatap OB tersebut tanpa rasa iba dan melempar beberapa lembar uang ratusan kepada OB tersebut. "Tinggalkan kantor ini sekarang juga dan jangan pernah kembali kesini," ucap Lea dengan nada dinginya.

"Nona tolong maafkan aku, aku sungguh tidak sengaja," mohon OB tersebut.

Lea berjalan meninggalkan OB tersebut menghiraukannya yang masih memohon kepada dirinya, Ervina menepuk bahu OB tersebut prihatin.

"Kau melakukan kesalahan di saat yang tidak tepat," ucap Ervina dan melangkah menyusul Lea meninggalkan OB tersebut yang menunduk dalam.

Seorang gadis yang Lea perkirakan berusia 25 tahun menatap Lea dengan tatapan tak suka dengan wajah datarnya. Lea tepat berhenti di hadapan gadis itu.
Teman gadis itu menyenggol bahu gadis tersebut.

"Jangan menatapnya seperti itu, kau harus tersenyum dan menunduk," perintah teman gadis tersebut.

Gadis itu masih menatap Lea dengan tatapan tak suka nya, Lea melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum sinis kearah gadis itu.

"Kenapa menatapku seperti itu? Apakah kau tidak menyukaiku?" Tanya Lea to the point.

"Siapa kau?  kenapa semua orang tunduk kepadamu?" Tanya gadis tersebut.

"Kau menanyakan siapa aku?" Tanya Lea sedikit berjalan maju mendekati gadis tersebut.

Teman gadis itu kembali menarik ujung kemeja gadis itu, "Cepatlah meminta maaf, atau tamatlah riwayatmu."

Lea menatap teman gadis tersebut dengan senyumnya, "Kembalilah bekerja! Kau tidak perlu ikut campur," perintah Lea, teman gadis tersebut menatap Lea  takut dan berjalan kikuk meninggalkan Lea dan temanya.

"Apakah kau anak dari pemilik perusahaan ini? Walaupun begitu kau tidak boleh bersifat sesukamu, ini perusahaan orang tuamu bukan perusahaan mu! Jadi kau tidak berhak berkuasa dan memecat siapa pun sesukamu!! Dasar bocah ingusan!!" Ucap gadis tersebut meremehkan Lea.

Semua pegawai kantor menatap Silvia dengan tatapan iba, nama gadis tersebut adalah Silvia Anarta, seorang pegawai baru yang masih berusia 25 tahun. Semua pegawai sudah tahu apa yang akan terjadi kepada gadis tersebut.

Lea tersenyum sinis dan berdecak kagum atau lebih tepatnya meremehkan gadis tersebut?

"Apakah aku terlihat seperti anak dari pemilik perusahaan ini?" Tanya Lea dengan senyum sinisnya.

"Tentu saja! Sudah jelas dari sifat songongmu! Aku sudah sering melihat anak pemilik perusahaan yang songong seperti mu!! Dasar bocah tak tahu diri!"
Lea kembali melangkah maju untuk mempersingkat jarak diantaranya dengan Silvia.

"Lantas bagaimana jika aku pemilik dari perusahaan ini? Apakah aku masih tidak berhak berkuasa?" Tanya Lea melemparkan kartu identitasnya.

Silvia kaget setelah melihat kartu identitas Lea dan menunduk takut dan juga malu.

"Maafkan aku! aku sungguh tidak tahu," sesal gadis tersebut sambil menatap Lea memohon. Lea tersenyum sinis dan melangkah meninggalkan gadis tersebut.

"Apakah kau tidak memecatku??" Tanya gadis itu heran melihat Lea yang meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Apakah kau inginku pecat?" Tanya Lea menoleh ke arah gadis itu.

Silvia dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak."

"Yaudah," ucap Lea kembali melangkah.

Silvia berlari kecil menyusul Lea, dan meraih tangan Lea. "Terima kasih, terima kasih banyak. maafkan aku, aku tidak akan mengulangi nya lagi."

Lea tersenyum dan menepuk bahu gadis tersebut dan kembali melangkah menuju ruangannya.

Seseorang menepuk bahu gadis tersebut, gadis yang bernama Silvia itu pun menoleh dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Kau selamat kali ini, untungnya dia tidak memecat mu!" Ucap teman Silvia yang tadi sudah memperingatinya.

"Aku sungguh tidak menyangka kalau dia pemilik perusahaan ini, umurnya begitu muda sehingga aku mengira dia hanya anak songong dari pemilik perusahaan ini."

"Dia memang orang yang hebat, dia adalah gadis yang pintar dengan beribu-ribu ide cemerlang yang mampu membuat perusahaan ini semakin maju."

Lea tersenyum mendengar perbincangan dua orang tersebut, meskipun ia sudah lumayan jauh dari kedua gadis itu tapi Lea tetap bisa mendengar perbincangan kedua gadis tersebut karena alat pendengar canggih yang ia ciptakan. Alat tersebut dapat menangkap suara sekecil dan sejauh apa pun, biasanya alat tersebut sangat membantu ketika Lea menjalankan misinya.

"Heran gue sama lo, OB yang salah dikit aja langsung dipecat, sedangkan pegawai barusan yang benar-benar nantangin lo malah lo biarin," ucap Bella.

Lea tersenyum menanggapi ucapan Bella barusan. "Dia punya potensi besar buat majuin perusahaan, dan ob yang tadi sering nyuri barang di kantor."

"Pantesan," gumam Ervina.

Lea membuka sebuah pintu ruangan yang dari luar nya saja sudah terlihat elegan, Cintya kembali berdecak kagum ketika memasuki ruangan tersebut.

"Lo benar-benar hebat," gumam Cintya tanpa sadar.

"Gue emang hebat, dan gue sadar itu," ucap Lea dan menepuk bahu Cintya.

Cintya yang baru saja menyadari ucapannya pun tersentak kaget dan merutuki ucapannya barusan.

"Mulai deh songongnya," dengus Bella yang menghempaskan tubuhnya ke sofa besar nan empuk yang ada di ruangan Lea.

---------------------------------
(Sudah di Revisi)

I'm A Bad Girl [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang