Jalan bareng

44.5K 3.2K 60
                                    

Hai hai!! Makasih buat yang udah suka sama cerita gue, semoga kalian tetap suka dan dukung gue dengan vote dan komen, sekian terimakasih:')

Lea pun menatap pintu yang ada dihadapanya dengan malas, ia sangat malas untuk kembali ke rumah orang tuanya, Lea pun membuka pintu dan melihat keadaan rumah yang sepi, Lea pun menghela napas lega dan berjalan gontai menuju kamarnya yang ada dilantai dua.

"Habis dari mana kamu?" Sebuah suara pun menghentikan langkah Lea yang sedang menaiki tangga, Lea pun membalikkan badannya menghadap Katryn, mama nya.

"Bukan urusan mama!" Ketus Lea. 

"Dasar jalang ga tau diri!"

"mama ngatain Lea jalang? Terus mama apa dong? Ibunya jalang?" Sindir Lea menyunggingkan senyum sinisnya.

"Dasar anak gapunya sopan santun!" Bentak Katryn.

"Gimana bisa sopan, orang tuanya aja gapernah ngajarin," sindir Lea lagi membuat Katryn menggeram kesal karena Lea selalu saja membalas perkataanya.

"Kenapa? Gasuka?" Tantang Lea dengan senyum sinisnya, kembali membuat Katryn menggeram kesal.

"Dasar anak gatau diri! Harusnya kamu mati dari dulu!"

Lea pun menggedikan bahunya acuh, "Kalau bisa milih, Lea juga gamau hidup," balas gadis itu dan berlalu meninggalkan Katryn.

Lea pun memasuki kamarnya merebahkan tubuhnya keatas kasur berusaha menenggelamkan segala rasa sakit yang ada dihatinya.

Drrrttt...

Ponsel Lea pun bergetar, Lea pun meraih ponselnya dan melihat nama Aldi yang terpampang dilayar ponselnya, Lea pun membuang napas kasar, dan membuang ponselnya ke sembarang arah, tapi lagi dan lagi ponselnya bergetar membuta Lea menggerutu kesal.

Lea pun membuka pesan dari Aldi atau lebih tepatnya Alex, Lea pun mengernyitkan dahi nya melihat isi pesan dari Alex.

Aldi

Lo punya hutang cerita sama gue!

Hutang apaan? Gue gprnh ada urusan sm Lo!

Beberapa menit kemudia ponsel Lea pun kembali bergetar, tapi kali ini telfon bukan pesan, Lea pun dengan malas mengangkat telfonnya.

"Gue Gaada urusan sama Lo, jadi jangan ganggu gue lagi!" Ucap Lea dan setelahnya mematikan telfonya tanpa menunggu jawaban dari sebrang sana.

Ponsel Lea lagi dan lagi bergetar namun Lea mengabaikannya, namun bukan Alex namanya jika ia berhenti begitu saja, Lea yang muak pun kembali mengangkat telfonya.

"Apa lagi?!" Kesal Lea. Suara kekehan pun terdengar dari sebrang sana membuat Lea lagi dan lagi mengernyitkan dahi nya heran.

"Lo benci ya sama gue? Padahal gue sayang sama Lo," ujar Alex dari sebrang sana.

Deggg..

Lea pun memegang dadanya, ia tidak terlalu bodoh untuk tidak mengetahui kenapa detak jantungnya menjadi cepat, tidak! Ia tidak boleh jatuh kedalam gombalan Alex! Ia tidak boleh lemah!

"Iya! Gue benci sama Lo! Jdi Lo jangan gangguin hidup gue!"

"Tapi gue sayang sama Lo, dan sampai kapan pun gue akan tetap berusaha buat dapetin Lo."

Sial! Setiap perkataan Alex membuta Lea berhenti bernapas, Lea pun berusaha menetralkan detak jantungnya, "Sorry, but i hate you!"

Lea pun mematikan sambungan telfonya dan mematikan ponselnya, Lea pun memejamkan matanya berusaha menghilangkan semua yang ada dipikirannya.

Lea pun berjalan menuju meja belajarnya dan membuka slaah satu laci nya, ia pun mengeluarkan sebuah gantungan kunci Doraemon dan mengukir senyum diwajahnya, ia ingin kembali bertemu dengan orang yang memberikanya gantungan Doraemon tersebut.

Lea pun mengenggam erat gantungan tersebut dan menelungkup kan wajahnya diatas meja, perlahan-lahan mata Lea pun terasa berat dan ia pun tertidur dalam posisi duduk.

Keesokan harinya Lea pun terbangun masih dalam posisi yang sama membuat seluruh tubuhnya terasa sakit karena posisi tidur yang tidak baik. Lea pun mendengus kesal karena mimpinya yang terganggu, jika bisa memilih ia lebih memilih bermimpi setiap saat dari pada harus melewati hari-harinya yang abu-abu, suram tanpa warna.

Gadis itu pun berjalan menuju toilet dan membersihkan tubuhnya setelah itu ia memakai seragam sekolah lengkap dengan penampilan cupu nya.

Lea pun berjalan menuruni tangga melihat keluarganya yang sedang berkumpul dimeja makan, baru saja ia hendak bergabung namun keluarganya kompak berdiri dan sibuk dengan urusan masing-masing, Lea pun tersenyum tipis, apakah dirinya bagaikan kuman?

Lea pun berlalu keluar rumah dan berangkat kesekolah dengan perasaan kesal. Sampai kapan keluarganya akan memperlakukannya seperti itu? Apakah semuanya akan berubah setelah ia tiada?

Gadis itu berjalan menyusuri gang rumahnya karena tidak ada kendaraan umum yang melintas di daerah tersebut.

Tin..Tiiinnnn...

Bunyi klakson motor pun membuat Lea tergelonjak kaget dan menyumpah serapahi orang yang melakukannya.

"Alex?" Gumam Lea kaget setelah pengendara motor tersebut membuka helm nya.

Alex pun nyengir, "maaf bikin kaget."

Lea pun lagi dan lagi mendengus kesal dan melanjutkan jalanya mengabaikan Alex, "Lea!" Panggil Alex.

Lea pun terus berjalan mengabaikan panggilan yang ada dibelakangnya, "Lea!" Alex pun kembali meneriaki namanya.

Sekarang motor yang dikendarai Alex pun menghalangi jalan gadis itu membuat gadis itu menatap tajam sang pemilik motor.

"Minggir! Gue hampir telat!"

"Bareng gue aja biar gatelat," tawar Alex.

"Gue gamau bareng sama orang yang ga gue kenal!"

Alex pun menaikan satu alisnya, "Lo gakenal gue?" Tanya Alex menautkan kedua alisnya.

"Ga!" Ketus Lea.

Alex pun menyunggingkan senyumnya, "yaudah berangkat bareng gue aja biar kita bisa kenalan."

Lea pun memutar bola matanya malas menghadapi kuman yang ada dihadapanya, bagi Lea, Alex tidak lebih dari kuman kecil penganggu.

"Ga, makasih! gue Masi punya kaki, jadi gue Masi bisa jalan," ujar Lea dan kembali berjalan meninggalkan Alex.

"Emang Lo gacape jalan kaki?" Tanya Alex masih mengikuti Lea dengan memelankan sepeda motornya.

"Gue udah biasa, dan gue bukan anak mami, dikit-dikit cape!" Ketus Lea.

Alex pun memarkirkan motornya dan berjalan beriringan dengan Lea, "yaudah kalau gitu gue jalan bareng Lo aja."

Lea pun menaikan satu alisnya, "Lo kan bawa motor."

"Gue bisa minta teman gue buat ambil, lagian kaki diciptain buat jalan jadi gue mesti manfaatin selagi masih punya," jelas Alex membuat lea mendelik kesal.

Lea pun mempercepat jalanya berusaha menghindari Alex, "Jalan Lo kenapa cepat-cepat gitu?" Tanya Alex.

"Jaga jarak lima meter dari gue!"

Bukanya menjauh Alex malah semakin mendekat ke Lea membuat Lea menatapnya tajam, "Kaki gue jalan sendiri, jadi bukan salah gue dong," ujar Alex membela diri dengan alasan yang tidak logis membuat Lea kembali mendengkus kesal.

I'm A Bad Girl [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang