O6. KEHEBATAN KATA-KATA

1K 119 15
                                    

Kata-kata dapat mengubah
pola pikir dan jawaban seseorang.

***

Pelangi menatap Semesta serius dengan tangan yang bersedekap menanti kejelasan. Waktu yang mengelilingi mereka semakin kilat. Sedangkan cowok itu hanya bisa mengalihkan pandangan mencari jawaban atas pernyataannya sendiri.

"Kita udah lima belas menit di sini." Pelangi menghela nafas berat. "Gue butuh jawaban bukan kebisuan."

"Santai aja kali." Semesta memberanikan diri menatap iris mata indah dihadapannya.

"Santai? Dia kira hati gue apa sampai diginiin. Dia kira cewek kalo diperlakuin gini nggak baper?" batin Pelangi kesal.

Pelangi mengalihkan tatapan matanya mengamati tiap sudut taman sekolah yang mereka tapakan. Sunyi. Diam-diam cewek itu merinding sesaat.

"Lo nggak bisa jawab kan?" ucap Pelangi sinis. "Gue duluan."

Tanpa secercah keraguan kakinya melangkah melewati Semesta yang berdiri membisu.

"Gue emang nggak bisa jawab sekarang." Semesta menoleh ke arah Pelangi yang belum jauh darinya, tanpa niat menghentikan langkah mungil sosok itu, "tapi gue yakin, lo bakal tau jawaban itu suatu saat."

Cewek itu mematung ditempat. Mencari kebenaran yang terselip dalam kata tanpa menatap sang penyuara. Akan tetapi ia langsung kembali menapai rumput tanpa jejak. Menyimpan segala rasa peduli.

***

Pelangi melintas pintu ruang eskul dengan perasaan yang campur aduk. Matanya tak berkedip meski diinginkan. Rasanya tak tahu lagi apa yang diinginkan.

"Tumben lo telat?"

Cewek itu segera menoleh pada suara yang sangat ia kenali. Delano. Kakak kelas yang memiliki satu jurusan dengan Pelangi.

"Tadi ada urusan sedikit sama kakak kelas gedung sebelah." Pelangi menarik paksa kedua sudut bibir memunculkan deretan gigi rapinya. "Tapi pembimbingnya belum keliatan kan?"

"Belum sama sekali," ucap Delano.

"Berarti aku nggak telat, kak." Pelangi terkekeh kecil dengan alasannya sendiri. "Lebih baik kita duduk. Capek nih, berdiri terus."

"Oke, cantik." Delano mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum manis.

Cewek itu sedikit mengulas senyum manisnya yang membuat siapapun iri dengannya. Perasaannya mulai membaik tanpa sadar sesuatu yang terlewati.

Menit demi menit melintas dengan kilat. Mata bulatnya hanya fokus pada penjelasan yang harus mereka lakukan. Namun denting ponsel miliknya dan sebuah pesan singkat menyadarkannya.

Papa : kamu dimana?

Panik. Perasaan gelisah itu menyebar luas dengan hitungan detik. Fokusnya telah terpecah menjadi berkeping-keping. Entah berantah terpecah ke mana saja. Otaknya terus meroda tiada henti mencari alasan yang dapat dimengerti lewat logika.

Pelangi : Pela ada urusan sebentar, Pa. Papa di mana?

Untuk membalas pesan singkat Wika, Pelangi butuh puluhan detik untuk mengukir tiap kata dari jutaan banyaknya. Namun Wika hanya membutuhkan beberapa detik untuk membalas tanpa berpikir.

Papa : Depan sekolah.

"Gawat!" Tanpa sadar mulut Pelangi mengucapkan kata-kata yang tak seharusnya diungkapkan. Sekarang seluruh pemilik mata yang berada di bawah atap yang sama menatap Pelangi heran.

"Apa yang gawat, Pelangi?" tanya guru pembimbingnya.

"Papa saya sedang ada di Indonesia dan beliau menunggu saya di depan sekolah dari jam pulang sekolah," jelas Pelangi yang sedikit dibumbukan olehnya. "Saya boleh pulang sekarang, Bu?"

"Kamu bisa minta izin beliau kalau begitu."

Pelangi mendesah pelan dan mendekati gurunya itu. "Saya mohon Bu, Papa tidak lama berada di Indonesia."

"Baiklah, kamu boleh pergi. Awas kalau kamu ketahuan bohong, ya!"

"Terima kasih."

Pelangi secepat kilat mengambil tasnya dan berpamitan pada gurunya. Tanpa peduli akan terjatuh, cewek itu belari secepat cahaya menuju depan sekolahnya. Terlalu bahaya untuknya jika telat sedikit pun.

Matanya langsung menangkap mobil papanya saat jaraknya hampir mendekati gerbang sekolah. Dengan bermandi peluh dan kaki yang kesakitan, Pelangi tetap berlari menuju papanya.

Jemarinya lemah gemulai membuka pintu mobil. Tanpa menunggu ia mendaratkan diri dibangku mobil.

"Dari mana kamu?" tanya Wika mengintrogasi.

"Tadi Pela minta ajarin Bahasa Inggris sama ketua eskul English Club. Tapi waktu kami mau mulai belajarnya, Pela sama Kak Yunis diganggu sama teman seangkatannya juga," ucap Pelangi dengan nada yang putus-putus akibat lelah berlari.

"Tarik nafas dulu."

Cewek itu mengikuti perintah Wika. Mengontrol nafas dan suara yang akan keluar sesaat lagi. Nafasnya yang mulai membaik membuatnya melanjutkan perkataan terputusnya.

"Gara-gara itu Pela lama banget keluarnya. Pela ada urusan dulu minta kejelasan sama orang yang gangguin kami. Tapi orang itu masih bungkam."

"Benar?"

Pelangi menatap Wika dengan beribu pertanyaan yang menari diotaknya. "Papa nggak percaya?"

***

Pelangi memejamkan matanya dengan beribu-ribu pertanyaan yang menumpuk dalam gudang memorinya. Nafasnya teratur seperti orang tidur, namun faktanya ia masih tersadar.

"Apa Papa tahu kalau gue bohong?"

"Tapi kejadian itu memang benar-benar terjadi kan?"

"Nggak mungkin Papa sadar!"

Cewek itu terus menerus bergulat dengan pikirannya dengan mata terpejam. Hingga tanpa sadar beberapa menit setelahnya ia benar-benar kehilangan kesadaran sepenuhnya.

***

A/N

Halo, aku kembali hehe.

Gimana dengan part ini?

Aku berharap kalian suka part ini dan bersedia vote dan comment.

Tadi aku sempat lupa kalau hari ini jadwal aku update. Untung ada kalender dan alarm yang mengingatkanku huhu.

Sampai jumpa minggu depan, semoga hari kalian menyenangkan <3

Salam manis,

Marsyaulya
(Pacar sah Hwang Hyunjin)

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang