21. KECEWA

761 80 0
                                    

Rasa berbalut kata, mencari pasti yang
tak menentu jawab.

***

Maniknya bolak-balik memperhatikan orang-orang yang terus hadir dan angkat kaki dari tempatnya berada menanti kehadiran senior laki-lakinya. Bumantara murung tak ragu mengumpulkan mega empuk di sekelilingnya membuat timbul harap-harap cemas dalam benak Pelangi.

"Jangan bilang nanti tiba-tiba batal," batin Pelangi menduga-duga.

Jemarinya cekat merogoh kantong seragam putihnya, mengambil ponsel. Gadis itu mencari kontak seseorang yang sedang dinantinya dengan cepat membaca sederet kontak di dalam benda kotak tipis elektroniknya.

Ekhem!

Deheman yang tiba-tiba muncul tepat berada di samping membuat ponsel pintarnya hampir loncat dan terjun bebas dari tangan Pelangi. Ia mendesah berat meneteralkan rasa terkejutnya sebelum akhirnya menoleh melihat sang pelaku yang sudah tertebak.

"Gue nggak hilang," ucapnya tiba-tiba.

Pelangi tersenyum kaku, "Bukan gitu maksudku."

Gadis itu mengekor sosok laki-laki yang lebih tua darinya di depannya. Tatapan mata orang itu tampak berbeda membuat rasa ragu-ragu terselip dalam kata yang akan terungkap.

"Aku pikir kakak udah pulang dan lupa," tambah Pelangi menyakinkan.

"Kalau bisa, gue lebih baik lupa," jawab Bintang.

Pelangi melotot seraya berusaha menatap ekspresi yang timbul pada wajah laki-laki itu, "Kenapa?"

"Nggak papa."

"Kakak jadi kayak cewek yang suka bilang 'nggak papa' kalau lagi ngambek," ungkap gadis itu, "Jangan-jangan, Kakak, beneran lagi ngambek!"

"Lo tanya atau ngomong?" Bintang naik ke atas sepeda motornya gagah, lalu memakai penutup kepala dengan cepat.

"Nebak."

"Sori, gue cuma bawa helm satu."

Pelangi terbahak pelan, "Kak Bintang ngomong gitu seakan tadi pagi kita nggak bareng."

Bintang menarik kedua sudut bibirnya manis. Tangannya terulur pada adik kelasnya, membuat gadis itu menyentuh tangan besar hangat milik laki-laki yang usianya tak jauh beda untuk bisa mendarat mulus di atas motor.

Pelangi tahu benar bahwa ia bisa saja memegang pundak atau mencari cara lain untuk naik, tanpa dibantu. Akan tetapi ia tidak enak untuk menolah permintaan bisu itu. Sudah ditolong malah kurang sopan, sangat terlihat tidak enak bukan.

***

Tak ada yang terjadi disepanjang perjalanan. Dengan Bintangㅡdengan baiknya mau menerima permohonan adik kelas manisㅡyang sibuk berpusat pada perjalanan dan Pelangi yang berputar dalam pikirannya mencari celah kata untuk mengungkapkan sesuatu.

"Kenapa jadi canggung?" batin Pelangi bingung.

Ia kembali memperhatikan jalan yang dilalui mereka berdua. Mencoba mengingat tiap inci ke arah lintas.

"Kenapa jadi diam-diaman?" Bintang membatin seraya melirik kehadiran Pelangi di belakangnya berharap tak ada yang terjadi.

***

Bintang menepikan motornya di depan rumah yang terbilang cukup besar. Laki-laki itu memanggil Pelangi dengan mata yang berfokus pada cermin motor untuk melihat adik kelasnya yang berada di belakangnya. Gadis itu tersentak kaget dan langsung turun tanpa diperintah.

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang