22. SEMESTA

758 78 2
                                    


Rasa mampu pupus oleh kata, dalam kurun waktu yang lama itu adalah fakta. Tapi dalam hitungan detik, itu tidak bisa.

***

Welcome to mobile legends.

Five seconds for the enemy reaches the battle field, smash them!

All troops deployed.

Tangannya berselancar kilat menekan berbagai tombol dan mengarahkan hero yang ia gunakan. Mencoba menulikan telinga atas percakapan mamanya dengan Pelangi dan Bintang.

First blood.

"Yes!" Semesta memekik pelan, menambah kecepatan jarinya untuk farming agar bisa membeli sesuatu yang membuat pemainnya lebih kuat dan membunuh lebih cepat. Setidaknya kalau nanti tidak bisa dapat kill, ia bisa dapat assist berkat membantu teman setimnya.

Tok ... tok ... tok!

"Seta," panggil Rara, mama Semesta.

"Masuk aja, Ma. Nggak dikunci," jawab Semesta yang masih berpusat pada permainan.

Decitan pintu terbuka membuat remaja laki-laki itu tahu wanita kesayangannya telah masuk dan mendekat ke arahnya. Ia sama sekali tak berpaling dari handphone untuk sekedar melirik bahkan menatap orang itu.

"Berhenti dulu mainnya."

"Sebentar, Ma," tolaknya.

Killing spree.

"Semesta, ini penting. Berhenti sebentar, nanti lanjut lagi."

You have slain an enemy.

You has been slained.

"Gue kena karma kali ya?" batin Semesta seraya menegagakkan kepalanya menatap Rara.

"Sejak kapan kamu kenal sama cewek itu? Seberapa dekat kamu sama dia? Apa hubungan kamu sama dia?" tanya wanita paruh baya itu berturut-turut.

"Sebentar, Ma. Satu-satu," pinta Semesta bingung. "Maksudnya Pelangi?"

"Iya."

"Dia adik kelas Seta dari SMP sampai sekarang. Bisa dibilang mungkin dekat banget. Seta belum berani nembak dia, jadi nggak punya hubungan apapun," jawab laki-laki itu panjang. "Tumben Mama tanya, biasanya Seta bawa pacar ke rumah biasa aja. Kenapa?"

"Jangan pacaran sama dia," ucap mamanya memperingati.

Semesta semakin menatap bingung ke arah Rara. Ia tidak tahu bagaimana mamanya bisa setidak suka itu pada adik kelas yang sudah mencantol dihatinya. Emosinya memuncak, namun masih bisa ia kendalikan.

"Kenapa?" tanyanya datar.

"Karena dia ...."

***

Laki-laki itu memijat dahinya pelan. Kata-kata yang diungkapkan mamanya kemarin terlalu tiba-tiba untuk diterima oleh nalar. Dengan pernyataan kemarin, membuatnya semakin bimbang untuk berangkat ke sekolah atau tidak. Karena jika ia pergi, sudah dipastikan akan bertemu orang itu.

Hatinya terlalu bingung untuk mengekspresikan berbagai macam perasaannya. Semesta menghembuskan nafas berat dan berakhir memutuskan untuk muncul kembali ke halaman sekolah.

"Ma, Seta berangkat," izin Semesta seraya mencium punggung tangan halus mamanya.

"Mama antar ya?" Semesta menatap mamanya dengan perasaan yang campur aduk. Ia tahu tujuan dari permintaan itu, rasa pedih membekas dalam saat memori kenyataan menghantam kehidupannya.

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang