1O. MASALAH

920 97 8
                                    

Kamu adalah masalah. Mampu memanipulasi otakku untuk terus memikirkanmu.

***

Gadis remaja itu menatap meja tanpa menutupkan kelopak matanya seperkian detik. Ia terlalu sibuk dengan kekesalannya yang berkaitan dengan kakak kelasnya itu. Semesta seakan menjadi bencana bagi ketenangan hidupnya. Kakak kelasnya itu memiliki cara yang berbeda untuk menembus dinding memorinya.

Pelangi sampai tidak sadar bahwa ia sekarang bukan berada ditempat di mana ia sedang sendiri. Sejenak ia melupakan kehadiran Aileen dan berkutik dengan pikirannya.

"La, lo kenapa ngelamun?" tanya Aileen tiba-tiba yang membuat lamunan Pelangi seketika terpecah. "Ada masalah?"

"Nggak kok," jawab Pelangi seraya menarik tipis sudut bibirnya.

"Lo beneran nggak papa kerja kelompok sekarang?" tanya Aileen memastikan. "Lo lagi sakit 'kan? Mukanya aja masih pucat gitu."

"Nggak papa, Len. Ini udah lumayan mendingan. Lagi pula sayang kalau ditunda lagi, kak Amora juga belum tentu sempat ketemu kita buat wawancara," jelas Pelangi dengan lancar.

"Iya udah. Omong-omong Kak Amora kenapa belum dateng ya?"

Pelangi membalas, "Dia masih ke di jalan ke sini sepertinya."

Amora yang menjadi bahan pembicaraan pun datang tepat pada saat itu juga. Senyum ramahnya memancar kepada kedua gadis yang sudah menantinya dengan waktu yang tidak bisa dianggap sebentar.

"Hai, sori gue telat," ucap Amora tulus.

"Nggak papa, kita tau kalau kakak sibuk," jawab Pelangi.

"Kita malah udah bersyukur kakak bisa datang bantu kami," sambung Aileen.

"Kalian baik banget," balas Amora dengan lengkungan indah sudut bibirnya. "Mulai?"

"Iya," jawab Pelangi dan Aileen kompak.

Mereka mulai untuk mewawancarai Amora selaku kakak kelasnya yang masuk dalam jajaran anak yang selalu masuk paralel berkaitan dengan ramuan-ramuan yang dibuatnya sebagai tugas kelompok Pelangi dan Aileen.

***

Gadis bermata bulat itu langsung merebahkan dirinya di kasur kamarnya dengan hembusan nafas lelah yang menyertainya. Pikirannya terlalu lelah untuk hari ini. Seketika ia teringat dengan kedua kakak kelasnya itu.

"Bener 'kan?" tanya Semesta curiga.

Pelangi seketika melepas tangan Bintang dari bahunya dan mendekati Semesta dengan langkah lemas. Matanya menatap tajam kakak kelasnya itu penuh kekesalan. Tangannya terangkat dengan telunjuk yang mengarah pada laki-laki di depannya itu.

"Lo ... sadar diri 'kan?"

Pelangi langsung berusaha keluar setelah menanyakan pertanyaan yang mungkin akan menyakitkan pendengarnya. Akan tetapi keberadaan Semesta di dekat pintu membuatnya sangat mudah untuk memblokir akses keluar UKS dengan tangannya.

"Apa salah gue?" Semesta menatap dalam mata Pelangi yang sama sekali tak ingin melihatnya.

"Gue ternyata salah, lo emang nggak akan pernah sadar atas kesalahan yang lo lakukan."

Setelah mengucapkan kata-kata menusuk hati itu, Pelangi merendahkan tubuhnya agar bisa melewati tangan Semesta dan berhasil keluar dari ruang menyesakkan itu tanpa halangan dari laki-laki itu lagi. Ia mengalah untuk membiarkan gadis itu pergi tanpa sepatah penjelasan yang ingin diketahuinya.

"Cowok itu emang nggak pernah sadar kesalahannya ya?" tanya Pelangi lirih.

Gadis itu mulai menyuarakan berbagai rupa opininya tentang seluruh laki-laki, hanya karena satu yang mewakilinya. Ia terus menyuarakan kekesalannya pada tembok.

Memori Pelangi kembali memutarkan kejadian demi kejadian di mana Semesta mengancurkan hubungan yang mulai menghangat antara ia dengan ayahnya. Hubungan es itu kembali tercipta, dindingnya berdiri tegak membatasi keluarga itu.

Bulir-bulir air matanya muncul membuat pipi halusnya lembab seketika. Ia bingung dengan alasan dikekang akan cita-citanya mamanya yang menjadikannya model. Pelangi ingin di mana pun mamanya berada, beliau melihat impiannya tercapai dan membuatnya bahagia. Keyakinan akan mamanya yang masih hidup melekat erat dihatinya.

Pikirannya mulai mengulang pada masa masa sebelumnya. Di mana ia hidup sendiri bagai tak punya keluarga. Bahkan sampai sekarang yang terlihat akan mendatangkan kebaikan malah berbalik berbanding jauh. Diantara banyaknya impian, model adalah yang utama bagi Pelangi. Namun hal itu yang sangat dilarang.

"Kenapa?" tanya Pelangi seraya memiringkan kepalanya. Gadis itu terdiam sejenak memikirkan berbagai kemungkinan. "kalau begini satu-satunya untuk tau jawabannya hanya kejujuran Papa."

"Tapi ... bagaimana?"

"Ini semua gara-gara Seta."

"Dasar setan!"

"Kenapa dia harus muncul di hidup gue lagi?"

"Pergi jauh-jauh aja bagus itu. Nggak usah muncul dalam hidup gue lagi juga nggak papa."

"Dasar tembok! Lagi dicurhatin malah diam aja."

***

A/N

Haloo, maaf banget aku up telat. Gimana part kali ini? Bisa mengobati kerinduan kalian?

Jangan lupa vote, comment, dan kasih tau teman-teman kalian untuk baca cerita ini ehe.

Sampai jumpa minggu depan♡-!

Salam manis

Marsyaulya
(Pacar sah Hwang Hyunjin)

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang