19. ALBUM LAMA

732 79 0
                                    


Kejujuran dari pihak lain jauh terasa menyakitkan dari lisan penyembunyi.

***

"Anak Papa cantik sekali, mau ke mana?" tanya Wika lembut seraya mengelus puncak rambut anaknya.

Gadis kecil itu tersenyum manis. Berusaha berbicara pada sang papa dengan bahasa tubuh yang telah diajarkan padanya. Dengan gerakan yang putus-putus dan sedikit banyak berpikir, ia akhirnya menyelesaikan kalimatnya dengan benar.

"Kamu antusias sekali untuk lomba modeling," jawab Wika dengan pelan bersama gerakan tangannya meskipun anaknya sudah pasangkan alat pendengar yang dibalas anggukan semangat oleh gadis itu, "Kela pasti bisa menang."

"Mas," panggil istrinya, "belum berangkat?"

"Mas mau anterin kamu sama Kela sekalian," jawab Wika dengan senyumannya yang dibalas oleh istrinya. "Ayo."

***

Pelangi menghentikan dirinya untuk membaca lebih lanjut dan menatap seseorang yang disebut kakaknya dengan tercengang. Mulutnya membuka tutup ingin berbicara tapi suaranya tak kunjung keluar. Sampai Kela sendiri kebingungan.

"Kau ... boleh ikut pemotretan?"

Kakaknya tersenyum tipis dengan raut wajah tak terbaca. Mengambil alih buku miliknya yang berada ditangan sang adik. Menggoreskan tinta di atas kertas kosong di dalamnya dan menunjukkannya pada Pelangi.

Boleh, tapi tidak pernah ingin melakukannya lagi sejak hari itu.

Gadis itu mengerutkan dahinya lalu tertawa miris. Suasana hatinya perlahan mulai menurun. Tangan mungil itu berusaha memijat kepalanya yang tertunduk.

"Bagaimana bisa hadiah sangat besar itu tidak mau kau lakukan lagi?" tanya Pelangi dengan nada berat, "kalau begitu bertukarlah tempat denganku."

Salah satu alis kakaknya terangkat. Rasa kesal dan heran bercampur aduk berantakan. Dengan penuh penekanan dan cepat ia menuliskan kalimatnya lagi. Lantas mengetuk kepala adiknya dengan bolpoin yang digunakannya. Membuat Pelangi langsung menatap posisi Kela yang lebih tinggi darinya.

Jika bisa, aku ingin bertukar denganmu. Kamu bisa berbicara, bisa berjalan tanpa kursi roda, bebas berkomunikasi dengan siapapun, dan takdirmu lebih baik dariku.

Gadis itu melirik Kela dengan sedikit sebal yang menganggap takdir yang dialami selama ini adalah baik. Tidak ada yang baik selama hidup sendiri penuh kemandirian, kesepian, dan tanpa kehangatan keluarga.

Pelangi membatin, "Bahkan aku sudah lupa kedekatan dengan ayah dan rupa mama."

Tangan lembut Kela tiba-tiba jatuh dipundak Pelangi. Mereka bertatapan tanpa arti, saling menyimpan kesedihan hati. Perasaan itu terlalu berat untuk mengingat masa lalu kelam.

"Takdirku tidak baik," ucap Pelangi datar seraya mengambil ancang-ancang untuk berdiriㅡmenjauh dari lantai. Tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu tak berguna membaca cerita kakaknya. Ia menyingkirkan tangan Kela dengan kasar.

Gadis itu baru saja akan keluar pintu tapi langsung dipanggil lagi oleh Kela dengan suara tak jelas yang mau tidak mau membuatnya menoleh. Matanya langsung tertuju pada tulisan disebuah buku dengan penulisan yang besar membuatnya mudah untuk dibaca.

Pela, tidak ingin melanjutkan membaca kisahku lebih jauh?

***

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang