EPILOG

1.7K 100 15
                                    

Definisi bahagia itu tentang bagaimana kamu menyikapi dan menerimanya. Tidak harus mewah dengan uang melimpah.

***

Siswa-siswi berhilir melintasi Pelangi yang terdiam bisu dengan degup jantung yang berantakan. Kedua tangan gadis itu meremas rok sekolah. Bibir bawahnya digigit-gigit kecil nan pelan, menandakan kecemasannya.

Setelah sekian lama dengan kenangan tersisa yang mulai memudar. Untuk kedua kalinya dalam hidup remajanya, ia akan kembali bertemu dengan seseorang yang amat ia rindukan dan diharapkan kehadirannya.

Disisi lain, Pelangi harus menelan kekecewaan karena setelah mengenal Semesta dari SMP, ia baru mengetahui sebuah fakta bahwa laki-laki itu adalah kakaknya. Bukan hanya sekedar kakak kelas biasa.

"Gue harus ngomong apa nanti? 'Ma, Pela kangen' tapi jijik. 'Apa kabar, Ma?' jadi aneh kesannya ...." batin Pelangi.

"Ngapain lo ngelamun? Nanti kesambet baru tau rasa."

"Hah?" Pelangi menoleh kaget menatap Semesta dengan pandangan bingung karena tidak mendengar keseluruhan perkataan orang itu.

"Nggak," jawab Semesta datar.

"Apa tadi?" tanya gadis itu sedikit memaksa.

"Kepo." Semesta menyentil pelipis siswi dihadapannya. Tidak memberikan kesempatan untuk mengeluh, laki-laki itu langsung menarik tangan Pelangi. "Ayo, mama udah nunggu. Debatnya pending dulu buat nanti selesai ketemuan."

"Apa sih, Ta," ucap Pelangi seraya terkekeh pelan tanpa alasan.

***

Pelangi menyandarkan kepalanya dipunggung kakak laki-lakinya. Menikmati perjalanan yang dipenuhi gedung-gedung berdiri tegak dengan kokohnya bersama sang bayu yang menyapu lembut kulit mereka.

Diam-diam detak jantung Semesta menjadi tak normal berada di dekat gadis yang secara tersirat disukai olehnya. Entah harus merasa senang atau pilu akibat reaksi jantung dan takdir yang ada.

Remaja laki-laki itu melirik kaca spion yang menampilkan separuh wajah Pelangi. "Kalau gini caranya, gue lama-lama nggak sanggup buat pegang amanat jadi buat kakak lo, La. Andai gue nggak diadopsi, mungkin kita nggak bakal ketemu, dan permasalahan hati ini tidak akan pernah ada."

Tangannya membelokkan setang motor miliknya kesebuah warung makan. Semesta ingin menghabiskan waktu lebih lama sebelum gadisnya, ralat adiknya, dipinjam oleh sang mama tercinta.

"Kita ngapain mampir ke sini?" tanya Pelangi bingung.

"Gue laper," jawabnya enteng.

"Emang Mama nggak masak?"

"Iya ... Masak."

"Terus ngapain makan di luar?" saut Pelangi, yang dilanjut memceramahi Semesta. "Kasihan Mama udah capek-capek masak buat loㅡnggak makud aku itu kamu, malah nggak dimakan. Nanti kalau sampe ngebuang makanan gimana? Kan, kasihan jadinya. Nggak ngehargain banget, sih."

"Aku-kamu?"

"Sebagai adik yang baik, nggak boleh gue-lo sama kakaknya."

Semesta menghela nafasnya berat. "Nanti di rumah bisa makan lagi, gue lagi pengen mie ayam. Diem, nggak usah berisik. Kalau mau ke sana sendiri, ya, silahkan. Angkot sama taxi banyak."

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang