14. BARU

721 85 0
                                    


Sesuatu yang baru akan tercipta,entah itu seseorang yang datang atau pun kehidupan yang berbeda.

***

Serabut coklat tua di atas kepalanya  acak-acakan. Jiwanya belum sepenuhnya berada dalam raga gadis itu. Tubuhnya masih terduduk kaku dengan kelopak mata yang masih setengah tertutup. Akan tetapi tubuhnya kembali dalam posisi rebahan di atas kasur empuknya.

"Tidur lima menit lagi deh," ucap Pelangi seraya kembali menutup matanya.

Tepat saat itu juga ponselnya berkoar-koar mengalunkan sebuah melodi yang membuat kesadaran gadis berhidung mancung itu terkumpul seluruhnya. Dengan malas ia kembali bangun dan mengecek ponselnya.

Nama seseorang langsung tertera dilayar ponselnya yang menjadikannya merasa sedikit kesal. Namun ia tetap mengangkat telfon sosok tersebut dengan raut wajah malas.

"Halo?" sapa seseorang di ujung sana dengan suara berat khasnya.

"Hm," jawab Pelangi malas.

"Lo baru bangun?" tanya orang itu dengan suara menahan tawa membuat gadis itu mengangkat sebelah atas bibir kirinya, "kebo dasar."

"Ini baru jam setengah enam, lo bilang siang?" gemasnya, "Semesta ... lo gila?"

Sosok lawan jenisnya itu hanya memperdengarkan tawa renyahnya yang menjadikan sang gadis memutarkan matanya.

"Kenapa telfon gue?" tanya Pelangi mengakhiri tawa kakak kelasnya.

"Jogging?" jawabnya dengan ragu.

Mata Pelangi membuka lebar, "Lo ngajak gue jogging?"

***

Gadis ramping itu menatap pantulan dirinya di hadapan cermin. Kedua tangannya sibuk menata rambutnya agar terkuncir rapi di bagian belakang. Ia memastikan tak ada yang salah dengan dirinya agar tak dikata-katai lagi oleh Semesta.

Kakinya dengan cepat melangkah ke arah pintu dengan senyum yang merekah indah. Tertapi tepat saat pintu terbuka muncullah seseorang yang pernah menghilang beberapa waktu dengan membawa seseorang.

Iris mata coklat Pelangi beralih kepada gadis yang dibawa sosok itu. Indra penglihatannya berkaca-kaca. Gadis itu tahu siapa sosok yang dibawa papanya. Ia benar-benar tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang.


"Kela, Papa pergi dulu ya. Kamu yang baik sama adikmu ya." Papa mengelus rambut sosok itu lembut.

"Urus kakakmu, saya ada kerjaan," ujar Wika tiba-tiba dengan tatapan datar.

Tanpa berkata sepatah kata lagi papanya meninggalkannya dengan sosok itu yang terduduk diam di atas kursi roda. Beberapa detik kemudian muncul sosok wanita yang mengaku sebagai asisten untuk membantu Pelangi mengurus orang itu.

Tangannya terkepal keras. Matanya memerah antara marah dan sesak. Rasanya sangat ingin melampiaskan amarahnya, mengutarakan kesedihannya.

"Apa daya gue yang suka nangis sendiri di sudut kamar?" keluh batinnya.

Sebulir air mata jatuh dari matanya. Jemari telunjuknya langsung menghapus secepat mungkin. Berusaha memendam amarahnya yang hampir menguap.

Wanita yang mengaku sebagai asisten bernama Siti itu mengantarkan sosok di atas kursi roda ke arah ruang kosong yang selalu terkunci.

Saat Pelangi memasuki kamar itu ia langsung takjub dengan isinya yang tertata rapi dan bersih. Dari kecil ia tak pernah boleh mendekati ruangan itu. Orang tuanya hanya mengatakan itu sebuah gudang.

Batinnya berteriak, "Jadi selama ini sebanyak apa gue dibohongi?"

"Non, saya pamit terlebih dahulu." Siti langsung keluar dari kamar itu meninggalkan Pelangi dan seseorang yang disebut kakaknya oleh Wika.

Tanpa membuang waktu lebih banyak ia langsung berjalan ke arah orang itu dan mengambil posisi jongkok dihadapannya. Pelangi berdecih kesal saat orang itu hanya menatapnya dalam diam.

"Kenapa lo diperlakukan lembut sama Papa?!" teriak Pelangi tak terima. "Lo siapa sih?"

Pelangi mengguncang-guncangkan tubuh seseorang dihadapannya. Sedangkan gadis itu hanya diam menatap Pelangi yang mulai mengalirkan air mata dengan deras. Tangannya mengepal keras di atas lantai dingin. Kepalanya tertunduk rapuh di hadapan gadis bernama Kela itu.

"Kenapa?" ungkap Pelangi lirih hingga akhirnya berteriak, "kenapa?!"

Lantainya membentuk lingkaran-lingjaran berbagai ukuran dari air mata yang dihasilkan gadis sekolah menengah itu. Ponselnya berseru memanggil-manggil Pelangi dengan melodi yang mengalun. Gadis itu langsung mengangkat telfon tanpa mengecek nama penelfonnya.

"Halo?" ucap Pelangi dengan suara bergetar.

"La, lo kenapa? Gue ke sana sekarang!" Suara berat itu tiba-tiba terdengar khawatir dengan langkah yang terdengar buru-buru.

"Jangan," suruh Pelangi. Namun saat ia mengatakan itu telfonnya sudah terputus. Membuatnya mau tidak mau harus segera keluar ruangan itu.

Kakinya melangkah cepat menuruni tangga. Kedua tangannya dengan cepat menghapus air matanya. Namun matanya tak pernah bisa berbohong, tetap dalam kondisi sayu.

"Bi, cewek itu saya tinggal di kamar sendirian!" seru Pelangi sambil terus berjalan cepat ke arah pintu. Selama ke arah pintu gadis itu berkali-kali berdehem untuk mengembalikan suaranya.

Pelangi duduk di sofa depan rumahnya sampai Semesta tiba-tiba muncul disela pagarnya. Tanpa tunggu waktu lama ia segera mendekati laki-laki itu.

"Lo ngapain ke sini? Gue belum ngeizinin lo," celetuk Pelangi dengan kesal.

"Habis nangis langsung galak," balas Semesta, "buka dulu pagarnya."

Ia langsung membuka pagar lalu keluar dan menutupnya dengan cepat menjadikan dahi Semesta bergelombang menatap Pelangi tanpa berkedip.

"Jangan di sini," ujarnya tiba-tiba.

"Bentar," Semesta merapihkan rambut Pelangi, "lo mau di mana?"

"Udah?" ketus Pelangi.

Semesta tersenyum manis. "Muka lo merah, nggak cocok buat ketus gitu."

***

A/N

HALO, BALIK LAGI DENGAN CERITA FF DI ADS YUHUUU. SELAMAT MALAM, PAGI, SIANG, SORE.

Gimana part kali ini?
Maafkan aku yang up nggak terlalu banyak dan lebih malam dari jadwal yang ditentukan.

Semoga kalian suka dengan part kali ini dan tetap stay di sini :>

Jangan lupa vote, comment, and share cerita ini.

Salam manis,

Marsyaulya
(Pacar sah Hwang Hyunjin)

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang