15. PERJALANAN HIDUP

740 87 5
                                    


Hari di mana semua yang tak nyata hadir dalam kehidupan, disitulah jalan terarah berubah.

***

Kedua remaja itu terduduk diam dengan pikiran masing-masing. Gadis di sebelahnya berkali-kali membuang nafas gusar. Cukup lama mereka saling terdiam di tengah taman setelah Pelangi menyelesaikan kalimat terakhir yang terucap olehnya.

"Lo bingung apa yang harus dikatakan?" ucap Pelangi memutus kesunyian diantara mereka, "lain kali jangan sok jadi pahlawan nyuruh orang buat terpaksa cerita."

Gadis berambut panjang lurus itu mengangkat tubuhnya agar berdiri memposisikan untuk meninggalkan seseorang yang bersamanya dengan mulut bisu. Kepalanya sedikit tertoleh pada kakak kelasnya, berharap ada sebuah jawaban. Merasa harapannya nihil, Pelangi berdecih sinis dan memulai langkahnya.

Selama perjalanan perempuan itu terus saja bergumam kesal mengomentari Semesta yang tiba-tiba seakan pahlawan super. Akan tetapi dalam sekejap tenggelam oleh kata-kata berubah menjadi sebuah patung hidup.

"Gila apa itu orang?" gerutu Pelangi.

"Gue gila?"

Mata gadis itu terbelalak lebar ingin jatuh saat mendengar ada suara seseorang yang menjawab ucapannya. Langkahnya terhenti dengan tubuh yang mendadak kaku. Tiba-tiba tawa seseorang terpecah renyah terdengar pendengarannya. Kepalanya menoleh kaku ke arah kirinya.

"Lo kenapa sih?" tanyanya di tengah tawanya.

"Kak Bintang!" seru Pelangi tanpa sadar.

Bintang menghentikan tawanya dan menatap Pelangi serius. "Kenapa?"

"Aku pikir tadi setan," jawabnya. "kakak mau ke mana?"

Laki-laki itu mengulas senyum, "Jalan-jalan siapa tau ketemu kamu 'kan?"

Pelangi hanya mengulas senyum yang dipaksakan, ia terlalu bingung untuk menanggapi kata-kata yang terlontar dari Bintang.

"Lo ngapain malem-malem jalan sendirian?" tanya Bintang mengalihkan topik pembicaraan. "habis sama Semesta, ya?"

"Eh?"

"Benar ya?"

Lagi-lagi gadis bermata bulat itu menjawabnya dengan sedikit menarik kedua sudut bibirnya disertai dengan anggukan kecil.

Bintang mengulas senyum. "Ya udah, ayo gue antar."

***

Angin tak terlihat terus-terus saja menyapu kulit mereka bersama hawa dingin yang dibawanya. Keadaan hening diantara mereka, tak ada yang mau mendahului percakapan meskipun singkat. Sepanjang perjalanan gadis berhidung mancung itu hanya melamun.

Waktu seakan berlari diantara mereka, membuatnya terasa cepat berlalu. Kini mata Pelangi menatap punggung Bintang yang semakin menjauh dengan motornya dalam diam. Ia dengan berat hati mencoba melangkah ke dalam rumahnya.

Kaki jenjangnya terhenti di depan ruang ia menemukan sebuah kebenaran yang sekarang di depan matanya. Iris matanya menangkap pintu ruangan itu tak tertutup rapat. Dengan sangat hati-hati ia mendekati pintu dan memunculkan seseorang yang sedang mencari sesuatu di dalamnya.

"Saya tidak bisa menemukannya," ucap orang itu entah pada siapa.

"Jangan-jangan dia cari foto itu?" batin Pelangi dengan khawatir.

Yang sedang diperhatikan Pelangi tiba-tiba mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pintu yang memunculkan anak dari bosnya. Matanya seketika membola lebar. Namun satu detik kemudian langsung berubah ekspresi normal dan mengklik sesuatu yang berada ditelinganyaㅡearphone.

"Cari apa?" tanya Pelangi seraya menutupi rasa gugupnya. "Mau aku bantu?"

"Tidak penting," jawabnya sambil berlalu meninggalkan gadis remaja itu sendiri. Matanya mengikuti langkah pembantu barunya yang mulai menjauh. Sebuah kecurigaan datang pada pikirannya untuk wanita itu.

Setelah yang diperhatikan menghilang kakinya melangkah masuk ke dalam ruang kerja papanya dengan hati-hati. Alisnya berkerut saat melihat sebuah ponsel tergeletak di meja papanya. Ia tahu itu ponsel seseorang yang membantunya mengurus gadis yang katanya kakak Pelangi itu.

"Nanti kalau sadar juga balik 'kan?" gumamnya.

Gadis remaja itu sama sekali tak peduli dengan ponsel yang tertinggal itu. Akan tetapi tiba-tiba ponsel itu menyala dengan sebuah telfon bertulis nama papanya. Tanpa tunggu waktu lama, Pelangi menyambar ponsel itu dan mematikan sambungan earphone dengan ponsel lalu mengangkat telfonnya.

"Sejak kapan anda tidak sopan?"

Suara itu langsung membuat Pelangi kesal. Mulutnya sangat ingin bersuara, namun batinnya terus saja melarangnya.

"Cepat cari sebelum dokumen tentang keberadaan mamanya jatuh pada tangan Pela!"

"Jangan ceroboh lagi!"

***

A/N

Selamat malam, pagi, siang sore. Semoga harimu menyenangkan.

Selamat tahun baru, selamat menempuh tujuan baru. Lupakan yang kelabu, ikhlaskan yang berlalu. Semoga bahagia menyertaimu.

Semangat bagi yang besok sudah masuk sekolah, yang masuk tanggal enam manfaatkan liburan kalian wkwk.

Jangan lupa vote, comment, and like eh share maksudnya. Maaf banget ceritanya mungkin sedikit singkat.

Salam manis,

Marsyaulya
(Pacar sah Hwang Hyunjin)

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang