23. YANG SESUNGGUHNYA

1K 81 2
                                    

Saat hal yang dinanti terjadi, takdir akan menuntunmu ke satu arah. Entah bahagia ataupun sengsara.

***

Bayu tak kasat mata melayang kian kemari melintasi benda apapun tanpa derita. Mega angkasa dengan baik hatinya sedikit menurunkan tingkat panas atmosfer bumi dengan menutupi mentari.

Pelangi menatap Semesta dengan bertanya-tanya. Kata-kata itu terlalu menggantung bagi dirinya. Ingatannya menelusuri jejak masa lalu tentang kesalahan apa yang telah diperbuat. Banyak pastinya. Bukankah manusia tempat salah dan dosa?

"Gue kenapa?" tanya Pelangi, berusaha mencari jawaban dalam manik kakak kelasnya.

"Karena lo adik gue."

Gadis itu terdiam, dan sesaat kemudian mulai menyemburkan tawanya. "Gue emang adik lo."

Semesta mengerjapkan matanya tak percaya. "Lo udah tau?"

"Gue, kan, emang adik. Adik kelas lo," terang Pelangi.

Tangan besarnya mencengkeram kedua bahu sosok cewek di depannya kuat membuat sang empu sedikit meringis. Rautnya semakin berkali lipat bertambah serius dan menatap Pelangi dengan sedikit kesal. Sedangkan gadis itu menggigit bibir bawahnya takut.

"Gue serius."

"Hah?"

Pelangi menatap remaja laki-laki dihadapannya dengan bingung sekaligus kaget. Mulutnya sedikit terbuka dengan iris mata yang terdiam kaku. Mencoba mencerna segala yang ada dengan tiba-tiba.

"Gue adalah kakak lo."

"Nggak mungkin, lo sama sekali nggak mirip sama mama ataupun papa. Lo bukan kakak gue!" tegas Pelangi marah seraya menyingkirkan kedua tangan Semesta dipundaknya. Tangan besar itu kembali mencengkeram tempat yang sama selang seperkian detik. "Nggak usah mengada-ada, Ta! Kakak gue cuma Kela!"

"Seyakin itu, La? Gue yakin, lo pasti udah lupa rupa mama, kan?" sinis laki-laki itu. "Dan dengan percaya dirinya bilang gue sama sekali nggak mirip sama mama."

Kata-kata itu sangat menusuk perasaan Pelangi. Ia tidak menyangka kakak kelas yang satu ini bisa berkata demikian pedasnya. Tanpa disadari air matanya mulai terjun bebas melembabkan pipi milik Pelangi sendiri.

"La, sori."

Gadis itu tak bisa melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh kakak kelasnya, ralat kakaknya. Pandangan Pelangi terlalu buram untuk menatap sesuatu. Kepalanya tertunduk dengan tubuh yang berguncang.

Semesta langsung menyelimuti Pelangi dengan tubuhnya penuh luka. Tangannya mengelus mahkota halus milik gadis itu dengan lembut.

"Gue juga kaget, gue pun nggak ngerti. Tapi ini kenyataan yang nggak bisa terhindar."

"Drama apa ini, Tuhan?" gumam Pelangi disela isakannya. "Lo nyakitin gue, Seta!"

"Maaf, La. Gue nggak bermaksud buat berkata demikian, gue cumaㅡ" Semesta menghembuskan nafas berat ketika gadis itu melepaskan pelukannya dan berusaha melangkah pergi.

"Lo emang benar, gue nggak mirip sama mama dan papa," teriak Semesta yang berhasil menghentikan Pelangi.

"Gue itu apa? Nggak berguna. Di sini bukan cuma lo yang sakit hati, gue juga."

***

"Pelangi, lo ada masalah apa lagi? Kenapa nggak cerita sama gue?" tanya Hanin, berusaha sabar menghadapi temannya yang masih membisu. "Lo nggak sakit apapun tapi mau di UKS, pasti ada yang terjadi saat lo pergi, kan?"

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang