17. REDUP

738 87 1
                                    

Hal yang perlu diketahui
terkadang ditunda dengan teganya.

***

"La."

"Pelangi."

Yang dipanggil sama sekali tidak menyaut. Ia malah semakin dalam terhanyut lamunannya. Sampai akhirnya tubuhnya dorong dari samping, membuat gadis itu hampir terjatuh.

"Apa sih, Han?" saut Pelangi kesal.

"Lo dari tadi ngelamun 'kan?" jawab Hanin dengan mata yang menyipit curiga.

"Nggak." Pelangi memasukkan bukunya mengganti dengan pelajaran selanjutnya.

Hanin menyilangkan tangannya di depan dada. "Kalau gitu, sebutin apa aja yang tadi dijelasin."

Melihat temannya yang tiba-tiba terdiam gadis itu menyaut, "Nggak tau kan? Lo itu ngerasa lagi nyimak guru, tapi jiwa lo melayang entah kemana dan pergi mengingat ke kejadian yang lalu."

"La, jangan jadi lilin redup sendirian. Gue di sini sebagai orang yang mampir dikehidupan lo. Apa pun masalah lo, gue ada di sini ... gue harap lo nggak menghilangkan kehadiran gue."

"Makasih dan sori, Han."

"Sori? Emang lo punya salah apa sama gue?"

"Gue bingung memulai dan menghentikan semuanya."

***

Tak ada pembicaraan lain setelah obrolan pergantian jam pelajaran. Bahkan disaat waktu istirahat mereka masih saling membisu. Akan tetapi mereka masih bersama dan memakan pesanan masing-masing.

"Kalian kenapa?"

Merasa sedang ditanya mereka menoleh ke sumber suara. Tertampaklah kakak kelasnya yang menatap ramah. Pelangi memperhatikan wajah itu dengan rahang tegas. Alis tebal yang terbentuk alami dengan hidung mancung membuatnya terlihat semakin sempurna. Ditambah lagi kulit bersih dan bibir kecilnya yang merah.

"Kalau diperhatikan Semesta juga punya ciri-ciri itu kan?" batin Pelangi.

"Pelangi!" panggil Hanin sedikit keras yang membuat gadis itu tersadar dan mengakhiri aksi saling diam mereka. "lo ngelamun lagi."

"Dia dari tadi sering ngelamun?" tanya Bintang menolehkan pandangannya pada Hanin.

"Bukan sering lagi, bisa dibilang hampir setiap saat," jawabnya sambil menghabiskan makanan.

"Sori," ucap Pelangi seraya menundukkan kepalanya.

"Dari tadi lo cuma bisa bilang itu?"

"Han, kata-kata lo dijaga," saut Bintang tiba-tiba dan mendaratkan tubuhnya di sebelah Pelangi.

Hanin memutar bola matanya dan meninggalkan Pelangi bersama Bintang. Ia malas menanggapi temannya yang pastinya akan terus ditameng oleh kakak kelas.

"Kalian berantem?"

***

Pelangi menunggu di parkiran sekolah seperti orang hilang. Kepalanya terus tertoleh mencari keberadaan laki-laki dengan paras sempurna yang mengajaknya pulang bersama. Ia menunduk menatap ponsel menunggu kabar dari orang tersebut.

Feels Far [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang